Melawan Keterbatasan, Agus Melukis dengan Mulut dan Kaki Hingga Membawanya ke Dunia Internasional
Terlahir tanpa tangan dan memiliki satu kaki bukan halangan bagi Agus untuk menimba ilmu
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
Beberapa tahun kemudian, Presiden Soeharto juga membubuhkan tanda tangan di lukisan Agus saat acara di Malang.
Tak berpuas diri, Agus ingin meningkatkan kualitas melukisnya lantaran ingin mengejar keanggotaan penuh di AMFPA. Sebab, keanggotaan AMFPA memiliki tiga tingkatan mulai dari calon, anggota, hingga anggota penuh (full member). Ia pun lalu mengundang beberapa relasinya dosen jurusan seni dari Universitas Negeri Surabaya dan Universitas Negeri Sebelas Maret Solo untuk datang ke rumah membekali pengetahuan tentang melukis.
Apalagi, setelah resmi menjadi calon anggota, Agus diwajibkan mengirimkan tiga lukisan setiap tiga bulannya.
Berbekal ilmu, keuletan dan kerja kerasnya, 24 tahun kemudian tepatnya tahun 2013, Agus meraih kategori associate member (anggota) di perkumpulan pelukis mulut dan kaki yang berpusat di Swiss tersebut.
Seteleh masuk AMFPA, Agus sering diundang ke luar negeri berkat lukisannya yang indah.
Baca: Kisah Pilu Wanita Indonesia Dijual untuk Menikahi Pria dari China, Disiksa Hingga Tak Diberi Makan
Lukisan Agus layak bersanding dengan karya pelukis-pelukis difabel seluruh dunia.
Kini, bersama sembilan pelukis difabel Indonesia yang masuk AMFPA, Agus terus berkarya setiap harinya.
Pameran tunggal
Meski sudah hidup mapan dengan menjadi anggota AMFPA, Agus masih memiliki satu cita-cita yang diinginkan. Setelah bergelut dalam dunia lukisan hingga puluhan tahun, Agus belum pernah menggelar pameran tunggal hasil karyanya.
Padahal, sudah ratusan lukisan tercipta dari hasil karya mulut dan kakinya.
Baca: Prediksi Hasil Sidang MK Pilpres 2019, Kemungkinan Kubu Prabowo Menang Kecil hingga Kata Mahfud MD
“Ke depan saya sangat bercita-cita mengadakan pameran tunggal di luar kota,” kata Agus.
Dalam waktu dekat, Agus mengikut pameran di Yogyakarta (Juli), Galeri Affandi Yogyakarta (Agustus), pameran di Salatiga (September) dan Surabaya (Oktober).
Untuk meraih cita-citanya, Agus terus berkarya di rumah besarnya. Bersama, Sri Rohmatiah istrinya, Agus terus berkarya setiap hari.
Dari karya yang ia kirim ke AMFPA, ia mendapatkan insentif bulanan yang bisa dijadikan penghasilan tetap untuk menghidupi keluarga, membangun rumah, hingga membeli mobil.
Sejak berkecimpung di dunia lukis, Agus pernah ikut pameran di Taiwan, Hongkong, Thailand, Singapura, Malaysia, Austria dan Spanyol. Dari pameran itu, banyak lukisan karyanya yang laku dibeli orang.
“Saya ingat waktu pameran di Taiwan tahun 1998, lukisan wayang bimo saya terjual Rp 3 juta,” kata Agus.
Ia pun merasa bersyukur dengan kondisi difabel malah bisa keliling dunia dengan karya lukisannya.
“Saya bersyukur kepada Allah SWT karena kami dikasih kekurangan tetapi malah diberikan jalan keluar menuju kesuksesan, meski dalam kondisi seperti ini,” ujar Agus.
Baca: Cerita ABK KM Tirta Amarta Bocor dan Terombang-ambing di Laut
Agus berpesan kepada orangtua yang memiliki anak senasib dengan dirinya tidak patah semangat.
Sebab, setiap kerja keras dan usaha yang dilakukan akan selalu mendulang kesuksesan di kemudian hari.
Penulis : Kontributor Solo, Muhlis Al Alawi
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul : Kisah Sukses Agus Yusuf, Pelukis dengan Mulut dan Kaki, Bisa Pameran Keliling Dunia
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.