Fakta Kabut Asap di Sumatera, Jokowi Lakukan Salat Minta Hujan hingga Jadwal Penerbangan Terganggu
Fakta Kabut Asap di Sumatera, Jokowi Lakukan Salat Minta Hujan hingga Jadwal Penerbangan Terganggu
Penulis: Anugerah Tesa Aulia
Editor: Daryono
Fakta Kabut Asap di Sumatera, Jokowi Lakukan Salat Minta Hujan hingga Jadwal Penerbangan Terganggu
TRIBUNNEWS.COM - Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan saat musim kemarau 2019 di Pulau Sumatera terus meresahkan.
Dikutip fari Kompas.com, BNPB mencatat jumlah hotspot di Pulau Sumatera terpantau dikelompokkan menjadi dua kategori, yakni kategori sedang (30-79 persen), serta sebanyak 2.938 dan kategori tinggi atau lebih dari 80 persen, Jumat (13/9/2019).
Hal tersebut mengakibatkan kabut asap dengan ketebalan yang cukup berbahaya bagi kesehatan.
Selain itu kabut asap tersebut dapat mengakibatkan berbagai penyakit pernapasan.
Berikut ini fakta mengenai kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Riau yang telah berhasil dirangkum oleh Tribunnews.com.
1. Warga mengungsi
Fitriyanti (51) warga Jalan Lobak, Kelurahan Delima, Kecamatan Tampan, Kota Pekanbaru, Riau, terpapar kabut asap kebakaran hutan dan lahan (karhutla) bersama dengan lima anaknya yang masih kecil.
Fitri mengeluhkan berbagai penyakit yang timbul akibat kebakaran hutan dan lahan tersebut, diantaranya batuk, sesak napas dan demam.
"Saya dan anak-anak pada batuk, demam, muntah-muntah, pusing-pusing karena asap," ujar Fitri saat ditemui di posko kesehatan di Kantor DPW Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Riau di Pekanbaru, Senin (16/9/2019) malam yang dikutip dari kompas.com.
Ia juga menceritakan akibat peristiwa tersebut jika anak nomor duanya sudah dua hari demam dan sesak napas, serta mimisan.
Selain itu fitri juga mengkhawatirkan kesehatan para buah hatinya sehingga ia berinisiatif untuk memeriksakan semua anaknya.
Kemudian ia juga mengaku akan mengungsi setelah mendapat pengobatan medis di posko kesehatan.
Baca: Tinjau Lokasi Kebakaran Hutan dan Lahan, Jokowi Soroti 3 Poin Ini
Baca: Pemuda Tega Bacok dan Bakar Nenek Hingga Tewas di Garut, Ini Kronologi dan Motifnya
"Kami mungkin langsung ngungsi, karena kasihan kan anak-anak masih pada sakit semua," ujar Fitri.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.