Serangan Hama Engkuk Resahkan Petani Singkong Banjarnegara
Tanaman ketela pohon (singkong) tumbuh rimbun di kebun-kebun warga Desa Pucungbedug , Kecamatan Purwanegara Banjarnegara.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, BANJARNEGARA - Tanaman ketela pohon (singkong) tumbuh rimbun di kebun-kebun warga Desa Pucungbedug , Kecamatan Purwanegara Banjarnegara.
Desa di sisi selatan Banjarnegara ini termasuk sentra penghasil singkong di Kecamatan Purwanegara.
Meskipun, produksi singkong dari tahun ke tahun kian menurun lantaran sebagian petani beralih menanam komoditas lain.
Akan tetapi komoditas ubi-ubian ini masih menjadi andalan para petani untuk menopang perekonomian keluarga.
Sekilas, kebun singkong milik Zuhri, normal saja. Pepohonan singkong terlihat rimbun hingga daun-daun antar pohon saling bertumbukan.
Tetapi jika diamati lebih dekat, ada yang janggal dari sebagian tanaman itu.
Sebagian pohon terlihat lebih kurus batangnya. Daunnya menguning hingga banyak yang rontok ke tanah.
Tanaman itu tak bisa tumbuh normal.
Anehnya, tidak terlihat ada hama yang menyerang. Batang dan daun relatif bersih dari hama. Jika hama itu terlihat, pastinya Zuhri akan lebih mudah membasminya.
Ia pun mencoba mengecek kondisi akar tanaman yang tak terlihat karena terkubur tanah.
Barangkali, bagian tanaman yang tak nampak di permukaan itu sumber penyakit berada.
Ia menggali tanah sekitar tanaman dengan hati-hati agar tak mengenai akar dan buah. Perlahan misteri itu terkuak.
Hingga kedalaman beberapa centimeter, ia mendapati hewan-hewan aneh bergeliat di sekitar akar tanaman.
Bentuknya putih menyerupai ulat, namun belum sempurna. Petani menyebutnya hama Engkuk, atau larva.
Larva adalah hewan yang perkembangannya melalui metorforsis.
Hewan yang hidup di dalam tanah inilah yang diyakini sebagai biang perusak tanaman singkong petani.
"Engkuk sudah lama menyerang tanaman singkong,"katanya
Mengatasi hama yang tampak jelas di tanaman saja susahnya minta ampun.
Apalagi hama yang tak kasat mata karena hidupnya di dalam tanah.
Dimana dan kemana hewan itu berjalan, petani tak tahu. Kapan jadwal hama itu menggerogoti akar tanaman pun tak pernah diketahui.
Karena itu, petani kebingungan untuk membasmi hama yang tersembunyi tersebut.
Baca: Tujuh Perusahaan Swasta Kantongi Izin Impor Bawang Putih
Baca: Tujuh Perusahaan Swasta Kantongi Izin Impor Bawang Putih
Tetapi petani tetap berusaha untuk membasmi hama itu agar bisa panen.
Bermacam insektisida, hingga garam dan sabun cuci serbuk sudah pernah dipakai petani untuk mematikan hama itu.
Mereka menebar racun itu di dalam tanah yang diyakini menjadi sarang hama Engkuk.
Tetapi usaha yang memakan modal cukup besar itu sepertinya tak mempan. Serangan hama Engkuk tetap merajalela.
Zuhri biasa membeli insektisida yang diyakini paling ampuh seharga Rp 85 ribu perkilogram.
Sekali tebar, ia membutuhkan 8 kilogram racun. Belum lagi obat jenis lain yang membuat ongkos produksi kian membengkak.
"Masalahnya tidak tahu dimana, karena hidup di dalam tanah. Ditebar di sini, hamanya sudah pindah. Jadi gak mati,"katanya
Karena itu ia juga sering membasminya dengan cara manual. Dia kerap menggali tanah sekitar akar untuk menemukan hama Engkuk.
Ia meyakini, hama itu tinggal tak jauh dari akar dan buah yang jadi sumber makanannya.
Saat hewan itu terlihat, ia langsung membunuhnya.
Larva-larva ini hidup dengan cara memakan perakaran dan buah di dalam tanah.
Baca: Tujuh Perusahaan Swasta Kantongi Izin Impor Bawang Putih
Baca: Misa Kedua, Jemaat Gereja Katedral Jakarta Terpantau Khusyuk Ibadah
Padahal, akar berfungsi menyerap nutrisi dan air dari dalam tanah untuk pertumbuhan tanaman.
Jika penopang pertumbuhan tanaman itu rusak, bisa dipastikan bagian tanaman lain mulai akar, daun hingga buah tidak akan tumbuh normal atau mati.
Tanaman akan kurus, kering hingga mati atau tak berproduksi.
Ubi di dalam tanah yang paling dimanfaatkan petani untuk dikonsumsi atau dijual pun tidak bisa tumbuh normal, atau habis dimakan Engkuk.
Tak ayal, serangan hama Engkuk membuat produksi menurun hingga petani terancam gagal panen.
"Kalau masih hidup sampai masa panen ya bisa dipanen, tapi menurun,"katanya. (Khoirul Muzaki)
Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Hidupnya di dalam Tanah, Serangan Engkuk Resahkan Petani Singkong Banjarnegara