Cerita Guru SD di Perbatasan Manado dan Minahasa Utara, Sering Memiliki 2 Murid per Kelas
Sekolah yang menjadi tempat Lieske yang mengajar sejak tahun 1990 ini memiliki jumlah murid di sekolah ini minim
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, MANADO - Ditunjuk Pemerintah Daerah Kota Manado melalui Surat Keputusan (SK) tahun 1990 untuk mengajar di SD Impres Tongkaina di Desa Bahowo, Lieske Pongoh (56) menerima dengan senang hati.
Padahal lokasi sekolah berada di daerah perbatasan Manado dan Minahasa Utara.
Sekolah yang menjadi tempat Lieske yang mengajar sejak tahun 1990 ini memiliki jumlah murid di sekolah ini minim.
Rata-rata setiap kelas enam orang.
"Walaupun, minimnya murid, tak menghalangi guru-guru di sini, untuk memberikan mata pelajaran kepada siswa," katanya saat ditemui tribunmanado.co.id, Senin (25/11/2019).
Dikatakannya, siswa di sekolahnya tidak pernah ketinggalan kurikulum.
Baca: UMP 2020 Naik Rp 3,3 juta, Pengusaha Keluhkan Produktivitas Tenaga Kerja Sulut Peringkat ke-14
Kata dia, kelas yang diajarkan, muridnya berjumlah empat orang, setiap minggu pasti ada dari antara mereka tidak hadir di sekolah dengan berbagai alasan.
"Saya sering mengajar hanya dua orang di kelas," ujar dia lagi.
Mau tak mau, harus tetap mengajar, karena sudah menjadi tugas seorang guru berapa pun murid yang hadir.
Hampir 29 tahun mengabdi di sekolah ini.
Baca: Sebelum Tampar Mahasiswinya, Dosen UNM Ini Pernah Didemo Mahasiswa karena Melakukan Plagiat
Suka dan duka terlewatkan, karena keinginan besar ingin mengajar siswa di desa Bahowo menjadi pandai.
Sebagian besar anak di sini, hanya lulusan Sekolah Dasar (SD).
Mereka tidak bisa meneruskan sekolah, karena jarak sekolah lanjutan jauh dari perkampungan serta ketidakmampuan orangtua membiayai sekolah.
Ia menambahkan, keseriusan untuk bersekolah dari siswa di sini, cukup luar biasa, walaupun jumlah siswa minim, tapi tidak pernah kelas kosong dari murid.