Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Wabub Klungkung Made Kasta Menangis Dengar Perjuangan Hidup Kakak Beradik Yatim Piatu Sejak Kecil

Kadek Suardana (15) dan I Komang Juniarta (13) sektika tersenyum, ketika rombongan Wabup Made Kasta datang kerumahnya

Editor: Sugiyarto
zoom-in Wabub Klungkung Made Kasta Menangis Dengar Perjuangan Hidup Kakak Beradik Yatim Piatu Sejak Kecil
Tribun Bali/Eka Mita Suputra
Kisah Hidup Kakak Beradik Yatim Piatu di Klungkung, Telusuri Sungai Cari Sayuran Liar Untuk Dijual 

Beberapa hari setelah Wayan Astawan dikubur, istrinya Ni Wayan Tini justru pergi dari rumah dan meninggalkan dua anaknya yang masih kecil. Keduanya pun dirawat oleh sang bibi, Ni Wayan Sadiari.

" Saya tidak ingat wajah ayah saya. Ibu pun tidak pernah lagi pulang ke rumah mencari kami," ungkap Kadek Suardana yang tampak sangat tegur dengan apa yang ia alami.

Seiring waktu berjalan, keduanya pun beranjak remaja. Kadek Suardana saat ini duduk di kelas IX SMP N 4 Klungkung.

Sementara adiknya masih duduk di kelas VII dan juga bersekolah di SMP N 4 Klungkung. Perjuangan keduanya dalam melanjutkan sekolah sangat luar biasa. Keduanya sekolah dengan berjalan kaki sekitar pukul 11.00 Wita.

Jarak rumahnya dengan sekolah, sekitar 500 meter, jika melewati jalan sungai dan persawahan.

Mereka merasa sangat beruntung, ketika ada teman mereka yang menjemput untuk berangkat ke sekolah bersama-sama.

Tidak seperti rekan-rekan sebayanya, keduanya tidak memiliki cukup uang untuk membeli kendaraan.

Berita Rekomendasi

" Kadang-kadang ada teman yang menjemput," ungkap Suardana sembari tersenyum.

Sebelum bersekolah, keduanya selalu menyempatkan diri mencari sayur-sayuran yang tumbuh liar di sungai seperti sayur pakis, kangkung, dan sayur singkong.

Sayur itu lalu diberikan ke bibinya, Ni Wayan Sadiari untuk dijual di pasar keesokan harinya.

Uang hasil penjualan sayur-sayuran yang tumbuh liar itu, lalu digunakan untuk bekal sekolah sehari-hari.

Jika tidak mendapatkan sayur-sayuran, keduanya lalu pergi jauh ke tegalan untuk mencari-cari buah kelapa yang jatuh.

Buah kelapa yang jatuh itupun, dijualnya untuk hidup sahari-hari. Sang kakak bahkan bekerja keras, dengan menjadi tukang panjat pohon.

Walaupun terkadang kejadian yang menimpa ayahnya, masih terbayang-bayabg dibenaknya.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Bali
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas