Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Aksi Demo Susulan di Jayapura, Massa Rusuh Lempari Batu hingga Akses Jalan Kota Jayapura Ditutup

Aksi Demo Susulan di Jayapura, Massa Rusuh Lempari Batu hingga Akses Jalan Kota Jayapura Ditutup

Penulis: Anugerah Tesa Aulia
Editor: Miftah
zoom-in Aksi Demo Susulan di Jayapura, Massa Rusuh Lempari Batu hingga Akses Jalan Kota Jayapura Ditutup
Tribunnews/Banjir Ambarita
Aksi Demo Susulan di Jayapura, Massa Rusuh Lempari Batu hingga Akses Jalan Kota Jayapura Ditutup 

c. Serka Arif Y (luka akibat senjata tajam/sejenis parang di bagian kepala dan pelipis)

Identitas Anggota Polri

a. Bripda Dedi (luka akibat terkena panah pada bagian leher)

b. Bripka Rifki (luka akibat terkena panah pada bagian tangan kiri)

c. Barada Akmal (luka akibat terkena panah di bagian punggung belakang).

Baca: Setelah 11 Jam Diperiksa, Tri Susanti Resmi Jadi Tersangka Kerusuhan Asrama Papua, Ini Tanggapannya

Baca: Jenazah Anggota TNI yang Gugur dalam Kerusuhan Deiyai Papua Akan Diterbangkan ke Palembang

Tanggapan Moeldoko

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menilai ada provokator yang masuk saat massa menggelar demontrasi di Kabupaten Deiyai, Papua, Rabu (28/8/2019).

Berita Rekomendasi

"Ya memang ada (provokator). Jadi sering saya katakan memang poros gerakan politiknya sedang masif, sekarang betul-betul sedang masif," ujar Moeldoko di komplek Istana Kepresidenan, Jakarta.

Moeldoko menjelaskan, terjadinya gejolak di Papua yang berlangsung hingga saat ini tidak terlepas dari peran dua kelompok di Papua yaitu poros politik dan poros bersenjata yang melakukan pergerakan.

Kedua kelompok tersebut sekarang sudah sulit menghasut masyarakat Papua setelah pemerintah membangun berbagai infrastrutur.

"Pembangunan yang masif di Papua itu maka kecemasan yang dihadapi oleh mereka (dua poros) adalah dia tidak bisa lagi membohongi rakyat. Dia tidak bisa lagi membohongi dunia luar bahwa Papua itu begini, begini," papar Moeldoko.

Menurut Moeldoko, penanganan aparat kepolisian dan TNI akan dilakukan secara terukur dan tidak secara emosional yang akhirnya bertindak tidak terkontrol.

"Karena kalau kita ikut larut dalam emosi, maka langkah tindakan menjadi tidak terkontrol. Memang sengaja diprovokasi untuk itu, tujuannya apa, agar kami melakukan tindakan. Apalagi angkatan bersenjata seperti TNI atau Polri itu sangat diharapkan. Ada korban baru digulirkan," papar Moeldoko.

(Tribunnews.com/Anugerah Tesa Aulia/Gita Irawan) (Kompas.com)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas