Kisah Menegangkan Evakuasi 7 WNA Singapura, Perempuan Pendaki Paling Alami Trauma
Proses penyelamatan para pendaki--tujuh di antaranya warga negara Singapura--berlangsung dramatis karena di jalur pendakian masih ada titik api.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM - Sebanyak 13 pendaki terjebak dalam kebakaran hutan di Gunung Raung, Jawa Timur.
Proses penyelamatan para pendaki--tujuh di antaranya warga negara Singapura--berlangsung dramatis karena di jalur pendakian masih ada titik api.
Beruntung para pendaki yang naik melalui jalur Kalibaru, Banyuwangi, tersebut tidak ada yang mengalami luka berat.
Mereka hanya lecet-lecet, luka ringan, dan sedikit melepuh di wajah.
Upaya penyelamatan itu tak lepas dari peran Koordinator Badan SAR Nasional (Basarnas) Pos SAR Jember, Asnawi Suroso.
Berikut petikan wawancara eksklusif Tribun Jatim Network dengan Asnawi Suroso di Surabaya, Minggu (6/10/2019).
Tribun: Sebenarnya seperti apa keadaan di lapangan saat mengevakuasi tujuh warga negara asing (WNA) asal Singapura yang terjebak kebakaran di Gunung Raung?
Asnawi Suroso: Yang paling berperan penting itu guide sama porternya. Saya salut, mereka mengambil keputusan berani melewati bekas kebakaran sehingga ketemu tim SAR yang pertama.
Mereka berhasil lepas dari jebakan kebakaran meski keselamatan masih terancam.
Baca: Dilaporkan Bebby Fey, Dinar Candy Beberkan Kerugian Materiil dan Minta Maaf pada Atta: Ganggu Beliau
Tribun: Seperti apa langkah yang diambil guide dan porter saat mengetahui ada kebakaran itu?
Asnawi Suroso: Pagi itu (Jumat pagi) mereka berencana summit (menuju ke puncak). Sebenarnya cuaca tidak mendukung, anginnya kencang. Boleh dibilang badai sehingga summit mereka terlambat. Mereka baru bisa summit itu menjelang sore.
Setelah summit mereka turun. Biasanya, setelah summit itu mereka ngecamp di Camp 7. Besoknya, Sabtu, baru turun. Saat akan menuju Camp 7 itulah mereka terjebak kebakaran.
Mereka memutuskan kembali naik sekira pukul 15.00 WIB. Itu keputusan yang benar. Kalau di situ terus bisa berbahaya apalagi memaksa melintas, sementara masih terjadi kondisi kebakaran.
Mereka juga tidak putus asa.
Tribun: Apa yang paling menegangkan saat evakuasi?
Asnawi Suroso: Mereka melihat api saat turun, kemudian naik karena terjebak kebakaran. Saat api mulai padam, mereka turun.
Para WNA itu menginjak bara api dan mengalami luka bakar tingkat 1. Panas tapi tidak terasa, tidak parah. Hanya saat mandi terasa perih.
Kemudian bertemu tim SRU 1 dan SRU 2 di Camp 4 sekira pukul 03.00 dini hari. Mereka senang, kami support logistik makanan siap saji. Luka bakar dan lecet diobati dibersihkan menggunakan antibiotik.
Baca: Kronologi Lengkap Meninggalnya Bayi Kembar Irish Bella & Ammar Zoni, Sempat Bolak-balik ke RS
Tribun: Bagaimana kondisi para WNA itu saat terjebak kebakaran?
Asnawi Suroso: Trauma, terutama pendaki yang perempuan. Selama kami bawa turun dari Camp 2 ke Camp 1 masih kelihatan trauma. Secara psikologis terlihat.
Guide dan porter yang menenangkan mereka. Memotivasi dan mengambil keputusan yang tepat di tengah situasi sulit.
Mereka melihat sendiri api yang membakar hutan. Alhamdulilah planning mereka tepat, yaitu turun pada Sabtu (5/10/2019). Logistik mereka tercukupi.
Tribun: Seperti apa medan pendakian melalui jalur Kalibaru itu?
Asnawi Suroso: Jalur Kalibaru itu memang untuk pendaki gunung minat khusus. Dibutuhkan skill lebih.
Sebagai contoh, jalur Kalibaru menuju puncak Gunung Raung itu melewati medan terjal. Harus punya skill khusus untuk memasang tali pengaman.
Sesuai standart operational procedure (SOP), pendaki harus didamping guide dan porter yang sudah pengalaman. Karena di Puncak Sejati harus menggunakan alat mountainerring (mendaki gunung).
Baca: Hanya dengan Jamu, Dewi Hartati Punya 8 Anak di Usia Muda, Kini Jadi Bisnis Raih Omzet Puluhan Juta
Karena kekhususan itu siapapun pendaki harus siap menghadapi kondisi Gunung Raung. Ada atau tidak ada kebakaran, SOP-nya seperti itu. Kesimpulannya, 13 orang pendaki itu memang siap.
Tribun: Evakuasi pendaki saat kebakaran apakah lebih susah dibanding evakuasi lainnya?
Asnawi Suroso: Berat dan tidaknya itu relatif. Yang jelas evakuasi kemarin itu (Sabtu, 5/10/2019) ada potensi bahaya api.
Semula skenario yang kami susun tidak menggunakan jalur pendakian Kalibaru. Kami awalnya berencana mengevakuasi melalui jalur alternatif yaitu jalur Glenmore.
Alhamdullilah skenario itu tidak jadi dilakukan. Guide dan porter mengambil keputusan yang tepat. Kami tetap melewati jalur pendakian Kalibaru meski bara api masih ada.
Tribun: Apakah ini pertama kali evakuasi pendaki WNA di Gunung Raung?
Asnawi Suroso: Iya baru pertama kali.
Tribun: Apakah ada kendala dengan para WNA saat evakuasi?
Asnawi Suroso: Kendala hampir tidak ada. Porter dan guide bisa berbahasa Inggris semua. Sedangkan satu di antara tujuh warga negara Singapura itu bisa berbahasa Indonesia.
Tribun: Bagaimana komunikasi posko dengan pendaki saat kejadian?
Baca: Kawanan Gajah Rusak 6 Rumah Warga di Suoh Lampung Barat
Asnawi Suroso: Jalur komunikasi menggunakan HT (handy talky). Porter melaporkan, kami belum bisa turun karena kondisi terbakar dan terjebak sehingga kami evakuasi ke atas untuk naik.
Tribun: Lalu apa yang dilakukan untuk menyelamatkan para pendaki itu?
Asnawi Suroso: Tim sekretariat mengaktifkan tim SAR dari Jember maupun Banyuwangi bergerak menuju lokasi. Sebanyak 25 orang berangkat duluan dibagi menjadi dua. Search and Rescue Unit (SRU) 1 dan SRU 2 berangkat pukul 22.00.
Tribun: Apa pesan Anda untuk para pendaki?
Asnawi Suroso: Untuk pendaki yang hendak ke Gunung Raung, Arjuno, Semeru, termasuk Ijen, tolong hati-hati. Apalagi saat terjadi kebakaran. Pastikan mendapat informasi yang lengkap, jangan asal menjadwalkan lalu berangkat. (wil)