Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Demi Bayar Utang, AK Sewa Paranormal hingga Berikan Obat Tidur Sebelum Bunuh Pupung dan Anak Tirinya

Demi Bayar Utang, AK Sewa Paranormal hingga Berikan Obat Tidur Sebelum Bunuh Pupung dan Anak Tirinya

Penulis: Anugerah Tesa Aulia
Editor: Sri Juliati
zoom-in Demi Bayar Utang, AK Sewa Paranormal hingga Berikan Obat Tidur Sebelum Bunuh Pupung dan Anak Tirinya
Dok Polres Sukabumi/Facebook
Aulia Kesuma terduga otak pelaku pembunuhan dan pembakaran suami dan anak tirinya di Cidahu, Kabupaten Sukabumi. 

Demi Bayar Utang, AK Sewa Paranormal hingga Berikan Obat Tidur Sebelum Bunuh Pupung dan Anak Tirinya

TRIBUNNEWS.COM - Fakta terbaru kasus AK, istri muda yang membakar jenazah Edi Chandra Purnama alias Pupung (suaminya) dan  M Adi Pradana (anak tirinya) mulai terungkap.

Kapolres Sukabumi, AKBP Nasriadi mengatakan otak pelaku pembakaran tersebut, AK sudah ditangkap beserta KV (25) dan dua pembunuh bayaran yang disewanya, yakni AG dan SG berhasil tertangkap polisi di Lampung, Selasa (27/8/2019).

Nasriadi mengungkapkan, motif AK tega membunuh suaminya karena masalah keluarga yang terlilit utang sebesar Rp 10 miliar.

"Motifnya adalah tersangka AK menyewa empat eksekutor untuk membunuh suaminya, Edi Candra, dan anak tirinya, Dana, karena masalah rumah tangga dan utang piutang," ujar Nasriadi.

Baca: UPDATE Penemuan 4 Kerangka di Banyumas, Misem Ternyata Tahu Anak dan Cucunya Dibunuh Minah

Baca: Dana Dicekoki Miras Sebelum Tewas Dibakar, Kekasih : Aku Gak Rela Aku Kehilangan Kamu

Berikut fakta di balik AK yang membakar jasad suami serta anak tirinya.

1. Terjerat utang 10 Miliar

BERITA TERKAIT

AK, sang istri muda Edi Chandra Purnama alias Pupung Sadili (54) sekaligus ibu tiri M Adi Pradana alias Dana (23), ternyata punya utang miliaran.

Setiap bulan, AK harus membayar cicilan Rp 200 juta.

Kapolres Sukabumi, AKBP Nasriadi mengatakan, nilai utang AK mencapai Rp 10 miliar.

"Utangnya di 2 bank. Yang pertama, sebesar Rp 7 miliar (di Bank Danamon). Kemudian yang kedua Rp 2,5 miliar (di BRI) atas nama dia dan suaminya."

"Terakhir utang kredit mencapai Rp 500 juta, sehingga total utangnya Rp 10 miliar," kata AKBP Nasriadi, Rabu (28/8/2019).

Uang senilai Rp 10 miliar, lanjut AKBP Nasriadi mengatakan, digunakan AK untuk membuka usaha.

Namun, usaha tersebut gagal berjalan, sementara utang harus dibayar lunas.

Merasa terdesak melunasi utang Rp 10 miliar, AK meminta kepada suaminya untuk menjual aset berupa rumah di kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan.

Namun, Pupung Sadili menolak menjual rumahnya yang ditaksir senilai Rp 26 miliar.

Baca: Inilah yang Sebabkan Aulia Kesuma Punya Utang Miliaran hingga Nekat Bunuh Suami Demi Kuasai Harta

Baca: UPDATE Penemuan 4 Kerangka di Banyumas, Misem Ternyata Tahu Anak dan Cucunya Dibunuh Minah

2. Sempat sewa paranormal

Nasriadi mengatakan, sebelum merencanakan pembunuhan terhadap suami dan anak tirinya, AK sempat berupaya memakai jasa paranormal.

Langkah tersebut dilakukan dengan harapan pintu hati suaminya bisa terbuka dan bisa menjual rumah.

"Meminta bantuan kepada paranormal tapi gagal. Kemudian saudari AK merencanakan menghabisi (pembunuhan) suami dan anak tirinya, dengan mencari para eksekutor (pembunuh bayaran)," kata Nasriadi, Rabu (28/8/2019).

Baca: Terungkap Skenario Pembunuhan Pupung Sadili, Ajak Suami Berhubungan Intim Lalu Siapkan Obat Tidur

Baca: Setelah Bunuh Pupung Sadili dan Dana, Pembunuh Bayaran Taruh Obat Nyamuk Tujuannya untuk Ini

3. Membayar Rp 500 juta untuk pembunuh bayaran

Pelaku Aulia Kesuma menyewa 4 pembunuh bayaran untuk mengeksekusi suami dan anak tirinya.

Para eksekutor tersebut dibayar Rp 500 juta atau setengah miliar.

"(Bayar) Rp 500 juta," kata AKBP Nasriadi.

Namun, AK ternyata belum membayar lunas para eksekutor, baru seperempat bayaran diberikan kepada 4 eksekutor.

Baca: Beauty Influencer Tasya Farasya Beberkan Alasan Mau Kolaborasi dengan Titi Kamal

Baca: Update Rusuh di Papua Terkini, Ribuan Warga Mengungsi hingga Komunikasi di Jayapura Lumpuh

4. Diberi obat tidur

Nasriadi menyebutkan, sebelum dilakukan pembunuhan itu, tersangka AK telah menyiapkan obat tidur dosis tinggi untuk melumpuhkan kedua korban.

"Tersangka AK ini sudah membeli obat tidur sebanyak satu lempeng artinya sebanyak 10 butir, seharusnya normalnya satu butir ini 10," kata Nasriadi.

Lebih lanjut, obat tidur dosis tinggi itu kemudian dibuat bubuk dan dimasukkan ke dalam dua jus yang sengaja dibeli pelaku untuk suami dan anak tirinya.

"Membeli tiga jus, jus pertama untuk dia supaya tidak ada kecurigaan dengan suaminya, jus kedua untuk (korban) suaminya dan jus ketiga disiapkan untuk (korban) Dana yang ditempatkan di kulkas yang biasa mereka minum jus," katanya.

 Setelah Pupung minum jus yang telah tercampur obat tidur, AK mengajak suaminya itu masuk ke kamar untuk melakukan hubungan intim.

"Sebelum melakukan hubungan suami istri itu, Edi Chandra sudah meminum jus tersebut, minumnya di ruang tamu sebelum masuk ke kamar," kata Nasriadi.

Setelah melakukan hubungan suami istri, Pupung  melakukan yoga seperti kebiasaannya sebelum tidur.

Namun, karena efek dari obat tidur, korban tertidur di lantai dengan posisi terlentang.

Baca: Agar Tak Curiga, Aulia Kesuma Ajak Pupung Sadili Berhubungan Intim Sebelum Membunuh dan Membakarnya

Baca: Jokowi Minta Masyarakat Papua Tetap Tenang dan Tak Bertindak Anarkis

5. Pupung bukan orang sembarangan

Dikutip dari Wartakotalive.com, Edi Chandra Purnama alias Pupung Sadili (54) ternyata diketahui merupakan relawan pendukung Jokowi-Ma'ruf Amin saat Pilpres 2019.

Hal itu dikemukakan oleh Ina (49) teman Pupung semasa menjadi relawan.

Ina menilai korban merupakan sosok yang bertanggung jawab sebagai relawan.

Meski baru satu tahun mengenal Pupung, Ina mengaku kehilangan sosok pria yang nyaris seluruh bagian tubuhnya jadi arang saat ditemukan dibakar dalam mobil.

"Dia (Pupung) baik, care sama teman. Orangnya juga senang bercanda, termasuk orang yang bisa menghidupkan suasana. Jadi kalau enggak ada sepi lah," katanya.

Tak cuma seorang pengusaha, Pupung Sadili dan M Adi Pradana rupanya memiliki peranan penting di komunitas bumi datar atau flat earth di Indonesia.

Ayah dan anak ini mendirikan komunitas bumi datar Indonesia, Flat Earth 101.

Pupung Sadili menjabat sebagai founder, sedangkan anaknya Dana sebagai co-founder. 

(Tribunnews.com/Anugerah Tesa Aulia/Renald) (/Kompas.com/Wartakota)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas