Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Melawan Keterbatasan, Agus Melukis dengan Mulut dan Kaki Hingga Membawanya ke Dunia Internasional

Terlahir tanpa tangan dan memiliki satu kaki bukan halangan bagi Agus untuk menimba ilmu

Editor: Imanuel Nicolas Manafe
zoom-in Melawan Keterbatasan, Agus Melukis dengan Mulut dan Kaki Hingga Membawanya ke Dunia Internasional
Kompas.com/Muhlis Al Alawi
Agus Yusuf, pelukis difabel asal Desa Sidomulyo, Kecamatan Sawahan, Kabupaten Madiun yang melukis menggunakan mulut dan kakinya menunjukan karyanya yang ditandatangani ibu negara, Ibu Tien Suharto 

Untuk belajar melukis dengan mulut dan kakinya, Agus membutuhkan waktu seminggu untuk penyesuaian.

Agus mengombinasikan gerakan melukis secara bergantian dengan mulut dan kaki kirinya.

“Kalau pakai mulut bisa luwes. Tetapi, kalau kaki hanya beratnya semakin lama sering pegel. Makanya saya kombinasi, kalau capek pakai mulut, maka pakai kaki. Sebaliknya. Tetapi saya lebih nyaman pakai mulut,” ujar Agus.

Baca: 2.000 Peserta Ikuti Lomba Triathlon IronMan 70.3 Bintan

Kehebatan melukis dengan menggunakan mulut dan kakinya mulai diakui ketika Agus pertama kali mengikuti lomba lukis saat duduk di kelas V SDN Sidomulyo II, Madiun. Dalam lomba tingkat kecamatan itu ia menyabet juara satu.

“Saat itu saya melukis burung garuda dan pohon beringin. Setelah itu, saya mewakili kecamatan dan meraih juara di tingkat kabupaten. Tentunya saya senang sekali karena lukisan saya bisa menjadi juara meski saya dalam kondisi seperti ini,” kenang Agus.

Merambah luar negeri

Karya lukisan Agus mulai merambah ke luar negeri setelah salah satu tetangganya yang berlangganan majalah datang bertamu ke rumahnya.

Berita Rekomendasi

Tetangganya itu lalu menunjukkan majalah yang memuat tentang Association of Mouth and Foot Painting Artists (AMFPA) dari Swiss, mencari orang yang bisa melukis dengan mulut dan kaki.

Baca: 5 Tempat yang Harus Kunjungi Saat Liburan di Medan

Mendapatkan informasi itu, Agus tergerak langsung mengirim enam lukisan terbaiknya ke cabang yayasan AMFPA yang berada di Jakarta.

Setahun kemudian, gayung bersambut. Setelah melihat karya Agus, tim survei yang datang langsung dari Swiss mengapresiasi karya pelukis berkebutuhan khusus tersebut.

Saat itu pula, Agus diterima sebagai calon anggota (student member) AMFPA mulai September 1989.

“Saya sangat bersyukur dan senang. Cita-cita dan harapan orangtua saya akhirnya mulai terwujud,” ungkap Agus.

Tak hanya bangga diterima sebagai calon anggota AMFPA, Agus saat itu sempat bertemu dengan Ibu Negara, Tien Soeharto (Istri Presiden Kedua RI, Soeharto).

Tak sekadar bertemu, salah satu lukisannya dibubuhkan tanda tangan Ibu Tien.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas