Cuaca Ekstrem, Evakuasi Penumpang Pesawat Twin Otter Tertunda
“Kondisi cuaca menjadi kendala operasi berjalan lama, sebentar kita lihat sebentar lagi sudah tertutup," katanya
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
TRIBUNNEWS.COM. JAYAPURA - Proses evakuasi penumpang pesawat Twin Otter DHC6-400 dengan nomor registrasi PK-CDC milik PT Carpediem, Selasa (24/9/2019) mengalami kendala.
Direktur Operasi Badan Pertolongan dan Pencarian Nasional, Brigjen TNI (Mar) Budi Purnomo mengungkapkan kendala tersebut akibat cuaca yang berubah-ubah dalam hitungan detik.
Baca: Polisi: Kelompok Bersenjata Papua Terlibat dalam Kerusuhan di Wamena
“Hari ini, operasi SAR kembali dihentikan karena kondisi cuaca di lokasi yang menjadi titik diduga jatuhnya pesawat, Twin Ottet sangat menghambat. Angin cukup kencang dan cuaca cepat berubah dan tertutup kabut tebal,” ujarnya di Bandara Mozes Kilangin, Timika.
Kondisi cuaca di lokasi diduga jatuhnya pesawat sangat menghambat proses evakuasi.
“Kondisi cuaca menjadi kendala operasi berjalan lama, sebentar kita lihat sebentar lagi sudah tertutup. Sementara angin cukup kuat biaa 30 knot, sehingga tim tidak bisa mendarat,” ujarnya.
Menurut dia, operasi SAR untuk misi menemukan serta mengevakusi pesawat Twin Otter DHC6-400 dengan nomor registrasi PK-CDC milik PT Carpediem sebenarnya sudah habis.
Namun, karena korban atau penumpang belum dapat dievakuasi, maka akan terus dilanjutkan.
“Misi pencarian sudah 7 hari, namun karena sudah ada titik terang lokasi, maka upaya evakuasi akan dilanjutkan hingga 3 hari ke depan,” tandasnya.
Untuk hari selanjutnya, Tim SAR bakal merencanakan kembali proses evakuasi korban, serta menemukan benda lain yang dianggap penting.
“Kami akan planing lagi, langkah selanjutnya dalam proses evakusi. Aekaligus mencari benda yang dianggap penting guna proses investigasi penyebab jatuh pesawat oleh KNKT,” terangnya.
Lanjut dia, pihaknya juga akan berkoordinasi dengan Vertical Rescue Indonesia, untuk proses evakuasi.
“Karena posisi serpihan berada di tebing yang terjal dan sama sekali tidak ada pendaratan untuk helikopter, maka kami akan koordinasi dengan VRI,”ucapnya.
Helikopter hanya mampu mengangkut dua orang untuk melaksanakan evakuasi di dinding tegak.
“Besok kita akan libatkan 2 pendaki tebing terjal dalam proses evakuasi,”ujarnya.
Namun, sambung dia, pihaknya akan mencoba untuk mendaratkan hekikopter di sekitar tebing lokasi jatuhnya pesawat.
“Kalau memungkinkan helikopternya mendarat di dinding tegak sekitar lokasi untuk menurunkan para pendaki ini untuk bisa mendekat-sedekat mungkin dengan pesawat, agar bisa mengambil beberapa potongan pesawat, terutama rekaman penerbangan dengan rekaman suara,”tandasnya.
Baca: Kementan Dukung Papua Kembangkan Pertanian di Kabupaten Sejuta Rawa
Sesuai keterangan Basarnas, teknis proses evakuasi akan dilakukan dengan membuat posko darurat di kampung Mamontaga.
Kemudian dari Mamontaga, tim akan bergerak menuju kelokasi dengan menggunakan Helikopter, dan selanjutnya akan melakukan evakuasi, membawa korban dan barang yang di evakuasi ke Timika.