Kisah Warga Rancaekek Bandung yang Sempat Terjebak di Kerusuhan Wamena
Deni kemudian panik, ketakutan karena massa yang ia lihat tampak tidak terkendali. Ia sempat mengambil gambar.
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Mega Nugraha Sukarna
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG-Deni Permana (40) warga Desa Sanghyang Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung, tidak bisa melupakan peristiwa berdarah di Jalan Hom-hom, Kabupaten Wamena pada dua pekan lalu.
Deni sejak 2015, berjualan pakaian dan jok motor di Wamena dengan jualan keliling. Ia tinggal di kos-kosan bersama adiknya. Pada suatu pagi, ia sedang membereskan barang-barang dan siap-siap bekerja.
"Tiba - tiba saja saya lihat anak-anak SMA seperti sedang tawuran, rusuh, mereka membakar semuanya. Tepat di depan kosan saya," ujar Deni saat dihubungi via ponselnya, Senin (7/10).
Deni kemudian panik, ketakutan karena massa yang ia lihat tampak tidak terkendali. Ia sempat mengambil gambar.
Baca: Robert Alberts Ungkap Faktor Teknis Penyebab Kekalahan Persib Bandung dari Madura United
Baca: Bu Tien Selamatkan Soeharto yang Nyaris Dibunuh, Senjata Rahasia Pelaku di Dalam Koper Seorang Gadis
Baca: Polisi Ungkap Munarman Dapat Laporan Soal Penganiayaan Ninoy Karundeng
Ia meninggalkan kos-kosannya mencari tempat aman karena jarak tempat dia kos dengan lokasi kerusuhan hanya terpaut beberapa meter saja.
"Setelah itu polisi dan TNI datang. Saya dan warga sekitar dievakuasi ke kantor Polres dan Kodim setempat," ujar Deni. Saat ini, ia sudah dievakuasi ke Jayapura untuk dipulangkan ke Kota Bandung oleh Pemprov Jabar.
"Sekarang saya di Kota Jayapura, diungsikan kesini karena di Wamena masih tidak aman. Saya mau dipulangkan ke Bandung oleh Pemprov Jabar. Kalau adik saya katanya masih mau tinggal disini," ujarnya.
Ia berkisah, selama empat tahun tinggal dan mencari nafkah di Wamena sebagai pedagang pakaian, suasana Wamenal, kota di Lembah Baliem itu, tampak aman dan nyaman serta asri. Tak terasa, ia betah tinggal disana apalagi penghasilan berjualan cukup menjanjikan.
"Saya jualan pakaian dan jok motor mobil. Barangnya saya ambil dari Bandung. Dijual keliling, saat itu diajak rekan saya ke Wamena. Saya ikut dan mencoba tinggal, ternyata betah karena warganya ramah dan kotanya nyaman. Tapi semua berubah setelah ada kejadian ini," kata Deni, yang semula bekerja sebagai perajin telur bebek di Rancaekek.
Saat ini, satu hal yang mengganjal di pikiranya. Saat ia kembali ke Bandung, ia tidak tahu pekerjaan apa yang harus dilakoni. Di sisi lain, modal yang ia dapati sebelumnya, ludes karena barang-barangnya ikut terjarah.
"Saat ini modal saya abis semua. Yang ada cuma sisa utang, itupun saya masih bingung mengembalikannya. Kalau kembali bekerja di Papua, saya masih trauma. Saya berharap ada bantuan dari pemerintah untuk perekonomian saya," kata Deni.