Pengakuan Raniah Saat Kampung yang Berjarak Hanya 100 Meter dari Bibir Pantai Diguncang Gempa
Khawatir terjadi tsunami, ia pun bersama ke 30 anggota keluarganya mengungsi sejauh 300 meter dari rumahnya
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Eko Sutriyanto
![Pengakuan Raniah Saat Kampung yang Berjarak Hanya 100 Meter dari Bibir Pantai Diguncang Gempa](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/gempa-pandeglang-ok1.jpg)
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, PANDEGLANG - Sejumlah warga di Kampung Paniis, Desa Taman Jaya, Kecamatan Sumur, Kab. Pandeglang, Banten memilih mengungsi ke dataran tinggi usai di guncang gempa 7,4 SR pada Jumat (2/8/2019) malam.
Salah satu warga Kampung Paniis, Raniah mengatakan, sejumlah warga memilih mengungsi ke dataran tinggi usai gempa mengguncang wilayah kampungnya.
Ia dan ratusan warga mengungsi ke sebuah saung di tepu sawah yang berjarak 300 meter dari kediamannya karena kampung Peniis berjarak kurang lebih 100 meter dari bibir pantai.
Khawatir terjadi tsunami, ia pun bersama ke 30 anggota keluarganya mengungsi sejauh 300 meter dari rumahnya.
"saat ini saya mengungsi di saung kecil di sekitar sawah. Jaraknya 300 meter dari rumah," ucap Raniah kepada Tribunnews.com, melalui sambungan telepon, Jumat (2/8/2019) malam.
Baca: Pasca Gempa Bumi 7.4 SR, Patroli Polda Banten Imbau Masyarakat Naik ke Perbukitan
Raniah juga sempat membagikan foto kondisi saung yang diisi oleh anggota keluarga dan tetangganya untuk mengungusi.
Terlihat dalam foto, sejumlah ibu dan anak-anak tampak duduk di saung itu.
Kondisi saung pun terlihat gelap. Hanya kilat lampu kamera yang terpancang dari foto tersebut.
Raniah menceritakan detik-detik suasana tempat tinggalnya di guncang gempa.
Ia mengatakan, saat itu tengah memasak air di dapur usai bersantap malam.
Saat tengah asik duduk, suara gemuruh terdengar kencang dari luar rumah.
Raniah beranggapan bahwa suara gemuruh itu adalah suara mobil truk yang melintas di jalan kampungnya.
Namun, tiba-tiba bangunan rumahnya yang baru direnovasi pascatsunami Banten Desember 2018 silam, bergoyang keras.
"Karena disini sedang angin kencang, kirain angin kencang. Tiba-tiba ada suara gemuruh kencang, dikira mobil truk lewat, tau-tau rumah langsung goyang," kata Raniah.
Baca: Rina Lari Dari Lantai 3 Rumah Sakit Sambil Gendong Anak dan Bawa Tiang Infus Saat Terjadi Gempa
Ia lalu bercerita, warga di sekitar tempat tinggalnya berhamburan keluar rumah.
Saat keluar rumah, listrik di kampungnya seketika padam.
Kepanikan warga pun memuncak karena setelah gempa hebat, suasa kampung seketika gelap gulita.
"langsung warga keluar dan mati lampu, langsung listriknya mati, makannya orang kelabakan. Orang-orang bingung mau kemana karena gelap, semua pada menjerit," ungkapnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.