Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Semit, Ibu Hamil di Pedalaman Sintang Naik Perahu 5 Jam Hanya untuk Periksakan Kandungan

Spead yang ditumpangi rombongan Puskesmas yang hendak melakukan verifikasi Desa ODF, memutuskan berhenti tatkala melihat ada perempuan hamil besar.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Kisah Semit, Ibu Hamil di Pedalaman Sintang Naik Perahu 5 Jam Hanya untuk Periksakan Kandungan
Tribun Pontianak
Veronika Tuti memeriksa kandungan Semit. Ibu hamil itu tidak sengaja ditemukan Tuti istirahat di tepian Sungai Gilang di atas perahu. 

TRIBUNNEWS.COM, SINTANG - Ibu Semit namanya. Dia warga Desa Korong Daso, Kecamatan Ambalau, Kabupaten Sintang.

Perahu yang ditumpangi Semit, sedang bersandar di tepian Sungai Gilang ketika rombongan Puskesmas Nanga Kemangai dan Dinkes Sintang berpapasan.

Spead bermesin 15 hp yang ditumpangi rombongan Puskesmas yang hendak melakukan verifikasi Desa ODF, memutuskan berhenti tatkala melihat ada perempuan hamil besar terbaring di atas perahu. Dia lah ibu Semit.

"Di jalan kami ketemu sampan yang membawa ibu hamil yang hendak melahirkan dari Desa Korong Daso," kata Veronika Tuti kepada Tribun Pontianak.

Tuti, merupakan bidan yang mengabdikan diri di wilayah pedalaman Sintang. Hampir semua desa di hulu Sungai Ambalau, sudah dikunjungi.

Jika tidak ada jadwal kunjungan, Tuti standby di Puskesmas Nanga Kemangai.

Naluri Tuti sebagai seorang bidan bangkit. Dia bergerak mendekati ibu Semit yang terbaring di geladak perahu berbantalkan terpal yang digunakan untuk menutup segala pakaian dan barang bawaan.

Veronika Tuti memeriksa kandungan Semit. Ibu hamil itu tidak sengaja ditemukan Tuti istirahat di tepian Sungai Gilang di atas perahu.
Veronika Tuti memeriksa kandungan Semit. Ibu hamil itu tidak sengaja ditemukan Tuti istirahat di tepian Sungai Gilang di atas perahu. (Tribun Pontianak)
Berita Rekomendasi

Dengan sigap, telapak tangan Tuti memeriksa perut buncit Semit. Tampak seorang warga membantu Tuti dengan memayungi Semit agar tidak kepanasan.

Semit, terlihat meringis ketika perutnya disentuh tangan Tuti.

"Hamil anak pertama. Saya hanya memastikan udah mau melahirkan atau belum," cerita Tuti.

Setelah kondisi ibu Semit dan bayinya dipastikan baik-baik saja, Tuti dan rombongan pamit melanjutkan perjalanan menuju Desa Kolangan Juoi.

"Kondisi ibu dan bayi baik saja. Karena hamil pertama, proses penurunan kepala bayi mungkin dirasa agak sakit. Karena masih lama jadi mereka lanjut ke Puskemas dan menunggu di rumah tunggu kelahiran," ungkap Tuti.

Baca: Derita Kanker Paru, Berat Seorang Wanita Hamil di Sintang, Kalimantan Barat Hanya 30 Kg

Baca: Bobot Ibu Hamil di Sintang Kalbar Hanya 30 kg, Miranti Yakin Mukjizat akan Datang

Baca: Tips Menjalankan Ibadah Umrah untuk Ibu Hamil

Veronika Tuti bertemu dengan ibu hamil di pinggir sungai pada 28 Oktober 2019 lalu.

Semit dan rombongan selamat sampai tujuan akhir di kota Kecamatan Ambalau.

Yang pertama kali dituju, adalah Rumah Tunggu Kelahiran (RTK). Meski sudah merasakan sakit perut pada tanggal 28 Oktober lalu, hingga pagi ini 7 November 2019, bayi dalam kandungan Semit belum juga dilahirkan.

"Belum lahir. Masih menunggu di RTK," kata Tuti.

Jarak dari rumah Semit ke Rumah Tunggu Kelahiran di pusat kecamatan cukup jauh.

Desa Korong Daso letaknya berdekatan dengan Desa Kolangan Juoi, dan Desa Luting Mingan.

"Desa itu satu jalur dan berdekatan yang jarak tempuhnya sekitar 5 jam dengan speed 15 hp dari Puskemas Kemangai," kata Tuti memperkirakan jarak tempuh dari rumah Semit ke Rumah Tunggu Kelahiran.

Medan sungai yang dilalui juga cukup ekstrem. Lebar sungai menyempit di hulu sungai. Tidak selebar dan setenang permukaan Sungai Kapuas.

Veronika Tuti memeriksa kandungan Semit. Ibu hamil itu tidak sengaja ditemukan Tuti istirahat di tepian Sungai Gilang di atas perahu.
Veronika Tuti memeriksa kandungan Semit. Ibu hamil itu tidak sengaja ditemukan Tuti istirahat di tepian Sungai Gilang di atas perahu. (Tribun Pontianak)

Belum semua desa yang ada di Kecamatan terluas di Kabupaten Sintang ini tersambung jalan darat.

Sungai menjadi moda transportasi utama.

"Sungai Gilang, alur sungainya dangkal ndak ada riam (kalau air surut) karena jalurnya banyak batu, jadi ndak bisa laju speadnya. Tapi kalau air pasang, riamnya besar. Banyak perahu yang karam," ungkap Tuti menggambarkan ganasnya anak sungai di hulu Ambalau.

Medan berat itu lah yang harus ditempuh oleh ibu hamil seperti Semit jika ingin melahirkan di Puskesmas.

Baca: Setelah Gempa, 6 Ibu Hamil Melahirkan Bayinya di Tenda Darurat Lokasi Pengungsian Pulau Seram

Baca: 24 Warga Tulangbawang Mengidap HIV, Satu di Antaranya Ibu Hamil

Meski harus bertaruh nyawa, Semit tetap memilih untuk turun ke kota kecamatan, menunggu taksiran persalinan di RTK.

"Di sana (desa tempat tinggal Semit) belom ada petugas kesehatan, jadi mereka harus ke Puskesmas Kemangai. Ibu hamil takut melahirkan di kampung, makanya mereka cepat turun ke kota kecamatan," cerita Tuti.

Artikel ini telah tayang di tribunpontianak.co.id dengan judul Demi Melahirkan di Puskemas, Ibu Hamil di Pedalaman Sintang Naik Perahu 5 Jam Lewati Sungai

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas