RSUD Bali Mandara Siap Jadi Rujukan Kanker di Indonesia Timur
Direktur RSUD Bali Menara, Bagus Darmawasa menyebutkan pelayanan kanker tersebut rencananya akan beroperasi pada 2020 tahun depan.
Penulis: Apfia Tioconny Billy
Editor: Fajar Anjungroso
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Apfia Tioconny Billy
TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR — Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bali Mandara di Bali berencana membuka layanan khusus untuk penyakit kanker.
Direktur RSUD Bali Menara, Bagus Darmawasa menyebutkan pelayanan kanker tersebut rencananya akan beroperasi pada 2020 tahun depan.
“Awalnya memang kita berencana untuk membuat pelayanan cancer, sekarang sedang memastikan alat dan gedung semoga bisa terbangun 2020,” tutur Bagus saat diemui di RSUD Bali Menara di Bali, Selasa (23/4/2019).
Kemudian jika nantinya pelayanan untuk penyakit kanker sudah dibuka, RSUD diharapkan bisa menjadi rumah sakit rujukan untuk kanker di kawasan Indonesia Timur.
“Kalau sudah buka layanan semoga bisa jadi rujukan untuk di Indonesia Timur,” papar Bagus.
Baca: Kisah dokter bedah kanker payudara yang terkena kanker payudara
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dr. Ketut Suarjaya, MPPM menambahkan rencana dibukanya pelayanan kanker ini juga melihat tingginya angka penderita kanker di Indonesia sesuai dengan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018.
Dari data Riskesdas beberapa jenis kanker yang banyak dialami di Indonesia termasuk di Bali diantaranya kanker payu dara, serviks, paru sedangkan rumah sakit di Bali yang bisa melayani kanker hanya sedikit
Karena hanya berpusat pada rumah sakit tertentu pelayanan penderita kanker menjadi lama, bahkan butuh berbulan-bulan untuk tindakan radiasi atau kemoterapi.
“Kasus dan layanan di Bali saat ini yang melayani radiasi dan kemoterapi fokus hanya di satu rumah sakit sehingga antrean disana itu luar biasa. Sudah tidak ketolong, belum lagi alatnya rusak, sehingga langkah ini dapat memercepat layanan kanker,” ungkap dr. Ketut Suarjaya.
Namun dr. Ketut menyebutkan butuh proses panjang untuk menciptakan layanan karena harus disesuaikan internasional, dan juga sedang mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten.
“Ini tentu memerlukan waktu artinya standar pelayannya harus standar internasional dengan kualitas SDM yang profesional, kami harapkan masyarakat Indonesia tidak keluar negeri lagi berobat, turis juga bisa berobat,” pungkas dr. Ketut Suarjaya.