Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

TERKINI - Kasus Istri Muda Bakar Suami, Urungkan Niat jadi Eksekutor Karena Kesurupan

Dua jasad manusia ditemukan di dalam sebuah mobil yang terbakar di Jalan Cidahu-Parakansalak, Sukabumi, Jawa Barat pada Minggu (25/8/2019)

Penulis: Sinatrya Tyas Puspita
Editor: Daryono
zoom-in TERKINI - Kasus Istri Muda Bakar Suami, Urungkan Niat jadi Eksekutor Karena Kesurupan
Dok Polres Sukabumi/Facebook
Aulia Kesuma terduga otak pelaku pembunuhan dan pembakaran suami dan anak tirinya di Cidahu, Kabupaten Sukabumi. 

TERKINI - Kasus Istri Bakar Suami dan Anak, Pelaku Akui Urungkan Niat jadi Eksekutor Karena Kesurupan

TRIBUNNEWS.COM - Dua jasad manusia ditemukan di dalam sebuah mobil yang terbakar di Jalan Cidahu-Parakansalak, Desa Pondokkaso Tengah, Kecamatan Cidahu, Sukabumi, Jawa Barat pada Minggu (25/8/2019) sekitar pukul 12.00 WIB.

Jasad tersebut ditemukan dalam mobil minibus Toyota Calya dengan plat nomor B 2938 SZH.

Korban diketahui 2 orang laki-laki bernama Edi Chandra Purnama alias Pupung Sadili (54) dan putranya, M Adi Pradana alias Dana (23).

Keduanya beralamat dari Lebak Bulus 1 Kavling 129 B Blok U15, RT 03/05, Lebak Bulus, Jakarta Selatan.

Setelah dilakukan penyelidikan, Polres Sukabumi dan Ditreskrimum Polda Jabar berhasil menangkap pelaku pembunuhan dua jasad yang ditemukan dalam mobil terbakar di Sukabumi.

Baca: Korban Pembunuhan di Sukabumi Ternyata Teman Sekolah Al Ghazali, sang Artis Ungkap Kesedihannya

Kapolres Sukabumi AKBP Nasriadi mengatakan otak pelaku pembakaran tersebut, AK sudah ditangkap.

Berita Rekomendasi

"Alhamdulillah perkara dugaan pembunuhan ini terungkap kurang dari 24 jam dengan mengamankan otak pelakunya," ungkap Nasriadi saat dikonfirmasi Kompas.com, Senin (26/8/2019) malam.

Otak pembunuhan Pupung Sadili dan M Adi Pradana tak lain ada AK, istri dari Pupung dan ibu tiri Dana.

AK ditangkap di Jakarta, Senin (26/8/2019).

Selain itu satu orang diduga pelaku, KV masih dirawat di RS Pertamina Jakarta.

AKBP Nasriadi menerangkan motif pembunuhan Pupung Sadili dan M Adi Pradana adalah masalah piutang.

Dikutip Tribunnews.com dari berbagai sumber, berikut fakta pembunuhan Pupung dan Dana yang dilakukan AK.

1. Berawal dari masalah rumah tangga

Kabid Humas Polda Metro Jaya, Argo Yuwono menyebutkan AK membunuh Pupung Sadili dan Adi Pradana karena permasalahan rumah tangga.

Ia ingin menjual rumah untuk menutupi utang tersebut.

Namun, Pupung Sadili menentang keinginan AK sebab ia masih memiliki anak kandung yang harus dibesarkannya yakni Adi Pradana.

"Kemudian dia pengin menjual rumahnya tapi karena sang suami ini punya anak, itu tidak setuju," kata Argo Yuwono.

Bila, AK nekat menjual rumah tersebut maka Pupung Sadili akan membunuhnya.

Akhirnya, AK memilih untuk membunuh Pupung Sadili dan Adi Pradana.

Baca: Diupahi Rp 500 Juta, 2 Eksekutor Pembunuhan Sukabumi Malah Tak Jadi Membunuh Usai Alami Hal Janggal

Baca: Korban Pembunuhan di Sukabumi Ternyata Teman Sekolah Al Ghazali, sang Artis Ungkap Kesedihannya

2. Pelaku Minta bantuan mantan pembantu

AK kemudian meminta bantuan suami mantan pembantunya untuk mendatangkan pembunuh bayaran dari Lampung guna menghabisi nyawa suami dan anaknya.

"Yang bersangkutan (Aulia Kesuma) pernah mempunyai pembantu, pembantu ini sudah tidak ada lagi di situ (di rumahnya). Dia (pembantunya) seorang perempuan dan suami pembantu ini disuruh menghubungi dua orang yang ada di Lampung," kata Argo Yuwono.

AK menghubungi mantan pembantunya untuk mencari pihak yang dapat membunuh.

Akhirnya, dipertemukanlah Aulia dengan dua eksekutor yakni Kuswanto Agus (A) dan Muhammad Nur Sahid (S).

"Suami pembantu ini inisial A disuruh menghubungi dua orang yang ada di Lampung," tutur Argo.

"Setelah dihubungi, datanglah dua orang laki-laki inisial S dan A datang ke Jakarta menggunakan travel kemudian oleh tersangka AK ini dijemput di Kalibata, dijemput kemudian dua orang A da S ini masuk ke mobil," tambah Argo.

Argo mengungkapkan Aulia menceritakan bahwa dirinya punya hutang dan segala kerisauannya.

Hingga akhirnya meminta bantuan untuk membunuh suami dan anak tirinya.

"Akhirnya di dalam mobil deal membantu eksekusi dan membunuh korban dengan perjanjian akan dibayar Rp 500 Juta," kata Argo.

Baca: Tega Habisi Suami dan Anak di Sukabumi, AK Ditangkap di Rumahnya oleh Tim Jatrantas

Baca: Potret Lawas Al Ghazali dan M Adi Pradana, Korban Pembunuhan Berencana di Sukabumi Pernah 1 Kelas

3. Membayar Rp 500 juta untuk pembunuh bayaran

Pelaku Aulia Kesuma (AK) menyewa 4 pembunuh bayaran untuk mengeksekusi suami dan anak tirinya.

Para eksekutor tersebut dibayar Rp 500 juta atau setengah miliar.

"Bayar Rp 500 juta," kata AKBP Nasriadi.

Namun, AK ternyata belum membayar lunas para eksekutor, baru seperempat bayaran diberikan kepada 4 eksekutor.

Baca: Kebohongan Pelaku yang Membakar Jenazah di Sukabumi Terungkap, Ternyata Bukan Anak Aulia Kesuma

Baca: Ford Everest Club Indonesia Gelar Touring Keluarga ke Batu Tapak, Sukabumi

4. Satu Ekskutor Kesurupan

Fakta terbaru dari penangkapan empat pembunuh bayaran ini adalah bahwa ternyata hanya dua eksekutor saja.

Pelaku AK dan anaknya KV (25) ikut dalam eksekusi pembunuhan tersebut.

Kapolres Sukabumi AKBP Nasriadi menyebutkan, keempat pembunuh bayaran tersebut yakni AG, SG, RD dan AL.

Namun yang kemudian menemani AK dan KV hanya AG dan SG.

Mengutip Kompas.com, Nasriadi menceritakan keempat eksekutor tersebut sebelumnya berangkat bersama dari sebuah apartemen di Jakarta menuju lokasi rumah korban di Lebak Bulus, Jakarta.

Namun di tengah perjalanan, AL kejang-kejang kesurupan atau seperti ayan.

"Ditengah perjalanan dari apartemen ke Lebak Bulus tepatnya di jalan Pasar Minggu salah satu eksekutor tersebut kesurupan seperti sakit ayan," kata Nasriadi usai rilis pembunuhan ayah dan anak di Mapolda Jabar, Kota Bandung, Kamis (29/8/2019).

Mengingat kondisi tersebut, salah satu eksekutor yakni RD kemudian mengantarkan AL ke penginapan di wilayah Pejaten, Jakarta.

Baca: Diupahi Rp 500 Juta, 2 Eksekutor Pembunuhan Sukabumi Malah Tak Jadi Membunuh Usai Alami Hal Janggal

Baca: Bermodal Sebilah Pisau, Seorang Wanita Tiba-tiba Menyerang Balita 3 Tahun di Jalan

Baca: TERKINI Kerusuhan di Jayapura Papua: Kronologi Kerusuhan hingga Wiranto Tanggapi Tuntutan Referendum

Melihat kondisi rekannya tersebut, RD akhirnya mengurungkan niatnya ikut melakukan pembunuhan tersebut.

"RD pengin ikut sebenarnya, namun dia dapat informasi AL tak bisa ditinggal akhirnya RD mengurungkan dan hanya dua eksekutor yang ikut ke sana," kata Nasriadi.

Akhirnya yang ikut melakukan eksekusi ayah dan anak itu eksekutor AG dan SG bersama otak pembunuhan AK dan anaknya KV.

Sesampainya di Lebak Bulus, kedua korban ini diculik dan dilumpuhkan.

Setelah dieksekusi dua korban dibawa AK dan KV ke Cidahu pada Minggu (25/8/2019) sekira pukul 07.00 WIB.

Tersangka AK kemudian membeli bensin di dekat lokasi tempat kejadian.

AK kemudian menyerahkan ke anaknya KV untuk membakar mobil tersebut.

Mobil berisi dua mayat yang terbakar itu pun diketahui pada Minggu (25/8/2019) di Kampung Cipanengah Bondol, RT 01/04 Desa Pondok Kaso Tengah, Kecamatan Cidahu, Kabupaten sukabumi.

Baca: Lapas Kelas ll B Nyomplong Sukabumi Terbakar

Baca: Dijanjikan Rp500 Juta, Terkuak 2 dari 4 Pembunuh Batal Ikut Eksekusi Pupung Sadili Karena Kesurupan

5. Motif Pelaku

AK nekat menghabisi nyawa suami dan anak tirinya dengan menyewa pembunuh bayaran, lantaran terlilit masalah utang.

Mengutip Kompas.com, Kapolres Sukabumi AKBP Nasriadi mengatakan, AK dan suami terlilit utang senilai Rp 10 miliar rupiah.

Rinciannya, utang Rp 7 miliar di salah satu bank atas nama pelaku, Rp 2,5 miliar atas nama AK dan suaminya, dan utang kartu kredit Rp 500 juta.

"Jadi sekitar Rp 10 M," kata Nasriadi, seperti dilansir dari tayangan Kompas TV, Kamis (29/8/2019).

Uang yang dipinjam itu niatnya untuk menggagas sejumlah usaha, salah satunya seperti rumah makan.

Namun, Nasriadi menyebut, usaha tersebut gagal.

Sementara, dari utang sebesar itu, pasangan ini mesti membayar cicilan ke bank Rp 200 juta setiap bulannya.

AK kemudian membujuk suaminya untuk menjual rumah mereka demi melunasi utang tersebut.

"Suaminya tidak mau karena rumah ini warisan orangtuanya," ujar dia.

Hal ini yang memicu AK nekat menyewa pembunuh untuk menghabisi suami dan anak tirinya.

Selain motif utang, AK disebut juga punya motif sakit hati.

Baca: Potret Pupung Sadili, Suami Dibunuh & Dibakar Istri di Sukabumi, Aktif Berlatih Silat Semasa Hidup

Baca: Curhatan Kekasih Dana, Mayat Dibakar di Mobil Sukabumi, Kenang Pemberian Terakhir dari Pacar

6. Saat autopsi, jenazah sulit diidentifikasi

Dua jenazah yang berada di dalam mobil minibus Toyota Calya yang terbakar tersebut dibawa ke RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur.

Kondisi jenazah sulit diidentifikasi lantaran sudah terbakar hingga hampir menjadi arang.

Hal itu disampaikan langsung oleh Kepala Instalasi Forensik RS Polri Kramat Jati Kombes Edy Purnomo.

"Hampir jadi arang semua (bagian tubuh). Jadi terbakarnya habis, agak sulit untuk menentukan ini meninggal terbakar atau meninggal saat masih hidup," kata Edy di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, Senin (26/8/2019).

Dia menuturkan perlu waktu untuk dapat memastikan apakah dua jasad yang ditemukan warga Kampung Bondol dibakar dalam keadaan hidup atau tewas.

Saat dibawa ke RS Polri dan belum berhasil diidentifikasi, Edy menyebut jenis kelamin, tinggi, berat badan, dan usia kedua jenazah sulit untuk diketahui secara pasti.

Tim dokter forensik RS Polri Kramat Jati belum bisa memastikan jenis kelamin kedua jasad karena seluruh tubuh korban dugaan pembunuhan itu nyaris jadi arang.

Untuk dapat memperkirakan tinggi badan misalnya, Edy menuturkan perlu tim dokter forensik hanya bisa memperkirakan dari pemeriksaan tulang lengan.

"Biasanya menggunakan tulang lengan. Tapi tadi belum diperiksa, masih harus dibersihkan dulu. Jadi dilepas dulu tulangnya, dibersihkan, baru diukur untuk bisa memperkirakan tinggi badan," ujarnya.

Di sisi lain, Edy mengungkapkan kondisi jenazah terpanggang dalam mobil itu.

"Jarinya hilang, hangus semua. Hangus sama tulang-tulangnya. Jadi bagian tulang jari kedua tangan dan kakinya hilang, hangus," kata Edy di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, Senin (26/8/2019).

Baca: 4 Kerangka Manusia Korban Pembunuhan di Banyumas: Misem Tak Dibunuh Pelaku Karena Ada Perdebatan

Baca: Belasan Santri di Tangerang Sesak Napas Hingga Pingsan, Diduga Akibat Hirup Limbah Pabrik

Ketiadaan tulang jari tangan itu membuat tim dokter forensik RS Polri Kramat Jati tak bisa mengidentifikasi korban berdasarkan sidik jari.

Pun dengan ketiadaan tulang jari kaki kedua korban yang disebut Edy membuat tinggi badan korban sulit diperkirakan.

"Kepalanya saja ada yang sampai pecah. Hilangnya tulang jari dan kaki itu karena hangus terbakar, bukan karena dipotong. Karena kelihatan dari tulangnya," ujarnya.

Perihal kabar bahwa kedua jasad ditemukan dalam kondisi tangan terikat di bagian belakang, Edy menyebut hal itu sulit dipastikan.

Dia menyerahkan seluruh hasil penyelidikan kepada korban dugaan pembunuhan kepada Satreskrim Polres Kabupaten Sukabumi.

"Semua badan hangus, kulitnya habis. Makannya kalau ditanya kedua korban dibunuh atau tidak ini susah," tuturnya.

Baca: Keinginan Jual Rumah Ditolak, Istri Bunuh Suami & Anak di Sukabumi Ternyata Sempat Diancam Korban

Baca: KABAR TERKINI Istri Bakar Suami di Sukabumi, Polisi Tetapkan 4 Tersangka dan Ungkap Kronologi

7. Pupung bukan orang sembarangan

Dikutip dari Wartakotalive.com, Edi Chandra Purnama alias Pupung Sadili (54) ternyata diketahui merupakan relawan pendukung Jokowi-Ma'ruf Amin saat Pilpres 2019.

Hal itu dikemukakan oleh Ina (49) teman Pupung semasa menjadi relawan.

Ina menilai korban merupakan sosok yang bertanggung jawab sebagai relawan.

Meski baru satu tahun mengenal Pupung, Ina mengaku kehilangan sosok pria yang nyaris seluruh bagian tubuhnya jadi arang saat ditemukan dibakar dalam mobil.

"Dia (Pupung) baik, care sama teman. Orangnya juga senang bercanda, termasuk orang yang bisa menghidupkan suasana. Jadi kalau enggak ada sepi lah," katanya.

Tak cuma seorang pengusaha, Pupung Sadili dan M Adi Pradana rupanya memiliki peranan penting di komunitas bumi datar atau flat earth di Indonesia.

Ayah dan anak ini mendirikan komunitas bumi datar Indonesia, Flat Earth 101.

Pupung Sadili menjadi founder sedangkan M Adi Pradana menjadi co-founder.

(Tribunnews.com/Sinatrya/TribuJabar/Kompas.com)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas