Bali Tak Masuk Daftar Tujuan Wisata 2020 yang Disarankan Versi Majalah AS, Ini Alasannya
edia wisata asal Amerika Serikat, Fodor's Travel, meluncurkan daftar destinasi untuk dikunjungi dan lebih baik dipertimbangkan untuk tidak dikunjungi
Editor: Sugiyarto
Bali Tak Disarankan untuk Tujuan Wisata Pada 2020 Versi Media AS, Ini Alasannya
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Media wisata asal Amerika Serikat, Fodor's Travel, meluncurkan daftar destinasi untuk dikunjungi dan lebih baik dipertimbangkan untuk tidak dikunjungi pada 2020.
Menariknya, dalam daftar destinasi yang lebih baik dipertimbangkan untuk tidak dikunjungi pada 2020 atau No List, Fodor's Travel mencantumkan Bali sebagai salah satu destinasi dalam daftar tersebut.
Fodor's Travel menyebutkan, Bali pada 2017 dideklarasikan sebagai kawasan darurat sampah lantaran terlalu banyak sampah plastik di pantai dan perairan.
"Badan Lingkungan Hidup Bali mencatat bahwa pulau itu menghasilkan 3.800 ton sampah setiap hari, dengan hanya 60 persen berakhir di tempat pembuangan sampah. Sebuah pengamatan yang jelas bagi siapa pun yang mengunjungi pulau itu," tulis Fodor's Travel.
Hal lain yang menjadi fokus Fodor's Travel adalah kelangkaan air bersih di Bali karena pembangunan vila dan lapangan golf yang berdampak pada petani lokal.
Juga perilaku turis yang tidak senonoh, terutama di kawasan suci pusat peribadatan, membuat pihak berwenang di Bali berupaya membuat peraturan dan pedoman.
"Wisatawan yang mengunjungi situs-situs keagamaan dengan mengenakan pakaian renang, memanjat situs-situs suci, dan umumnya tidak menghormati adat dan norma budaya," tulis Fodor's Travel.
Destinasi terkenal lain yang masuk daftar No List
Selain Bali, masih ada destinasi terkenal lain di dunia yang tidak disarankan oleh Fodor's Travel untuk dikunjungi pada 2020.
Destinasi terebut seperti Angkor Wat di Kamboja, Hanoi Train Street atau jalur kereta di Hanoi, Vietnam, Barcelona di Spanyol, dan Big Sur di California.
No List atau daftar destinasi yang lebih baik dipertimbangkan untuk tidak dikunjungi dari Fodor's Travel berfokus pada isu lingkungan, etika, dan terkadang politik.
Di bagian akhir dituliskan bahwa keputusan diserahkan kepada pembaca karena pembaca yang merencanakan perjalanan sendiri.
"Oleh karena itu, yang ditampilkan dalam No List bukan daftar terlarang. Sebaliknya, ini adalah janji ketika kita benar-benar membahas tujuan yang disebutkan di sini, di tempat yang menakjubkan, kita akan berwisata dengan bertanggung jawab," tulis Fodor's Travel.
Fodor's Travel adalah media wisata yang berawal dari buku panduan wisata dengan cikal bakal pada 1936 di London, Inggris.
Pada 1949, buku panduan wisata modern Fodor's diproduksi di Perancis.
Kemudian, pada 1996 situs resmi Fodor's Travel dibuat.
Selanjutnya, pada 2016 situs ini diakuisisi oleh perusahaan internet di California, Amerika Serikat. (*)
Artikel ini ditulis Silvita Agmasari telah tayang di Kompas.com