Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pernah Dijanjikan Kasur Berdiri untuk Bantu Sulami si Manusia Kayu Bergerak, Tapi Belum Terealisasi

Sebenarnya beberapa tahun lalu ada yang menjanjikan untuk membuat kasur berdiri untuk memudahkan Sulami, namun sampai saat ini tidak terealisasi.

Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Pernah Dijanjikan Kasur Berdiri untuk Bantu Sulami si Manusia Kayu Bergerak, Tapi Belum Terealisasi
TribunSolo.com/Ryantono
Sulami terbaring di tempat tidur di rumahnya. 

TRIBUNNEWS.COM, SRAGEN - Saat kisahnya terpublikasi dua tahun lalu, Sulami si Manusia Kayu dari Selorejo Wetan, Kedawung, Sragen mencuri perhatian publik.

Kondisi tubuh Sulami yang tidak memungkinkan sendinya bergerak bebas membuat banyak pihak bersimpati dan membantunya.

Saat Tribun Solo (Grup Tribunnews.com) menemuinya, tak banyak perubahan pada Sulami selain rumahnya yang dulu hanya gedek (anyaman bambu) kini sudah direnovasi.

Demikian dengan kondisi fisiknya. Sulami yang tubuhnya masih kaku tak banyak bergerak terlihat kesulitan untuk makan.

Keluarganya harus mengangkat Sulami berdiri untuk sekedar Sulami menikmati makanan.

Sulami memiliki "garpu khusus" yang disambung dengan tongkat untuk dirinya makan.

Baca: Pelawak Komar Tak Ditahan Kejari Brebes, Istri dan Kuasa Hukum Jadi Penjaminnya

Baca: Pacitan KLB Hepatitis A, 824 Warga Keluhkan Nyeri di Perut, Tak Nafsu Makan dan Pembesaran Hati

Kondisi Sulami warga Dusun Selorejo Wetan, RT 31 Desa Mojokerto, Kecamatan Kedawung Kabupaten Sragen yang kini dirawat sang adik Susilowati
Kondisi Sulami warga Dusun Selorejo Wetan, RT 31 Desa Mojokerto, Kecamatan Kedawung Kabupaten Sragen yang kini dirawat sang adik Susilowati (TRIBUN JATENG/MAHFIRA PUTRI MAULANI)

"Kalau pakai kuah harus di dulang (suapi) kalau garingan (tanpa kuah) bisa sendiri biasanya," tutur Adik Sulami, Susi Lowati (25) pada Tribunsolo.com, Selasa (25/6/2019).

BERITA REKOMENDASI

Sebenarnya beberapa tahun lalu ada yang menjanjikan untuk membuat kasur berdiri untuk memudahkan Sulami, namun sampai saat ini tidak terealisasi.

Baca: 18 Tahun Tak Bisa Bergerak Bebas, Sulami si Manusia Kayu Rajin Puasa Senin-Kamis dan Tadarus

"Kasur itu belum terealisasi sampai sekarang dan bagaimana kabarnya tidak tahu," kata Susi pada Tribunsolo.com.

Dijelaskan Susi, memang sampai saat ini kondisi kakaknya, Sulami belum ada kemajuan sampai saat ini.

"Dulu memang saat heboh banyak yang datang kalau sekarang sudah jarang yang datang kesini lihat kondisi mbak Sulami," papar Susi.

Susi berharap kondisi kedepannya lebih baik lagi untuk keluarganya dan kondisi Sulami.

Sulami terbaring di tempat tidur di rumahnya.
Sulami terbaring di tempat tidur di rumahnya. (TribunSolo.com/Ryantono)

Bikin Tas dan Kerajinan Tangan Demi Menyambung Hidup
Kondisi Ekonomi keluarga Sulami "Manusia Kayu" dari Selorejo Wetan, Kedawung, Sragen masih kesulitan.

Adik Sulami, Susi Lowati (25) mengatakan, kondisi keluarganya sampai saat ini memang masih kekurangan.

"Kalau orang liat sekarang ini memang rumah sudah dibangun tapi itu bantuan dulu, saya dan suami kerja serabutan," kata Susi pada Tribunsolo.com, Selasa (25/6/2019).

"Apalagi kebutuhan diapers dan Tisu basah mbak Sulami juga banyak sehari 3-4 karena tidak beranjak dari tempat tidur," terang Susi.

Dia bercerita uang bantuan untuk kakaknya 2 tahun yang lalu saat ini sudah habis untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Sebenarnya hasil tas buatan Sulami juga pernah dijajakan namun hasilnya juga tidak seberapa.

"Kerajinan buatan mbak Sulami dijual mulai Rp 7 ribu sampai Rp 125 ribu tapi tidak selalu terjual," papar Susi.

Kadang untuk makanan ada mertua Susi yang membantu memberikan beras setiap bulannya.

"Saya dan suami kerja serabutan kadang kalau ada yang nyuruh nyuci ya berangkat," kata Susi.

Susi mengaku tidak bisa banyak keluar rumah lantaran harus menjaga kakaknya, Sulami apalagi sejak neneknya, Ginem meninggal.

Sulami terbaring di tempat tidur di rumahnya.
Sulami terbaring di tempat tidur di rumahnya. (TribunSolo.com/Ryantono)

Semangat Hidup
Sulami "Manusia Kayu" memiliki semangat hidup yang tinggi dan bisa mengambil hikmah dari apa yang dialaminya.

Saat ditemui Tribunsolo.com (Grup Tribunnews.com) di kediamannya di Selorejo Wetan, Kedawung, Sragen dia terlihat asyik membuat kerajinan tangan berupa tas dari bahan pernak-pernik plastik.

Sulami ramah menyambut Tribunsolo.com menceritakan kegiatannya sehari - hari.

Kamar Sulami terlihat simpel, hanya berisi barang kebutuhan Sulami seperti tongkat, kain jarik untuk menyelimuti dirinya.

Walau hidup didalam keterbatasan gerak tubuh, Sulami tetap bersemangat menyemangati dirinya.

"Dengan kondisi saya ini saya jadi bisa jauh dari apa yang tidak disukai Allah SWT," papar Sulami.

"Coba kalau tubuh saya normal mungkin saya bisa saja melakukan hal negatif dan jauh dari Allah," kata Sulami.

"Hidup ini hanya singkat dan ada alam akhirat yang menanti," jelas Sulami pada Tribunsolo.com.

Bagi Sulami dirinya memang menderita di dunia dalam artian fisiknya tidak sama seperti orang lain.

Namun, dia yakin saat di akhirat nanti akan ada hal yang lebih membahagiakan dan lebih baik.

Prinsip itu yang ditanamkan dalam hidup Sulami dalam menjalankan hari-harinya.

Setelah kasus kelainan genetika atau manusia kayu yang menimpa Sulami, kini muncul pasien baru dengan kondisi medis yang sama. Namun kasus medis yang dideritanya sudah berlangsung selama 10 tahun.
Setelah kasus kelainan genetika atau manusia kayu yang menimpa Sulami, kini muncul pasien baru dengan kondisi medis yang sama. Namun kasus medis yang dideritanya sudah berlangsung selama 10 tahun. (Capture Youtube)

Rajin Puasa
Keterbatasan gerak yang dirasakan Sulami 18 tahun terakhir tidak pernah membuatnya putus asa dan bermalas-malasan.

Susilowati, adik Sulami mengatakan, kakaknya selalu tertib melaksanakan sholat lima waktu dan bertadarus.

Tidak hanya itu Sulami juga tidak lepas untuk selalu berdzikir dan sering mendengarkan murotal di handphonenya.

"Alhamdulillah, kalo sedang tidak haid setelah mendengar adzan langsung tayamum trus salat," ujar Sulami.

Tidak hanya menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslim, Sulami juga rajin berpuasa sunnah Senin dan Kamis.

Uniknya, Sulami tidak pernah membangunkan adiknya untuk mempersiapkan makanan sahur untuk disantap.

Sulami mengatakan cukup dengan memakan sosis dirinya sudah meniatkan berpuasa.

"Kalo sahur cukup makan sosis, tanpa minum, tapi kadang juga makan roti dua ribuan," ujar Sulami.

Sulami juga memiliki sendok khusus untuk mengambil sosis dari kursi plastik berwarna merah yang berada di samping dipannya.

Sendok yang digunakan sulami bergagang kayu yang di ujungnya terdapat garpu yang digunakannya menusuk sosis.

"Ini sendok khusus saya, kalo makan sosis tinggal tusuk, jadi tidak perlu repot-repot membangunkan adik saya," ujar Sulami lirih.

Kepada Tribunjateng.com Sulami mengatakan mensyukuri kesehatan yang diberikan Allah kepadanya merupakan prinsip yang terus dia pegang.

"Dulu waktu saya dirawat di Rumah Sakit, saya melihat ada saudara kita yang tidak punya tangan, tidak punya kaki, saya kasihan," ujar Sulami.

"Masih banyak yang lebih membutuhkan, saya diberi sehat Alhamdulillah disyukuri," lanjut Sulami.

Dirinya menyampaikan hidup di dunia hanyalah sebentar dan semua akan kembali kepada Allah.

"Di dunia saya seperti ini nggak papa, yang terpenting menyiapkan bekal untuk pulang nanti bertemu Allah," ungkapnya.

Awal Tak Bisa Bergerak
Dua tahun lalu tepatnya 2017 silam, nama Sulami di manusia kayu menjadi perbincangan luas hingga menghebohkan dunia internasional.

Namanya mencuat dan menjadi pemberitaan media cetak dan elektronik setelah kondisi fisiknya berubah.

Sejak 10 tahun lalu, wanita berperawakan tinggi itu tidak bisa menggerakan seluruh tubuhnya.

Hanya kedua tangannya saja yang masih bisa digerakan untuk beraktifitasnya, sedangkan tubuh lainnya mulai dari leher hingga kaki tidak bisa digerakan alias kaku.

Kondisi fisik Sulami ini langsung membuat geger warga setempat. Karena ini pula, warga menjuluki wanita itu sebagai 'manusia kayu'.

Sulami hanya bisa terbaring lemas di atas tempat tidurnya.

Meski masih bisa bicara dan menggerakan jemarinya, sekujur tubuh kaku tidak bisa digerakkan. Untuk berdiri atau berjalan, dia harus dibantu orang lain.

Penyakit ini diderita sejak usia 10 tahun.

Awalnya ada benjolan di leher belakang hingga akhirnya menjalar sampai tulang belakang dan beberapa bagian tubuh mengalami kelumpuhan secara bertahap.

Sulami punya seorang saudara kembar yang memiliki penyakit yang sama, bernama Paniyem. Namun, saudaranya sudah meninggal sejak 2012 lalu.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas