Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Guru Humoris itu Pergi untuk Selamanya, Uang Saku untuk Putra Bungsu Diduga Hilang saat Kecelakaan

Bambang Pudi Astomo guru SMPN 35 Palembang meninggal di tengah perjalanan saat hendak mengantar uang dan keperluan kuliah untuk putra bungsunya

Editor: Yudie Thirzano
zoom-in Guru Humoris itu Pergi untuk Selamanya, Uang Saku untuk Putra Bungsu Diduga Hilang saat Kecelakaan
Tribunsumsel.com/ Shinta Anggraini
Almarhum Bambang Pudi Astomo Guru SMPN 35 Palembang yang meninggal karena kecelakaan maut di Jalan Lintas Palembang-Indralaya, Rabu (3/9/2019). Almarhum Bambang Pudi Astomo dikenal sebagai guru yang humoris, suka melawak dan jarang marah 

TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG - Bambang Pudi Astomo (59) seorang guru di SMPN 35 Palembang Sumsel tewas
dalam kecelakaan di Jalan Lintas Palembang-Indralaya, Selasa (3/9/2019).

Kecelakaan itu melibatkan sepeda motor yang dikendarai Bambang dengan sebuah truk.

"Kronologi lengkapnya masih kita lakukan pengembangan. Untuk saat ini, info itu dulu yang bisa kita berikan," jelas Kasat Lantas Polres Ogan Ilir AKP Desi Aryanti melalui Kanit Laka Ipda Iwan.

Sang guru meninggal di tengah perjalanan saat hendak mengantar uang dan keperluan kuliah untuk putra bungsunya Misbach Hilal di Indralaya.

Si bungsu saat ini tengah menempuh kuliah di Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Sriwijaya (Unsri)

Misbach Hilal sempat bercerita tentang uang saku yang dibawa sang ayah dan hilang setelah kecelakaan.

Kepergian wali kelas VIII/8 itu meninggalkan kesedihan mendalam di hati murid-muridnya.

Berita Rekomendasi

Almarhum Bambang Pudi Astomo dikenal sebagai guru yang humoris, ramah dan tidak mudah marah pada murid-muridnya.

"Saat di kelas, Pak Bambang suka melawak. Saat beliau mengajar, suasana kelas tidak membosankan," kata Neyza Azzahra satu di antara siswanya Rabu (4/9/2019).

Neyza mengaku merasa sedih dan sempat termangu saat pertama kali mendengar kabar tersebut

"Sempat syok juga, rasanya tidak percaya. Soalnya kemarin masih bertemu di sekolah. Saya juga sempat salaman sama beliau," ujarnya.

Selain sebagai wali kelas VIII/8, Bambang juga mengajar mata pelajaran IPA Fisika.

"Kami tadi sempat membaca Yasin bersama di sekolah untuk almarhum pak Bambang," ujarnya.

Pantauan Tribunsumsel.com di rumah duka yang bertempat di jalan KH Balqi Banten IV gang rukun Palembang, Rabu (4/9/2019) tampak sejumlah kerabat, rekan dan murid almarhum datang melayat.

Jajaran PGRI Kota Palembang sempat menggelar upacara penghormatan terakhir bagi Bambang.

Baca: Sopir Truk Tersangka Kecelakaan Maut di Tol Cipularang Meninggal, Begini Keterangan Saksi Mata

Baca: CCTV yang Terpasang di Lokasi Tol Cipularang Tak Berfungsi Saat Kecelakaan Terjadi

Pensiun Tahun Depan

Almarhum Bambang Pudi Astomo sebenarnya akan pensiun tahun depan.

Di SMP N 35 Palembang tempatnya saat ini mengajar, Bambang telah mengabdi selama 17 tahun.

Hal inilah yang menjadi kesedihan mendalam di hati murid maupun rekan satu profesi Bambang.

"Pak Bambang tahun depan akan pensiun, tapi belum sempat menikmati masa itu beliau sudah meninggal," ujar Dahlia, salah seorang rekan satu profesi Bambang saat ditemui usai upacara pelepasan jenazah di rumah duka, Rabu (4/9/2019).

Baca: Tak Terima Didamaikan, Orangtua Siswa dan Anak Keroyok Guru yang Sedang Mengajar, Videonya Viral

Sebelum dimakamkan di TPU Gunung Semeru Plaju, dilakukan upacara pelepasan jenazah Bambang secara kedinasan.

Selain berstatus sebagai aparatur sipil negara, almarhum Bambang aktif sebagai anggota Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Palembang.

Saat upacara pelepasan jenazah berlangsung, suasana duka begitu sangat terasa.

Air mata kesedihan tak hanya terlihat dari pihak keluarga, namun murid-murid serta rekan satu profesi Bambang juga tak kuasa menahan air matanya.

"Almarhum orangnya ramah, dia juga baik dan suka bercanda. Kami sangat kehilangan sosok beliau, "ujar Dahlia.

Sementara itu, Syafril satu di antara petugas dalam upacara pelepasan jenazah Bambang mengatakan, upacara pelepasan jenazah merupakan suatu bentuk penghormatan atas pengabdian Bambang sebagai salah seorang ASN yang telah mengabdi selama kurang lebih 30 tahun lamanya.

"Ini merupakan bentuk penghormatan dari pemerintah kota Palembang terhadap aparatur sipil Negara atau anggota korpri yang tergabung dalam pemerintahan kota Palembang. Beliau juga masih tergabung dalam PGRI Palembang,"ujarnya.

Duka Keluarga

Mata Sri Ambarwati (52) masih terlihat sembab saat menerima para pelayat yang datang ke rumahnya, Kamis (4/9/2019).

Sang suami tewas dalam kecelakaan maut di Jalan Lintas Palembang-Indralaya, Selasa (3/9/2019).

"Saya ikhlas dengan kejadian ini. Walaupun merasa terpukul, tapi namanya sudah takdir jadi harus diterima dan dijalani," ujar Sri saat ditemui di rumah duka di jalan KH Balqi Banten IV gang rukun Palembang.

Sri tidak punya firasat apapun sebelum kecelakaan maut yang menewaskan suaminya itu terjadi.

Namun, satu malam sebelum kecelakaan, Bambang sempat berujar dirinya tidak apa-apa kalau harus mati.

"Semalam bapak batuk-batuk. Saat itu dia mau minum sembarang obat."

"Saya larang karena takut nanti terjadi apa-apa. Tapi malah dijawabnya, mau minum obat apa saja. Tidak apa-apa juga kalau harus mati," cerita Sri.

Sri mengaku sempat terkejut mendengar pernyataan itu.

Namun dia tidak menyangka bahwa hal itu akan menjadi pertanda kejadian buruk yang menimpa suaminya.

"Tidak menyangka sekali," ujarnya.

Kecelakaan itu melibatkan sepeda motor yang dikendarai Bambang dengan sebuah truk.

Supir truk tersebut yang diketahui bernama Rahmat (40) melarikan diri saat kecelakaan tersebut. Polisi masih melakukan penyidikan terkait kecelakaan itu.

Sri mengaku sudah membuka pintu maaf bagi sang supir truk.

"Saya sudah membuka pintu maaf. Silahkan datang ke rumah kalau mau minta maaf, pasti akan kami terima. Kecelakaan ini sudah takdir kami, saya ikhlas,"ujarnya.

Meskipun begitu, Sri juga menyerahkan sepenuhnya kelanjutan peristiwa kecelakaan tersebut pada pihak kepolisian.

"Tapi untuk penahanan atau yang lain ke pelaku, hal itu kembali lagi ke pihak kepolisian. Saya serahkan pada mereka," ujarnya.

Keluarga korban tampak tabah dan mengikuti proses pemakaman hingga selesai.

Uang Saku Hilang saat Kecelakaan

Sementara itu Misbach Hilal, putra bungsu korban mengaku sedih tidak sempat berjumpa sang ayah sebelum peristiwa naas tersebut.

"Sebelum papa mau antar uang dan pakaian ke kampus (Universitas Sriwijaya) di Indralaya, saya coba hubungi, tapi papa tidak angkat (telepon)," kata Misbach Hilal saat dijumpai di kediamannya di Jalan Banten 4 Lorong Rukun Nomor 19 RT 32, Plaju, usai pemakaman.

Hari ketika kecelakaan itu terjadi, sekitar pukul 13.00 Misbach Hilal menghubungi ayahnya namun tidak ada jawaban.

Sekitar pukul 16.00, ia baru mengetahui ayahnya meninggal setelah mendatangi Puskesmas Indralaya.

"Saya lagi kerjakan tugas, lalu dipanggil mama disuruh ke apartemen mahasiswa. Lalu saya sama mama ke Puskesmas Indralaya. Di situ saya lihat papa dimasukkan ke mobil ambulan," kata mahasiswa semester 1 jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Sriwijaya (Unsri) itu.

Sebelum meninggal dunia, korban kecelakaan di Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) pada Selasa (3/9/2019) lalu, Bambang Pudi Astomo, sempat menitip pesan pada putra bungsunya itu.

"Papa bilang saya harus semangat dan rajin belajar. Itu selalu papa sampaikan pada saya," ujar Misbach Hilal Afif.

Misbach merupakan mahasiswa semester 1 jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Sriwijaya (Unsri).

Ia menuturkan, sang ayah biasa mengantar keperluan kuliah ke Indralaya.

"Papa biasa kasih uang, pakaian, keperluan saya di apartemen mahasiswa (Unsri). Kadang seminggu sekali, kadang beberapa hari sekali, tidak tentu," kata remaja 18 tahun tersebut.

Uang jajan yang Bambang bawa untuk putra bungsunya Misbach Hilal tak genap Rp 2 juta.

Tapi, sampai mayatnya dibawa ke Puskesmas Indralaya, uang jajan untuk anaknya yang Bambang bawa hilang.

Sri pun tak tahu ke mana uang yang dibawa almarhum suaminya itu.

"Walau uangnya tidak banyak, tapi kami ingin tahu kejelasan uang itu ada dimana," ujar Sri.

"Saat itu bapak belum ketemu sama anak saya. Kecelakaannya sebelum sampai di Indralaya," imbuh Sri.

Baru sebulan kuliah, Misbach Hilal belum memegang ATM, begitu juga mahasiswa lain.

"Saya dan bapak yang sering antar uang ke Indralaya. Gantian kami ke sana," ungkap ibu dua anak ini.

Sudah sering Sri melarang Bambang pergi ke Indralaya mengendarai sepeda motor.

Tak sekali dua ia menyarankan Bambang untuk naik angkutan kota atau travel.

Permintaan Sri selalu Bambang tolak, alasannya terlalu lama menunggu travel atau angkot yang lewat. 

Artikel ini bersumber dari Tribunsumsel.com dengan judul Sosok Bambang Pudi Astomo Guru SMPN 35 Palembang Tewas Kecelakaan, Suka Melawak dan Jarang Marah Penulis: Shinta Dwi Anggraini

Sumber: Tribun Sumsel
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas