Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ruwatan Massal Digelar di halaman Istana Gebang Kota Blitar, Ratusan Orang Pengin Buang Sial

Ruwatan massal gratis itu rutin diadakan Pemkot Blitar dua tahun sekali tiap bulan Suro.

Editor: Willem Jonata
zoom-in Ruwatan Massal Digelar di halaman Istana Gebang Kota Blitar, Ratusan Orang Pengin Buang Sial
surya
Peserta ruwatan disiram menggunakan air bunga tujuh rupa dalam acara ruwatan massal di halaman Istana Gebang, Kota Blitar, Minggu (1/9/2019).(SURYA/SAMSUL HADI) 

TRIBUNNEWS.COM - Ruwatan massal gratis itu rutin diadakan Pemkot Blitar dua tahun sekali tiap bulan Suro.

Acara itu disambut antusias masyarakat. Sebanyak 190 orang mengikuti ruwatan massal gratis di halaman Istana Gebang, Kota Blitar, Minggu (1/9/2019).

"Ruwatan massal rutin diadakan dua tahun sekali di tahun ganjil tiap Suro. Kami pilih dilaksanakan di Istana Gebang, karena tempat ini juga sakral," kata Ketua Dewan Kesenian Kota Blitar Andrias Edison, selaku panitia ruwatan massal.

Baca: Pegal-pegal, Vanessa Angel Minta Seorang Pria Memijatnya dengan Suara Manja dan Mendesah

Baca: Batal Laporkan Yan Wijaya ke Polisi, Aura Kasih: Kasihan Sudah Uzur, Seumuran Eyang Gua Itu

Baca: Rilis Singel Anyar, Widi Nugroho Penginnya Terakhir Kali Bikin Lagu Baper-baperan

Prosesi ruwatan massal itu diawali dengan pagelaran wayang kulit.

Dalang wayang kulit juga khusus untuk ruwatan yang biasa disebut dengan dalang sejati. Dalang sejatinya, Ki Sunarto dengan lakon Purwokolo.

"Maksud dari lakon wayang kulit itu menghilangkan sengkala atau kesialan," ujarnya.

Pertunjukan wayang kulit dalam acara ruwatan itu sebagai pitutur.

Berita Rekomendasi

Orang Jawa biasa memberikan pitutur atau nasihat lewat simbol-simbol, salah satunya dalam pertunjukan wayang kulit.

Pitutur yang disampaikan dalang sejati lewat pertunjukan wayang itu untuk para peserta ruwatan.

Dalang menyampaikan nasihat sesuatu hal yang dapat mendatangkan sengkala dan sukerto.

Sengkala merupakan bentuk kesialan hidup akibat perilaku sendiri. Sedangkan sukerto merupakan bentuk kesialan hidup yang dibawa sejak lahir.

Misalnya, anak tunggal atau ontang-anting, anak dua laki-laki dan perempuan atau wanda wandi, dan anak lima laki semua atau pandawa.

"Sesuai tradisi Jawa, anak yang memiliki sukerto harus diruwat," katanya.

Usai pertunjukan wayang, dilakukan pemotongan rambut untuk para peserta ruwatan. Potongan rambut itu harus dilarung di sungai atau laut. Setelah pemotongan rambut dilanjutkan dengan siraman.

Para peserta ruwatan disiram dengan air bunga tujuh rupa. Sedangkan airnya diambil dari sejumlah tempat suci, seperti masjid, gereja, vihara, dan pura.

Selain itu, air suci juga diambil dari Makam Bung Karno, Candi Penataran, Candi Wleri, Candi Sawentar, dan Candi Simping.

"Airnya diambil dari sembilan tempat suci di Blitar yang dicampur jadi satu. Inti acara ini untuk membuang kesialan," katanya.

Acara ruwatan massal ini diadakan secara gratis oleh Pemkot Blitar. Pesertanya tidak hanya warga Kota Blitar, tapi juga luar daerah.

"Kalau mengadakan ruwatan sendiri biayanya mahal. Kalau ini diadakan gratis," ujarnya.

Ikhwan, salah satu orangtua peserta ruwatan, mengatakan acara ruwatan massal yang diadakan Pemkot Blitar bagus. Acara ruwatan massal gratis itu sangat membantu masyarakat, terutama bagi dirinya.

Ikhwan memilik anak tunggal laki-laki. Sekarang anaknya masih berusia sembilan tahun. Sesuai tradisi orang Jawa, kalau punya anak tunggal harus diruwat.

"Kalau mengadakan ruwatan sendiri biayanya mahal. Kami merasa terbantu dengan acara ini," katanya.

Berita ini telah tayang di Tribunjatim.com dengan judul Ruwatan Massal Gratis di Blitar Diminati Ratusan Orang, Disiram Air Bunga 7 Rupa dari 9 Tempat Suci

Sumber: Tribun Jatim
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas