Komnas HAM: Kerusuhan Wamena Tidak Ada Hubungannya Dengan SARA
Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik mengungkapkan pihaknya juga telah memiliki data terkait hal tersebut
Penulis: Gita Irawan
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komnas HAM memastikan korban kerusuhan Wamena pada 23 September 2019 tidak ada hubungannya dengan Suku Agama Ras Antargolongan (SARA).
Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik mengungkapkan pihaknya juga telah memiliki data terkait hal tersebut.
Baca: Dua Tahun Menjabat, Janji Anies Baswedan Legalisasi Becak di Jakarta Masih Mentok
"Berkembang informasi bahwa yang jadi korban hanya orang luar. Tidak. Kami ada datanya. Tapi kami tidak mau mempublikasikan nama dan etnis tersebut karena kami khawatir itu akan memicu konflik berbau SARA," kata Taufan di Kantor Komnas HAM RI Jakarta Pusat pada Jumat (18/10/2019).
"Padahal ini sama sekali tidak ada hubungan dengan SARA. Karena ada berbagai korban dari suku-suku yang ada di sana. Mau itu dibilang pendatang dan orang asli, sama-sama ada korban, Ada berbagai pihak menjadi korban," ucapnya.
Dari pendalaman yang dilakukannya dengan terjun langsung ke Wamena pada Senin (14/10/2019) sampai Kamis (17/10/2019), ia mengatakan peristiwa tersebut merupakan kelanjutan dari kasus dugaan rasisme di Surabaya.
Terkait dengan kerusuhan di Wamena, ia mengatakan kerusuhan itu dipicu dari informasi tentang perkataan seorang guru SMA yang diduga mengandung unsur rasisme.
Namun berdasarkan penulusurannya, perkataan seorang guru SMA yang diduga mengandung unsur rasisme itu tidak terkonfirmasi kebenarannya meski peristiwa tersebut kemudian memicu unjuk rasa siswa yang dilanjutkan demo ribuan orang yang mengakibatkan pembakaran, kerusuhan, sehingga menimbulkan korban tewas.
Terkait jumlah korban tewas, Komnas HAM membenarkan 33 korban tewas ketika kerusuhan tersebut pecah.
Dua di antara korban tersebut tewas karena sakit, sedangkan sisanya mengalami kekerasan.
Meski demikian, ia mengatakan telah menerima laporan dari pihak yang tidak bisa disebutkan namanya terkait dengan adanya 10 korban tewas lain yang diduga ditembak.
Meski begitu, terkait siapa yang melakukan penembakan dan kabar tersebut ia mengatakan Komnas HAM akan melanjutkan lagi investigasi mendalam terkait hal tersebut dengan berkunjung langsung ke alamat rumah keluarga mereka.
"Ada informasi ada 10 orang lagi yang perlu dikorscek lagi. Ini tidak sempat dibawa ke rumah sakit tapi langsung dibawa ke rumahnya sehingga tidak terdeteksi," kata Taufan.
Meski demikian, ia mengatakan investigasi mendalam terkait 10 korban tersebut masih memerlukan waktu mengingat jarak yang perlu ditempuh serta kondisi keamanan.
"Ada di Lembah Dani yang perlu dikroscek. Pihak teman kita di sana sarankan jangan dulu," kata Taufan.
Sebelumnya, ia mengatakan telah mengunjungi Wamena sejak Senin (14/10/2019) sampai Kamis (17/10/2019) untuk melakukan pendalaman atas fakta-fakta yang telah dikumpulkan oleh kantor Komnas HAM Papua terkait dengan peristiwa kerusuhan Wamena pada 23 September 2019.
Baca: Menurut TNI, Ulah KKB di Papua Belakangan Ini Karena Ada Persaingan Antarkelompok OPM
Dalam proses pendalaman tersebut Komnas HAM telah bertemu dengan sejumlah pihak terkait dengan kerusuhan tersebut.
Para pihak yang ditemuinya antara lain Gubernur Papua, Koalisi Masyarakat Sipil untuk Papua sekira 30-an orang, Pangdam XVII Cenderawasih, Kapolda Papua, Kapolres, Dandim, tokoh agama, tokoh masyarakat, Rektor Universitas Cenderawasih, dan beberapa Jurnalis.