Hendri Paruhuman: Perempuan Punya Peran Vital Dalam Bentengi Keluarga dari Radikalisme dan Terorisme
Posisi perempuan sangat vital dalam keluarga. Dengan demikian, perempuan juga memiliki peran vital dalam membentengi keluarga dari radikalisme
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, PADANG - Posisi perempuan sangat vital dalam keluarga. Dengan demikian, perempuan juga memiliki peran vital dalam membentengi keluarga dari penyebaran radikalisme dan terorisme.
Hal itu ditegaskan oleh Deputi 1 Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Mayor Jenderal (Mayjen) TNI Hendri Paruhuman Lubis dalam kegiatan “Perempuan Agen Perdamaian” Pelibatan Perempuan Dalam Pencegahan Radikalisme dan Terorisme yang digelar BNPT dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) di Hotel Kyriad Bumininang, Kamis (10/10/2019).
“Tidak dapat dipungkiri posisi perempuan sangat vital dalam keluarga. Sementara keluarga merupakan sekolah pertama dalam penanaman nilai moral dan karakter anak. Itulah kunci penanaman karakter dan jati diri anak. Perempuan dengan peran seperti ini bisa menjadi benteng dari pengaruh paham dan ideologi kekerasan yang saat ini menyasar anak usia dini, terutama radikalisme dan terorisme," ungkap Hendri Paruhuman Lubis.
Untuk itulah, kata Hendri Lubis, diperlukan upaya nilai kebangsaan, wawasan keagamaan, dan kearifan lokal dalam keluarga menjadi sangat efektif sebagai filter dalam menangkal penyebaran radikalisme dan terorisme.
Merujuk hasil survei yang dilakukan BNPT pada tahun 2018 menyatakan bahwa kearifan lokal sangat efektif dalam menangkal penyebaran radikalisme. Sebanyak 63,60 persen responden survei percaya bahwa kearifan lokal dapat menangkal radikalisme dan diyakini sebagai kontrol sosial.
Dengan demikian, kearifan lokal seharusnya dapat ditanamkan dan diterapkan sejak dinri dalam keluarga, dari segi tutur lisan maupun tata krama dalam lingkungan.
“Disinilah peran perempuan sangat vital untuk menanamkan nilai-nilai kebangsaan, keagamaan, dan kearifan sejak dini kepada anak. Bila itu dilakukan, dipastikan serangan radikalisme dan terorisme akan mentah dengan sendirinya,” tutur Hendri.
Selain itu, lanjut mantan Komandan Grup 3/Sandi Yudha Kopassus itu, dibutuhkan kesadaran yang tinggi untuk selalu mawas diri agar perempuan tidak terperangkap masuk dalam jaringan pelaku ataupun korban aksi terorisme.
Dalam konteks inilah kegiatan pelibatan perempuan dalam pencegahan terorisme ini penting untuk dilaksanakan.
Untuk itulah, kata Hendri, BNPT mengucapkan terima kasih kepada Provinsi Sumbar dengan kehadiran Wakil Gubernur sebagai bentuk dukungan penuh kegiatan yang digelar FKPT Provinsi Sumbar.
“Pelibatan perempuan dalam agen perdamaian harus terus kita gelorakan di seluruh Indonesia, tidak hanya Sumbar. Dan kegiatan seperti ini setiap minggu kita laksanakan di lima provinsi di sepanjang tahun. Keluarga khususnya ibu-ibu adalah ujung tombak dari kekuatan negara kita. Ini harus kita pegang, sama-sama kita gelorakan semangat perempuan, semangat keluarga dalam pencegahan radikalisme dan terorisme di seluruh daerah Indonesia,” jelasnya.
Hendri menegaskan, proses penanggulangan terorisme tidak bisa dilaksanakan hanya oleh aparatur keamanan saja. Apakah itu kepolisian, TNI, dan BNPT sebagai lembaga negara yang mendapatkan mandat untuk menjalankan program ini.
Namun dibutuhkan sinergi yang kuat antara aparatur keamanan dengan masyarakat karena bahaya terorisme menyasar tanpa memandang pangkat, jabatan dan status sosial.
Untuk itu, ia iamendorong simpul-simpul organisasi perempuan yang hadir pada kegiatan ini agar mampu menjadi agen perdamaian, mengorganisasi massa, dan menumbuhkan kesadaran bersama-sama melawan radikalisme dan terorisme.
Mantan Danrem 173/Praja Vira Braja mengungkapkan, radikalisme dan terorisme menjadi salah satu tantangan besar yang tidak hanya mengganggu keamanan masyarakat, tetapi dalam cangkupan yang lebih besar merupakan ancaman terhadap kedaulatan negara.
Sejarah terorisme di Indonesia jug bukan hal baru, namun merupakan tantangan dan ancaman yang terus hadir dalam perjalanan bangsa.
Sejak masa orda lama, orde baru, hingga masa reformasi aktivitas kelompok teroris dengan aksi dan ancaman kekerasannya kerap menjadi hal yang menakutkan bagi keamanan masyarakat dan kedaulatan bangsa.
Pada kesempatan itu, Deputi 1 juga memaparkan sejarah dan strategi penanggulangan terorisme di Indonesia kepada kurang lebih 120 perempuan peserta kegiatan.
Kegiatan ini dibuka oleh Wakil Gubernur Sumbar Drs. H. Nasrul Abit, Ketua FKPT Sumbar Ketua FKPT Sumber Dr. Zaim Rais, MA serta jajaran Forkominda dan Forum Kerukunan Beragama Sumbar.
Kegiatan itu juga menghadirkan narasumber Nyimas Aliyah SE, M.Ikom(Asdep Perlindungan Hak Perempuan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak).
Sementara itu, Wagub Sumbar, Nasrul Abit mengungkapkan, ibu-ibu (bundo kanduang) sebagai limpapeh rumah nan gadang atau tiang penyangga rumah besar harus bisa menjadi agen perdamaian dalam melindungi keluarga dari ancaman radikalisme dan terorisme.
Apalagi Indonesia tengah mengalami banyak masalah seperti radikalisme, terorisme, bahkan juga kemarin tragedi Wamena.
“Pemerintah sudah mencoba dan pihak keamanan juga sudah maksimal menangani radikalisme dan terorisme. Ternyata masih ada yang ketinggalan yaitu pelibatan perempuan dalam menangkal masalah ini karena bagaimanapun para pelaku terorisme dan radikalisme berasal dari rumah tangga. Makanya kegiatan ini harus didukung, terutama untuk bundo kanduang sebagai limpapeh rumah nan gadang,” kata Nasrul Abit.
Ia menilai, radikalisme itu suatu paham ingin memaksakan kehendak, masuk ke masyarakat dan ke dunia politik. Mereka tidak mau tunduk pada Undang-Undang dan peraturan berlaku. Dia ingin memaksakan kehendaknya, bahkan membunuh orang dinilai mati syahid.
“Itu tidak benar, agama apa seperti itu? Jadi saya minta ibu-ibu, tolong awasi anak-anaknya, terutama yang mengikuti pengajian di luar. Agama itu pegangan kita yang hakiki. Kita fanatik boleh dalam Islam, tapi dalam kehidupan bernegara kita harus tunduk pada aturan,” jelas Nasrul Abit.