Mereka Mendadak Menjadi Miliarder
Aristyo Setiawan atau akrab disapa Aris, tak menyangka merpati Jayabayanya ada yang berniat membeli dengan harga yang fantastis, Rp 1 miliar.
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Syarif Pullloh Anwari
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Seorang warga Bandung bernama Aristyo Setiawan (32) mendadak jadi miliarder lantaran burung merpati yang diberi nama "Jayabaya" terjual dengan harga Rp 1 miliar.
Aristyo Setiawan atau akrab disapa Aris, tak menyangka merpati Jayabayanya ada yang berniat membeli dengan harga yang fantastis, Rp 1 miliar.
Aris mengaku awalnya tak berniat menjual burung kesayangannya itu. Makanya ia mematok harga tinggi senilai Rp 1 miliar.
"Kalau burung harga 1 M baru pertama saya dengar, saya juga heran kok sampai mau pembelinya," ujar Aris ditemui di Kandangan Embatama, Jalan Cisaranten, Kota Bandung, Selasa (2/7/2019).
Aris menuturkan, burung merpati awalnya ia beli dari temannya dengan harga Rp 50 juta.
Baca: Penderita Diabetes Dianjurkan Menghindari Konsumsi 4 Macam Buah Ini, Ada Anggur dan Mangga
Baca: Modus Check In di Hotel, Mobil Lelaki Renta Ini Lenyap Setelah Kencan Dengan Cewek
Baca: Live Score Persija Jakarta vs PSS Sleman di Indosiar, Liga 1 2019, Pantau di HP Pukul 15.30 WIB
"Dia nawarin ke saya, karena dia (temen di Ciparay) udah komitmen sama saya, dia enggak jual ke yang lain.
Saya ada rezeki, yaudah saya beli, dulu saya beli Rp 50 juta," ujarnya.
Burung Jayabaya dibeli seharga Rp 1 miliar oleh warga Depok bernama Robby dan ia membeli menggunakan giro.
Proses jual belinya berlangsung pada Jumat (28/6/2019) lalu.
Burung merpati Jayabaya merupakan burung merpati lomba kecepatan yang banyak berprestasi tingkat regional maupun tingkat Nasional.
"Kalau burung itu adu kecepatan dan adu ketangkasan, yang lebih cepat dari Jayabaya itu banyak, tapi keistimewaanya itu sering pulang bawa hadiah. Saya beli Januari 2018," ujarnya.
Jeje Jadi Miliarder Gara-gara Kereta Cepat
Jeje (59), warga Kampung Jajaway, Desa Cileunyi Kulon, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung, menjadi salah satu kepala keluarga (KK) terdampak proyek pembangunan trase dan stasiun kereta cepat Jakarta-Bandung.
Sebelum lahan tersebut dibebaskan, ia memiliki bidang tanah seluas 140 tumbak atau seluas 1.490 meter persegi.
Di atas lahan tersebut, ada dua bangunan rumah yang ditempati seluruh anggota keluarga, lahan persawahan, hingga kebun pepohonan keras. Dari seluruhnya ia mendapat uang ganti rugi (UGR) sebesar Rp 1,2 miliar.
Jeje mengatakan, awalnya ia sempat menolak menjual lahannya tersebut untuk pembangunan proyek kereta cepat, lantaran yang dahulu bernama Kampung Babakan Sentral ini adalah daerah di mana ia dilahirkan.
"Saya lahir sampai sekarang di tanah ini, banyak kenangan bersama orang tua dan anak," kata Jeje di Kampung Jajaway, Kecamatan Cileunyi, Jumat (5/4/2019).
Namun, setelah berunding dengan seluruh anggota keluarga lainnya, ia pun sepakat untuk seluruh bidang miliknya dengan harga jual standar.
Jeje mengatakan, uang tersebut ia pergunakan untuk membeli beberapa meter persegi sawah serta membeli rumah di Perumahan Griya Utama Rancaekek, Desa Rancaekek Wetan, Kecamatan Rancaekek.
"Daripada keganggu gara-gara kereta cepat, lebih baik pindah saja," katanya.
Bangunan rumah di Kampung Jajaway, Desa Cileunyi Wetan, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung, kini sebagian bangunannya telah rata dengan tanah, imbas dari proyek Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).
Pantauan Tribun Jabar, Jumat (5/4/2019), di Kampung Jajaway, lahan yang bakal menjadi perlintasan kereta cepat ini, kini hanya tersisa puing-puing bangunan, mulai dari pecahan tembok, kaca, kayu, hingga atap rumah.
Di tengah teriknya matahari pada Jumat siang ini, Beberapa warga di Kampung Jajaway, terlihat sibuk membongkar satu per satu komponen bangunan rumahnya, menggunakan alat sederhana, kemudian dikumpulkan.
Tak ada penjagaan, membuat beberapa warga sekitar di kampung tersebut terlihat bolak-balik ke lokasi terdampak, untuk mencari puing-puing bangunan yang dapat kembali dipergunakan.
Tidak hanya Desa Cileunyi Wetan, beberapa desa di Kabupaten Bandung pun terdampak proyek tersebut, yaitu Desa Rancaekek Wetan; Desa Tegalluar, Kecamatan Bojongsoang; Rancaekek Kulon; dan Cileunyi Wetan, Kecamatan Cileunyi.
Diberitakan Tribun Jabar sebelumnya proses pembebasan lahan untuk proyek Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) di Kabupaten Bandung sudah mencapai 98 persen atau lebih dari 800 bidang. (*)
Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Warga Bandung Mendadak Jadi Miliuner, Burung Merpati Terjual Rp 1 Miliar, Awal Beli Cuma Segini!