Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Cuaca Dingin: Foto Kawasan Dieng Senin Pagi, Suhu Sentuh Minus 11 Derajat Celsius hingga Kata BMKG

Cuaca dingin masih melanda sejumlah wilayah Indonesia. Termasuk kawasan dataran tinggi Dieng, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.

Penulis: Daryono
Editor: Pravitri Retno W
zoom-in Cuaca Dingin: Foto Kawasan Dieng Senin Pagi, Suhu Sentuh Minus 11 Derajat Celsius hingga Kata BMKG
twitter/Humas Jateng
Foto penampakan kawasan Dieng, Senin (24/6/2019) pagi. 

TRIBUNNEWS.COM - Cuaca dingin masih melanda sejumlah wilayah Indonesia. 

Termasuk kawasan dataran tinggi Dieng, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah

Cuaca dingin ini menyebabkan hamparan rumput di kawasan Dieng berlapiskan es. 

Hal itu sebagaimana foto yang dibagikan oleh akun Twitter Humas Jateng, Senin (24/6/2019). 

"Dieng pagi tadiii.....

Bbbbrrrr....... Siapa nih yang ada di sini, cerita-cerita dong... ," tulis akun tersebut. 

Suhu Minus 11 Derajat Celsius

Berita Rekomendasi

Dikutip dari Kompas.com, suhu udara di kawasan Dieng pada pagi tadi mencapai minus 11 derajat celsius.

Kepala Stasiun Geofisika Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Banjarnegara, Setyoajie Prayoedhi mengatakan, suhu udara terendah tersebut tercatat sekitar pukul 06.00 WIB di kompleks Candi Arjuna.

"Info dari teman-teman Pos PVMBG Dieng, untuk tadi pagi pukul 06.00 WIB suhu tercatat minus 11 derajat celsius, karena lokasinya merupakan cekungan kumpulan embun," kata Setyoajie saat dihubungi, Senin.

Baca: 5 Cara Menjaga Kelembaban Kulit di Cuaca Dingin, Jangan Mandi dengan Air Panas dan Gunakan Pelembab

Untuk suhu pada malam harinya, kata Setyoajie, mencapai minus 10 derajat celsius.

Suhu udara di dataran Dieng bulan ini tercatat yang paling rendah dibanding bulan-bulan sebelumnya.

"Untuk bulan ini memang suhu di Dieng tercatat termasuk yang paling rendah. Tahun-tahun sebelumnya (suhu serendah ini) sepertinya pernah, karena kalau malam di Dieng memang cenderung lebih dingin," ujar Setyoajie.

Lebih lanjut, Setyoajie mengatakan, suhu udara kemungkinan dapat lebih dingin lagi saat puncak musim kemarau.

Puncak musim kemarau diperkirakan akan terjadi pada bulan Juli hingga Agustus mendatang.

Fenomena suhu yang lebih dingin dari biasanya juga melanda wilayah Yogyakarta dan Bandung.

Penjelasan BMKG

Kepala Unit Analisa dan Prakiraan Cuaca BMKG Staklim Yogyakarta, Sigit Hadi Prakosa mengatakan, ada tiga penyebab udara dingin yang terjadi beberapa waktu belakangan ini.

Pertama, adanya pengaruh atau dampak angin monsoon Australia di mana udaranya dingin dan kering.

"Angin yang bertiup melewati Indonesia ini juga disebut sebagai Monsoon Dingin Australia," jelas Sigit, dikutip Tribunnews.com dari Tribun Jogja.

Sedikitnya awan juga jadi penyebab kenapa suhu lebih dingin.

Sebab, bila biasanya sinar Matahari yang masuk ke Bumi bisa tertahan oleh awan, kali ini terbuang kembali ke luar angkasa.

Akibatnya, panas yang biasanya juga tertahan turut hilang.

Baca: Info BMKG: Peringatan Dini Sejumlah Wilayah Alami Cuaca Ekstrem 24 Senin Juni 2019

Selain itu, saat ini, sejumlah wilayah juga mulai memasuki musim kemarau sehingga kandungan air di dalam tanah dan di udara menjadi rendah.

Hal tersebut dibuktikan dengan rendahnya kelembaban udara, menyebabkan suhu dingin yang kering.

Hal senada juga disampaikan peneliti cuaca dan Iklim BMKG Provinsi Jawa Barat, Muhamad Iid Mujtahiddin.

Mujtahiddin menyebut, suhu dingin yang terjadi di Bandung atau Jawa Barat seperti ini merupakan fenomena wajar sebagai penanda datangnya musim kemarau.

"Berdasarkan pantauan alat pengukur suhu udara, tercatat selama Juni 2019, suhu udara terendah tercatat sebesar 17 derajat celcius pada Jumat (21/6/2019)," kata Muhamad Iid dikutip Tribunnews.com dari Tribun Jabar.

Selain karena pengaruh angin monsoon Australia, saat ini, benua Kanguru itu mengalami musim dingin dengan puncaknya terjadi pada Juli, Agustus, dan September.

"Sehingga suhunya relatif lebih dingin dibandingkam musim hujan," ujar Muhamad Iid.

Suhu dingin saat ini juga dipengaruhi dengan masih adanya kelembapan pada ketinggian permukaan hingga 1,5 kilometer di atas permukaan laut.

Hal itu menyebabkan pada sore hari masih terlihat adanya pembentukan awan.

"Akan tetapi pada ketinggian tiga kilometer di atas permukaan laut yang relatif kering, sehingga potensi awan yang terbentuk untuk terjadi hujan relatif kecil."

"Dan dampaknya kondisi kelembapan pada malam hingga pagi hari menambah kondisi suhu udara menjadi dingin," ujar Iid.

(Tribunnews.com/Daryono/Sri Julianti) (Kompas.com/Kontributor Banyumas, Fadlan Mukhtar Zain)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas