Hamzad Ngonthel 7 Hari dari Malang ke Purbalingga untuk Kunjungi Tempat Lahir Jenderal Soedirman
Hamzad sejenak menghela nafas usai menjejakkan kaki di halaman monumen tempat lahir Jenderal Soedirman.
Editor: Sugiyarto
Melainkan sepeda tua yang berat ditumpangi untuk perjalanan jauh. Dengan sepeda itu, ia harus menaklukkan berbagai medan, dengan cuaca tak karuan untuk sampai tempat tujuan.
Bagi dia, perjuangannya sampai Bantarbarang tidak ada artinya dibanding pengorbanan Jenderal Soedirman dan para pahlawan dalam merebut kemedekaan.
Generasi seterusnya hanya bisa menikmati hasil perjuangan mereka. Mengunjungi tempat lahir Soedirman hanya ikhtiar untuk mengenang jasa pahlawan. Karena jasa mereka tak mungkin terbalas.
"Saya juga penggemar Vespa Army,"katanya
Di lain sisi, bersepeda adalah hobi bagi Hamzad.
Meski terkesan berat, ia justru menganggap asyik perjalanan itu. Tempat tidur tak pernah dia pikirkan.
Yang penting ada tempat untuk rebahan, baik di emperan toko, masjid, maupun SPBU.
Selain hemat ongkos karena tak mengenal BBM, bersepeda membuat dia lebih bugar.
Banyak kalori yang terbakar.
Dari situ letihnya terbayar.
Bersepeda juga membuatnya pola hidupnya lebih teratur.
Dahulu, ia seakan tak mengenal waktu istirahat.
Ia kerap terjaga sampai tengah malam ditemani rokok dan kopi.
Gaya hidup semacam itu tentu berakibat buruk untuk kesehatan.