Tangis Istri Tukang Sapu yang Meninggal saat Bertugas Jadi KPPS Pecah saat Disantuni
Saat disantuni oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, tangis Aisya pecah.
Editor: Fajar Anjungroso
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Suasana haru dan isak tangis menyelimuti Gedung Grahadi saat Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengundang para keluarga dan ahli waris 51 petugas PPS, KPPS dan dua anggota TNI/Polri yang meninggal dunia saat bertugas dalam Pemilu 2019, Jumat (26/4/2019) sore.
Di antara yang begitu terisak adalah Aisyatul Baroh. Wanita berusia 35 tahun asal Kelurahan Gentong Kecamatan Gadingrejo Kota Pasuruan itu adalah istri Abdul Mujib, petugas KPPS di Kota Pasuruan yang meninggal dunia dalam bertugas berjaga dalam Pemilu 17 April 2019 lalu.
Saat disantuni oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, tangis Aisya pecah.
Ia yang datang ke Grahadi dengan membawa putri bungsunya Maulida Sarifatul Aminah (2) itu yak kuasa menyembunyikan kesedihannya ditinggal suaminya yang menjadi petugas KPPS. .
"Sehari-harinya suami saya bertugas sebagai tukang sapu. Di Pemilu ini bapak jadi bertugas sebagai KPPS," kata Aisya.
Usai berjaga, suaminya meninggal di hari Rabu (17/4/2019) malam karena kelelahan. Bahkan almarhum tidak sempat melakukan perhitungan suara di TPS.
Namun begitu, Aisya mengatakan, sebelumnya suami Aisya memang memiliki riwayat sakit penyempitan saluran kencing.
"Tapi dia nggak mau dioperasi, maunya dioperasi setelah Pemilu," kata Aisya pilu.
Namun takdir berkata lain. Akibat kecapekan dan tidak perhatian pada kondisi tubuh saking semangatnya bertugas dalam pemilu, akhirnya Abdul Mujib drop dan meninggal dunia malam itu juga.
"Semoga saya bisa melanjutkan perjuangan suami untuk membesarkan anak-anak," kata Aisya yang kesehariannya bekerja sebagai guru TK ini.
Aisya dan juga para keluarga dan ahli waris petugas PPS, KPPS, PPS, KPPS dan anggota TNI/Polri, mendapatkan santunan dari Gubernur Jawa Timur. Masing-masing mendapatkan uang duka Rp 15 juta.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dalam sambutannya mengatakan, santunan ini adalah bentuk bela sungkawa pemprov ke pada para keluarga dari petugas Pemilu.
"Total ada 51 petugas yanng meninggal, lalu juga ada dua anggota TNI/Polri. Sore ini juga kita baru dapat kabar ada tambahan yang meninggal ada 5 orang lagi. Maka sebagai wujud duka dan bela sungkawa kami mereka memberikan Rp 15 juta untuk masing-masing ahli waris," kata Khofifah.
Begitu juga yang masih dirawat di Rumah Sakit, Khofifh mengatakan pada rumah sakit di Jawa Timur, bagi mereka yang dirawat karena menjalankan tugas maka harus dipastikan mereka mendapatkan cover pengobatan dari pemda setempat.
Baca: Imbau Relawan Gelar Doa Untuk Petugas KPPS yang Wafat, TKN: Mereka Mati Sahid Mengawal Demokrasi
Kalaupun ada yang harus dirujuk ke rumah sakit tipe A, maka mereka juga dipastikan mendapatkan layanan kesehatan yang layak dan juga gratis.
"Kalau ada korban yang meninggalkan anak didik, kita pastikan ke kabupaten kota pendidikannya. Kecuali untuk yang jenjang SMA SMK mulai Juli nanti kan sudah gratis," lata Khofifah.
Untuk menguatkan para keluarga dan ahli waris, Khofifah mengatakan bahwa keluarga patut berbangga pada para keluarganya yang meninggal saat bertugas.
"Proses untuk mengawal bangsa ini membutuhkan perjuangan. Kata Gus Dur setiap hidup adalah perjuangan, dan kata Gus Dur setiap orang yang berjuang itu besar pahalanya. Semoga yang meninggal mendapatkan pahala yang berlipat," tegasnya.
Sementara itu Ketua KPU Jawa Timur, Choirul Anam mengatakan pihaknya sudah instruksikan pada KPU daerah untuk semua perhatikan kondisi kesahatan para petugas. Dan BPJS juga diharapkan sinergi untuk mengecek kesehatan ke petugas Pemilu.
"Petugas jumlah tetap, yang berhalangan bs digantikan. Yang kita upayakan kawan-kawan di PPK PPS tetap jaga kesehatan dan teman dari Dinkes untuk ikut membantu menjaga kesehatan di PPK PPS," tegasnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.