KIsah Sedih Alvi, Dalam 40 Hari Jadi Yatim-piatu, Sang Ibu Wafat Setelah Jadi Petugas KPPS
Masih tampak kesedihan di wajah pelajar SMPN 7 Kota Madiun yang duduk di bangku kelas VII ini.
Editor: Hendra Gunawan
Rabu (24/4/2019) dini hari, ibunya dipanggil Sang Khalik.
"Pas ibu meninggal saya sedang tidur di luar ruangan, pakai tikar. Jadi nggak tahu," katanya.
Dia menceritakan, sebelum meninggal, ibunya bersikap tidak sewajarnya.
Ibunya malah menjadi seorang pemarah.
"Kalau saya ajak ngobrol malah marah," katanya.
Yang membuatnya, semakin sedih adalah, ruang dan kasur pasien yang digunakan ibunya di RSUD dr.Soedono, adalah ruang dan kasur yang sama digunakan oleh almarhum ayahnya.
"Ruang High Care Unit, Irna Wijaya Kusuma tempat tidur nomor empat. Itu tempat ayah saya dirawat.
Jadi masuk ruangan itu, saya langsung nangis langsung kaget," kata gadis yang bercita-cita ingin menjadi dokter.
Istri Kades Pilangrejo, Purwati (45) mengatakan, Supin adalah sosok perempuan yang aktif di berbagai kegiatan di desa.
"Rajin orangnya, dia aktif ikut kegiatan PKK, organisasi muslimat, yasinan sore. Pokoknya, dia memiliki jiwa sosial tinggi, jadi kader Posyandu juga.
Orangnya baik, semua kegiatan di desa diikuti, organisasi keagaaman juga. Kalau orang Jawa bilang grapyak," katanya.
Diberitakan sebelumnya, seorang anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di Kabupaten Madiun meninggal dunia, Rabu (24/4/2019) dini hari.
Anggota KPPS bernama Supin Indarwati (37) ini diduga meninggal akibat kelelahan bertugas di TPS 06, Desa Pilangrejo, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun.
Meninggalnya Supin menambah daftar panjang panitia Pemilu yang meninggal dunia saat bertugas. (Rahadian Bagus)
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Kisah Sedih Anak Anggota KPPS yang Jadi Yatim Piatu Setelah Pemilu 2019,