Tumpahan Minyak, Petani Garam di Karawang Tak Bisa Produksi Seminggu, Rugi Hingga Rp 700 Juta
Gara-gara tambak terpapar tumpahan minyak, para petani garam tidak berproduksi selama selama sepekan di Ciparagejaya
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, KARAWANG- Gara-gara tambak terpapar tumpahan minyak, para petani garam tidak berproduksi selama selama sepekan di Ciparagejaya, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Karawang.
Petani garam di Karawang tidak setop berproduksi sejak 20 Juli lalu.
Ketua Koperasi Garam Segarajaya Karawang, Aep Suhardi, mengatakan petani garam merugi hingga Rp 700 juta akibat tidak produksi selama seminggu tersebut.
Tambak garam mereka terpapar tumpahan minyak akibat kebocoran pada anjungan Lepas Pantai YYA-1 area Pertamina Hulu Energi Offshore Nort West Java (PHE ONWJ).
"Selama seminggu dari tanggal 20 hingga 27 Juli, kami tidak panen (garam)," ujar Aep Suhardi ketika dihubungi, Senin (29/7/2019).
Aep mengatakan, para petani garam mendapati air laut yang terpapar minyak masuk ke tambak mereka.
Baca: Ada Tumpahan Minyak Pertamina, Petani Garam Tak Panen Selama Seminggu
Akhirnya, untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, air yang terpapar itu langsung dikeluarkan kembali.
Para petani garam kemudian tidak berani memasukkan air laut yang terpapar tumpahan minyak ke tambak-tambak mereka. Mereka khawatir hal itu akan berpengaruh terhadap garam hasil produksi.
Di Ciparage, sekitar 40 persen tambak garam yang terdampak. "Bahan baku garam adalah air laut. Kalau air lautnya terpapar minyak, kami tidak bisa berproduksi," kata dia.
Oleh karenanya, kata Aep, dengan adanya insiden kebocoran minyak tersebut, para petambak garam dirugikan.
Sebab, dalam sehari satu tambak dapat menghasilkan 100 ton garam.
"Kalau nilainya ya dikalikan Rp 700 per kilogramnya, sekitar Rp 70.000.000," kata dia.
Meski masih diselimuti rasa was-was, minggu ini, para petambak garam di wilayahnya memutuskan kembali memproduksi garam.
Baca: Kisah Mengharu-biru di Balik Cerita Driver Taksi Online Dapat Orderan Mengantar Jenazah di Garut
"Kalau tidak produksi kami tidak makan. Daripada tidak makan, kami memilih memproduksi kembali," ujar dia.