Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

80 Persen Mahasiswa Jabar, Jakarta, dan Banten Tak Setuju Pancasila Diganti Syariat Islam

eminar nasional bertajuk 'Kampus Sebagai Miniatur Keberagaman Bangsa Indonesia' digelar Institut Teknologi Bandung (ITB)

Editor: Sugiyarto
zoom-in 80 Persen Mahasiswa Jabar, Jakarta, dan Banten Tak Setuju Pancasila Diganti Syariat Islam
Tribun Jabar/Haryanto
Dosen sekaligus peneliti di FISIP UMJ, Miftahul Ulum saat menjadi pemateri seminar nasional bertajuk 'Kampus Sebagai Miniatur Keberagaman Bangsa Indonesia' di Auditorium Sabuga ITB, Jalan Tamansari, Coblong, Bandung pada Senin (26/8/2019). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Haryanto

TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Seminar nasional bertajuk 'Kampus Sebagai Miniatur Keberagaman Bangsa Indonesia' digelar Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) di Auditorium Sabuga ITB, Jalan Tamansari, Coblong, Bandung. pada Senin (26/8/2019).

Semnas dan diskusi tersebut dihadiri ratusan mahasiswa dan dosen dari berbagai perguruan tinggi

Dosen sekaligus peneliti di FISIP UMJ, Miftahul Ulum, mengatakan bahwa kampus memang berisikan orang dari berbagai suku, ras, dan agama.

Dengan keadaan tersebut, Ulum yang juga menjadi pemateri pada semnas tersebut mengaku kampus memang bisa mewakili Bangsa Indonesia yang utuh.

"Sehingga kampus itu betul-betul mewakili Indonesia secara keseluruhan ya. Jadi kalau mau mulai untuk mau memperkuat nilai kebangsaan, ya harus dari kampus," kata Ulum saat ditemui Tribun Jabar di sela seminar nasional tersebut.

Bahkan saat ini, kata dia, semua kampus di Indonesia tidak bisa lagi bersegmen pada satu golongan.

Berita Rekomendasi

Menurutnya, dunia pendidikan di Indonesia saat ini telah mengglobal dan membuat setiap kampus membuka diri terhadap berbagai kalangan masyarakat.

Ditambah lagi adanya aturan Kemenristekdikti yang memaksa tidak adanya segregasi di perguruan tinggi.

"Kalau seandainya dilihat dari situasi dan kondisi sekarang, sudah tidak memungkinkan adanya kampus yang betul-betul segregasi. Kalau kampus betul-betul mengikuti, Insya Allah kampus memang akan beragam," ujar dia.

Pada hasil penelitian yang dilakukan bersama timnya, Ulum pun menyatakan bahwa lebih dari 80 persen mahasiswa tidak mendukung penggantian Pancasila dengan Syariat Islam.

Itu tandanya sebagian besar mahasiswa berkeinginan untuk tetap toleransi dan berazaskan Pancasila.

Ia bersama timnya melakukan penelitian terhadap delapan kampus di Jakarta, Banten, dan Jawa Barat, termasuk ITB.

Dari hasil penelitiannya itu, ia berusaha bersikap optimis dan mengurangi isu-isu atau citra negatif terhadap kampus yang sering kali dianggap tempatnya radikalisme.

"Narasi-narasi positif harus digalakkan, jadi mudah-mudahan kami yang mengawali narasi positif ini. Semoga ke depannya penelitian lainnya memiliki narasi yang positif," ucapnya menjelaskan.

Ia menilai sejumlah kampus yang dianggap radikal itu hanya karena pembangunan isu yang padahal hanya karena segelintir orang saja.

Menurut Ulum, sejumlah penelitian hanya berisikan narasi negatif, sensasional, dan bombastis tanpa menumbuhkan rasa optimisme.

"Jika memang harus menggunakan zero tolerance, sekecil apapun (intoleransi) akan menjadi ancaman. Tetapi jika seandainya terus-menerus bergulat di narasi yang negatif, dampaknya ya ke semuanya akan tampak negatif," katanya menambahkan.

Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Kampus Miniatur Bangsa, 80% Mahasiswa Jabar, Jakarta, dan Banten Tak Setuju Pancasila Diganti, https://jabar.tribunnews.com/2019/08/26/kampus-miniatur-bangsa-80-mahasiswa-jabar-jakarta-dan-banten-tak-setuju-pancasila-diganti?page=2.

Sumber: Tribun Jabar
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas