Sempat Hilang Kontak Selama 15 Tahun, Cinta Pasangan Penyandang Tunanetra Berujung ke Pelaminan
Susiyati waktu itu sekolah pijat di Malang. Sedangkan Mas Nan sekolah pijat di Bandung. Ini yang membuat mereka hilang kontak selama 15 tahun.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, BALI - Senyum Susiyati (42) mengembang saat suaminya, Mas Nan (47) memetik senar gitar.
Pasangan suami istri ini adalah penyandang disabilitas.
Meski tak dapat melihat seperti orang pada umumnya, namun kunci hidup bersyukur tetap mereka pegang teguh.
Mereka punya cerita hidup yang cukup mengispirasi.
Pasutri ini tinggal di Lingkungan Pertukangan, Kelurahan Loloan Barat, Kecamatan Negara, Jembrana.
Kondisi rumah mereka memperihatinkan, atapnya bocor, temboknya pun keropos.
Untuk hidup, sehari-hari Mas Nan menjadi tukang pijat khusus pria.
Demikian juga Susiyati menjadi tukang pijat khusus perempuan.
Penghasilan sebagai tukang pijat tidaklah banyak. Mereka meminta bayaran seikhlasnya.
Baca: Kebijakan Jokowi Menaikkan Gaji PNS Berujung pada Pelaporan Dugaan Menyalahgunakan Kekuasaan
"Ya syukur kami masih bisa hidup cukup," ucap Mas Nan ditemui Tribun Bali di rumahnya, Jumat (10/5/2019).
Selain memijat, kadang mereka juga mendapat pekerjaan menyanyi.
Mas Nan bisa memainkan gitar dan organ. Sedangkan, istrinya punya kemampuan olah vokal.
"Istri saya kadang dapat undangan nyanyi namun itu juga sewaktu-waktu. Kadang kami duet jika pakai organ. Kadang saya ikut grup musik jika ada job. Itu juga kadang-kadang," jelasnya.
Mereka menikah 2017 lalu. Sejoli ini dulunya sempat menjalin hubungan asmara.
Namun mereka berpisah karena masing-masing mengambil sekolah yang berbeda.
Susiyati waktu itu sekolah pijat di Malang. Sedangkan Mas Nan sekolah pijat di Bandung.
Ini yang membuat mereka hilang kontak selama 15 tahun.
Jodoh memang misteri alam, entah bagaimana takdir kemudian mempertemukan mereka kembali.
Cerita asmara yang dulu putus tersambung lagi hingga berujung ke pelaminan.
"Kami dulu satu sekolah di SLB di Banyuwangi. Kami pernah dekat saat itu. Namun setelah lulus, kami berpisah dan kemudian kami dipertemukan lagi," ungkapnya.
Mas Nan mengaku ingin mengasah bakatnya di bidang musik.
Ia berharap mempunyai studio musik. Namun semua itu terbentur finansial.
Sebab saat ini untuk makan saja, mereka masih harus berjuang.
Bersyukur katanya mereka memiliki keluarga yang peduli sehingga hidup mereka penuh kasih sayang.
Meski sejoli ini mereka masuk keluarga tidak mampu dan penyandang disabilitas, mereka belum mendapat bantuan.
Mas Nan tak mempermasalahkan hal itu. Ia dan istrinya memilih bekerja.
"Ya jika ada bantuan pastinya ingin, untuk rehab rumah.
Pasti kami sangat berterimakasih," harapnya. (i made ardhiangga)
Artikel ini telah tayang di tribun-bali.com dengan judul Kisah Hidup Sejoli Tuna Netra di Negara Kembali Bertemu Setelah 15 Tahun Terpisah