Anak Tukang Becak dari Madura Raih Gelar Doktor di ITS
Disertasi Lailatul Qomariyah mengenai aplikasi silika untuk solar sel. Solar sel bisa digunakan sebagai energi listrik.
Editor: Willem Jonata
Gadis penyuka program debat di TV Jepang ini mengatakan, dalam kaitannya mata kuliah di S3, ia satu-satunya mahasiswa program dokotoral yang ditugas kampusnya atas biaya pemerintah mengadakan penelitian di Jepang selama satu tahun, pada pertengahan 2017 hingga pertengahan 2018 lalu.
Dirinya bisa sukses dalam jenjang pendidikan seperti ini, sehari-harinya tidak selalu belajar terus-menerus tanpa mengenal waktu. Baginya seimbang antara belajar dan hiburan, di samping berdoa dan jangan sampai lalai dalam menjalankan ibadah, serta dukungan orang tua, yang menjadi penyemangat.
“Walau kita dari keluarga tidak mampu, jangan rendah diri dan putus asa. Tidak ada kata tidak bisa, kalau kita mau berusaha dan yakin dengan kemampuan kita,” tambah Laila.
Sedang Saningrat, ayah Laila yang ditemui di rumahnya, mengaku bersukur kepada Allah. Ia bangga memiliki anak seperti Laila yang bisa mandiri dalam menempuh studinya.
Bagi dia, sebagai penarik becak, tidak mungkin mampu membiaya anaknya, apalagi ke Surabaya. Bahkan dia sempat membujuk Laila agar kuliah di Pamekasan saja.
Namun karena tekad Laila bulat dan berjanji tidak akan membebankan orang tua, akhirnya Saningrat merestui Laila masuk ke ITS.
“Selama kuliah di Surabaya, saya hanya membelikan sepeda motor dan laptop, itu saja. Lainnya tidak ada, termasuk biaya kos dan biaya makan. Bahkan waktu mendaftarkan diri, anak saya tidak minta uang pada saya,” kata Saningrat.
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Usia 27 Tahun, Laila Anak Penarik Becak Dari Pamekasan Madura Raih Gelar Doktor Dari ITS