Korban Kecelakaan Tol Cipularang & Pesan Terakhirnya, Ada yang Tak Kesampaian Belikan Anak Sepatu
Berikut para korban kecelakaan Tol Cipularang di mata kerabat hingga pesan terakhir korban, ada yang tak kesampaian membelikan anak sepatu.
Penulis: Citra Agusta Putri Anastasia
Editor: Sri Juliati
Berikut para korban kecelakaan Tol Cipularang di mata kerabat hingga pesan terakhir korban, ada yang tak kesampaikan membelikan anak sepatu.
TRIBUNNEWS.COM - Delapan orang menjadi korban tewas dalam kecelakaan di Tol Cipularang, Purwakarta, Senin (2/9/2019) lalu.
Beberapa di antaranya adalah Dedi Hidayat, Iwan, dan Hendra Tjahjana.
Keluarga yang ditinggalkan maupun tetangga ketiga korban turut memberikan komentar mengenai sosok para korban semasa hidup.
Diketahui, ada pula keinginan seorang korban yang belum tercapai sebelum meninggal.
Baca: UPDATE Kecelakaan Tol Cipularang: 2 Tersangka Sempat Teleponan, Detik-detik Tabrakan Versi Tersangka
Baca: Polisi Tetapkan 2 Tersangka Kecelakaan di Tol Cipularang, Kapasitas Overload Jadi Pemicu Insiden
Baca: Kesaksian Korban Selamat Kecelakaan Beruntun Tol Cipularang: Mobil Saya Loss, Setir Saya Loss
Bagaimana sajakah sosok korban di mata para kerabat, dan apakah pesan terakhir korban sebelum tewas di Tol Cipularang?
Berikut pandangan para kerabat dan pesan terakhir korban, dirangkum Tribunnews dari berbagai sumber :
1. Sosok Dedi Hidayat di Mata Para Tetangga
Dedi Hidayat (45) dikenal baik di mata tetangga lamanya.
Dulu, Dedi sempat tinggal di RT 3 RW 7 Kelurahan Kalibaru Barat, Cilincing, Jakarta Utara.
Meski Dedi sudah tak tinggal di alamat tersebut, warga di sana masih hafal siapa sosok korban.
Sebab, Dedi pernah tinggal di sana selama 10 tahun lebih dan baru pindah empat tahun terakhir.
"Dia udah tinggal ikut istrinya, dulu udah lama tinggal di sini," kata Siti (52), tetangga sekaligus kerabat korban, Selasa (3/9/2019), dikutip Tribunnews dari Tribun Jakarta.
Menurut Siti, Dedi memang sudah lama bekerja sebagai sopir truk.
Dari pekerjaannya, Dedi bisa menghidupi seorang istri dan tiga orang anak.
"Dia orangnya baik, suka nanya sama orang, istrinya juga baik," imbuh Siti.
Hal serupa dinyatakan Endang (40), tetangga lama Dedi yang lain.
Endang menyatakan, Dedi pernah tinggal di Kalibaru Barat sejak memiliki anak pertama.
Saat menetap 10 tahun lebih di kediaman lamanya, Dedi dan keluarganya dikenal bergaul baik dengan warga sekitar.
Rumah Dedi yang lama kini sudah dijadikan kontrakan dua pintu oleh pemilik barunya.
Sekitar empat tahun terakhir, Dedi pindah rumah ke suatu permukiman yang juga berada di kawasan Cilincing.
Meskipun begitu, Endang dan para tetangga lama Dedi mendapatkan kabar, korban dimakamkan di kampung istrinya, di Indramayu.
"Dia dimakamkan di kampung istrinya, di Indramayu," kata Endang.
Adapun sepengetahuan Endang, Dedi memang telah lama menjadi sopir truk angkutan.
Dengan pekerjaannya itu, diketahui Dedi kerap kali bolak balik ke luar kota.
"Iya dia kan sopir jadi sering bolak balik ke luar kota," ucapnya.
2. Sosok Hendra Tjahjana
Hendra Tjahyana, seorang korban meninggal, dikenal sebagai pribadi yang baik oleh tetangga-tetangganya.
Satu di antaranya disebutkan oleh Aceng (40), pria yang pernah 10 tahun bekerja sebagai sopir bagi Hendra.
"Orangnya baik sih, saya sempat kerja 10 tahunan ada sama beliau," kata Aceng ditemui wartawan Kompas.com di sekitar kediamannya di Sunter Agung, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (2/8/2019).
Dilansir Kompas.com, Aceng mengatakan, sosok Hendra cukup dikenal oleh warga sekitar karena sering berinteraksi.
Bahkan, para buruh proyek yang tinggal di sebuah pondokan berjarak dua rumah dari kediaman korban sering diajak makan bersama di rumah makan.
Hal serupa juga disampaikan oleh ketua RT 7 RW 17, Kelurahan Sunter Agung, Agus Susanto.
"Baik orangnya, suami istri baik, kalau ada yang kerja sama dia itu (betah) lama-lama," ujarnya.
Sementara itu, anak kedua korban, Michael Tjahjana mengatakan, saat kecelakaan, ayahnya bersama seorang rekannya yang berada di mobil Toyota Fortuner.
Adapun korban tengah dalam perjalanan pulang dari Bandung menuju Jakarta seusai menghadiri resepsi pernikahan kerabatnya.
"Beliau itu habis kondangan di Bandung ke tempat teman kerjanya, dia perginya berdua saja sama temannya, naik mobil temannya," kata Michael di Rumah Duka Husada, Jalan Mangga Besar, Jakarta, Selasa (3/9/2019), dikutip Tribunnews dari Tribun Jakarta.
Terkait kondisi rekan korban yang berada di dalam satu mobil, Michael mengaku belum mengetahui kabar terbarunya.
"Saya kurang tahu, mungkin bisa nanya ke polres terkait ya. Tapi Fortuner hitam yang dinaiki ayah saya ini informasinya yang tertimpa truk," kata Michael.
3. Pesan Terakhir Iwan Sebelum Meninggal
Iwan bin Nisin merupakan sopir mobil pikap yang ikut menjadi korban meninggal.
Dilansir Tribun Jakarta, Iwan meninggal setelah mengalami luka di bagian dada dan kakinya akibat benturan keras.
Istri korban bernama Ratna (34) mengatakan, suaminya tersebut hendak kembali ke Tangerang setelah menunaikan kewajibannya mengantar barang di Bandung, Jawa Barat.
Sebelum kejadian yang memisahkan mereka berdua, Iwan ternyata sempat mengunggah foto yang menunjukan suasana Tol Cipularang sebelum kecelakaan.
Ratna langsung teringat pesan mendiang suaminya yang berpesan untuk menjaga ibunya.
Lantaran, Iwan khawatir kalau dirinya tidak akan kembali lagi ke Tangerang.
"Saya langsung ingat pesan suami saya yang bilang gak pulang ke Tangerang. Pas ingat saya langsung gelisah," ujar Ratna yang ditemui di kediamannya, Selasa (3/9/2019).
Siang bolong saat Ratna sedang merapikan dapur tiba-tiba saja mendengar siaran di televisi yang mengatakan, ada kecelakaan beruntun di Tol Cipularang.
Sontak, Ratna merasa ada yang janggal pada perasaannya.
"Pas denger ada kecelakaan, saya mulai khawatir. Pas saya nanya-nanya sama teman-temannya yang kebetulan kerja di pabrik itu, mereka bilang enggak ada informasi apa-apa, tapi tetap enggak tenang," ungkapnya.
Sekira pukul 19.00 WIB, Ratna akhirnya mendapati kalau suaminya ternyata menjadi satu dari delapan korban jiwa dalam kecelakaan mau kemarin.
Selain itu, dilansir Kompas.com, Ratna menceritakan, tepat pada Sabtu (31/8/2019) malam, Iwan meminta untuk dipotongkan ayam.
Namun, permintaan tersebut ditolak Ratna.
Sehari setelahnya, Iwan justru menjual ayam pemberian dari orangtuanya.
"Minggu siang sebelum malamnya berangkat ke Bandung, almarhum sempat jual ayam dulu katanya buat tambahan beli sepatu bola Ibrahim (anaknya)," ujar Ratna.
Menurut Ratna, jauh sebelum korban menjual ayamnya untuk membeli sepatu, sang anak memang telah mengeluhkan kondisi sepatunya.
Permintaan yang terus berulang itulah yang membuat Iwan merasa harus memenuhinya.
Bahkan, kata Ratna, korban rela menggunakan hari liburnya untuk masuk kerja demi mendapatkan uang tambahan.
"Minggu itu seharusnya dia libur, tapi akhirnya dia masuk. Katanya buat tambahan juga buat beli sepatu. Minggu malam dia berangkat ke Bandung," ucap Ratna.
Setelah itu, sebelum suaminya berangkat, Ratna mengaku tak banyak pembicaraan antara dirinya dengan suami.
Hanya pada saat itu, Iwan menitipkan pesan kepada anak semata wayangnya, Muhammad Ibrahim (13), untuk menjaga Ratna.
"Dia sebelum jalan cuma datangin dia (Ibrahim) cuma bilang dan nitip pesan selama pergi jaga ibu baik-baik," kata Ratna, dikutip Tribunnews dari Kompas.com.
Bagi Ratna, komunikasi tersebut tak biasa dilakukannya.
Namun, saat itu ia tak menganggap berlebihan.
Meskipun begitu, kata Ratna, suaminya tidak biasa berangkat malam hari.
"Biasanya kalau berangkat itu seharusnya Senin pagi. Tapi malah dia berangkat malam hari. Jadi saat kejadian itu sebenernya dia udah nganter barang mau pulang," katanya.
(Tribunnews.com,Citra Agusta PA/Kompas.com, Muhammad Isa Bustomi, Jimmy Ramadhan A/Tribun Jakarta, Gerald Leonardo, Ega Alfreda, Elga Hikari)