Lewat Siaran TV Jepang, Warga Palu Korban Gempa Tagih Janji Pemda Bangun Rumahnya yang Rusak
Seorang pria warga Palu, Sulawesi Tengah menagih janji pemerintah daerah yang pernah menjanjikan akan segera membangun rumah mereka yang hancur.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo
TRIBUNNEWS.COM, PALU - Seorang pria warga Palu, Sulawesi Tengah menagih janji pemerintah daerah yang pernah menjanjikan akan segera membangun rumah mereka yang hancur akibat bencana gempa dan tsunami, September 2018 lalu.
Hal itu diungkapkan pria yang tanpa disebutkan namanya dalam acara yang disiarkan oleh TV Tokyo, Rabu (15/5/2019) malam dalam acara Zipangu.
"Saya korban bencana alam di sini (Palu September 2019), dijanjikan untuk segera dibangunkan kembali rumah saya di sini," kata warga Palu tersebut yang tidak disebutkan identitasnya kepada wartawan TV Tokyo.
Namun sampai kini lebih dari 6 bulan, warga tersebut mengatakan tak ada kabar dari Pemda Palu.
"Sudah berbulan-bulan sampai kini tak ada kabar dari pemda mengenai pembangunan rumah saya tersebut. Mana janjinya itu?" tanya warga tersebut.
Baca: UPDATE Hasil Real Count KPU Pilpres 2019 Jokowi vs Prabowo, Rabu Malam, Data Masuk 83% Lebih
Liputan acara Zipangu tersebut juga mengungkapkan korban bencana alam gempa bumi dan tsunami di Palu seorang wanita--juga tanpa identitas nama.
"Tiap hari saya ke sini selalu sedih rasanya mengingat keluarga saya yang hilang akibat tsunami," kata wanita itu.
Melalui bantuan Jepang lewat badan kerja sama internasional Jepang (JICA) mendirikan kantor sementara di Palu dan mendatangkan tim penyelidik dipimpin Yoko Tanaka.
Tanaka bertemu koban bencana alam, Siti yang sempat menangis kembali mengingat dan menceritakan kisahnya saat keluarga dan rumahnya dihantam gempa dan tsunami kini.
Kini Siti dan keluarganya tinggal di rumah pengungsian sementara.
Warga lain yang ditemui Tanaka adalah seorang wanita yang merasa masih kesusahan hingga saat ini karena kesulitan bekerja.
"Hidup saya sulit. Kalau bisa ada pekerjaan bisa kami peroleh," paparnya.
Seusai kunjungan kepada ibu-ibu tersebut, Tanaka dan rombongan menuju ke Posyandu dan di dalamnya banyak warga setempat membuat tikar dan tatakan gelas dirajut.
Satu lembar tikar dijual menurut Tanaka seharga Rp 15.000.
"Berat ya kehidupan di sini kalau hanya mengandalkan jualan hasil kerajinan tangan saja. Kita juga coba carikan jalan ke luar bagi mereka," ungkap Tanaka.
Pihak JICA juga berusaha membuatkan sistem deteksi dini gempa bumi dan tsunami di Palu serta berbagai bantuan lain untuk bisa membantu Indonesia.
Setidaknya itu yang dilakukan Junichi Fukushima dalam tayangan di acara Zipangu tersebut.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.