Anggota Brimob Polda Maluku Bersihkan Jalanan Pasca Kerusuhan di Manokwari
Kondisi Kota Manokwari, Papua Barat, pasca kerusuhan beberapa hari lalu berangsur kondusif.
Penulis: Fahrizal Syam
Editor: Dewi Agustina
"Ini kita merusak kita punya kota sendiri. Yang tadinya sudah dibangun, sekarang kita merusak sendiri, kita butuh uang berapa banyak nanti kita bangun kembali," kata dia.
Sementara itu, ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Papua, Pendeta Lipiyus Biniluk, berharap tokoh-tokoh agama untuk terus menyebarkan pesan-pesan perdamaian di Papua.
"Jangan bosan-bosan untuk tetap bangun komunikasi damai, bermartabat, bertoleransi, hidup rukun, aman dan damai di mimbar-mimbar agama, di rumah-rumah ibadah," tuturnya kepada BBC News Indonesia melalui sambungan telepon, Rabu (21/8/2019).
Lipiyus mengimbau agar masyarakat, baik warga asli Papua maupun pendatang, dapat saling menjaga dan tidak membiarkan pihak lain memprovokasi mereka.
Baca: 8 Tempat Wisata di Kalimantan Timur untuk Liburan Akhir Pekan, Cobain Snorkeling di Pulau Maratua
"Semua umat, kulit hitam, putih, rambut keriting, lurus, semua memang ciptaan berasal dari Tuhan," ujarnya.
"Semua sama, tidak boleh ada rasisme dalam hal-hal seperti ini."
Bilapun ada kasus yang harus dihadapi, Lipiyus meminta aparat penegak hukum untuk dapat menanganinya dengan baik.
"Pihak TNI-Polri dalam menangani hal-hal seperti ini, humanis lah. Artinya, bangun komunikasi, kalau memang salah, diproses secara hukum," pungkasnya.
Sebelumnya, sejak Senin (19/8/2019), aksi unjuk rasa pecah di Manokwari dan Jayapura, hingga kemudian menyebar ke Sorong, Fakfak dan Timika.
Mereka menentang hal yang mereka sebut tindakan rasis dan diskriminasi yang diterima sejumlah mahasiswa Papua di Surabaya, Malang dan Semarang.
Dalam peristiwa yang terjadi di Surabaya, oknum aparat dituding melontarkan kata-kata rasis terhadap para mahasiswa asal Papua di asrama mereka.
Selanjutnya, sebanyak 43 mahasiswa ditangkap aparat terkait tuduhan pengrusakan bendera Merah Putih.
Sementara itu, setidaknya 213 orang yang terdiri dari mahasiswa Papua dan kelompok solidaritas sempat ditangkap saat hendak berunjuk rasa damai dalam memperingati New York Agreement di sejumlah kota seperti Ternate, Ambon, Malang, Surabaya dan Jayapura, akhir pekan lalu.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.