Semangat Bergerak dalam Pameran Seni Kriya 'Gumregah'
Pameran seni kriya yang bertajuk Gumregah merupakan pameran seni yang diadakan sebagai bentuk apresiasi berkaryanya Sumadi, Dosen kriya seni ISI Solo
Penulis: Muhammad Nur Wahid Rizqy
Editor: Pravitri Retno W
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Muhammad Nur Wahid Rizqy
TRIBUNNEWS.COM - Gumregah merupakan sebuah pameran seni kriya yang diadakan secara kolektif dari berbagai unsur seniman sekaligus tenaga pengajar dari Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta.
Selain itu, pameran seni Gumregah merupakan sebuah bentuk apresiasi atas 34 tahun berkaryanya Drs Sumadi pada dunia seni kriya.
Pameran ini berlangsung lima hari, selama 10-15 Desember 2019 di Bentara Budaya, Surakarta.
Dalam acara pembukaan pameran yang berlangsung pada Selasa (10/12/2019) malam, turut hadir Rektor ISI Surakarta, Guntur, Kurator pameran Gumregah, Dharsono dan Soegeng Toekio, jajaran FSRD ISI, serta sejumlah seniman dan budayawan.
Acara dibuka sambutan dari Rektor ISI, Ketua Panitia Pameran, dan Kepala Bentara Budaya Surakarta.
Selain itu juga terdapat acara fashion show serta teater dari Empu Sepa.
Pameran yang bertajuk 'Gumregah' mengartikan sebuah self awareness disertai semangat untuk bergerak melakukan kerja nyata yang positif.
Dengan motivasi akan makna Gumregah tersebut, ini menjadikan dorongan dan kerja nyata bagi 27 Dosen akitf, dan tiga yang telah purna tugas dari jurusan Kriya Seni Rupa dan Desain ISI Surakarta untuk menggelar sebuah pameran karya seni kriya di Bentara Budaya Solo.
Karya-karya yang ditampilkan dalam pameran inipun beragam.
Mulai dari karya-karya yang terbuat dari logam, kayu, kain, serat, kaca, kulit, keramik, batu, dan masih banyak lainnya.
Total karya yang dipamerkan berjumlah 58 karya kriya.
Lima puluh delapan karya kriya tersebut terbagi dari 30 karya atas kreasi Sumadi, dan 28 karya berasal dari dosen jurusan Kriya ISI Surakarta.
Ketua Panitia Pameran, Bening Tri Swasono, menuturkan kepada Tribunnews, waktu persiapan acara ini telah memakan waktu selama satu bulan.
Ia menyadari, waktu yang relatif singkat dan mepet dalam menyiapkan sebuah acara pameran.
Namun dengan bantuan segenap pihak, terutama dari dosen-dosen ISI, acara pameran ini bisa terselenggara dengan lancar.
"Pameran Gumregah ini kami persiapkan selama satu bulan, sebetulnya itu waktu yang singkat untuk menyelenggarakan event. Karena ya memang kesibukan kami selaku staf pengejar di ISI Solo," kata Bening saat diwawancarai Tribunnews di Bentara Budaya Surakarta, Selasa.
"Dan atas bantuan dari panitia yang lain (para dosen), acara ini bisa terselenggara," kata Bening.
Ketika ditanya apakah dalam ke depannya akan mengadakan pameran semacam ini lagi, Bening menjawab akan berusaha dan menjadikannya ini sebuah agenda tahunan jurusan kriya seni ISI Solo.
Menurutnya, acara pameran-pameran semacam ini merupakan sebuah momentum dan kesempatan untuk mengenalkan karya-karya seni, terutama seni kriya.
Serta harapannya kedepan, acara pameran kriya seni dapat melibatkan para kriyawan yang lebih banyak dan skala yang lebih besar.
"Jadi kami berharap ini merupakan satu momentum, dan kebetulan ini bertepatan dengan purna tugas Pak Sumadi, tetapi saat ini juga ini merupakan suatu momentum untuk ke depannya untuk bisa dijadikan event tahunan," ujar Bening.
"Dan juga pameran ini bisa diadakan oleh jurusan kriya yang mungkin akan melibatkan lebih banyak kriyawan," tambahnya.
Mengenai ide pameran, terutama dalam menyambut purna tugas, sebenarnya di lingkungan ISI Solo sudah sering mengadakan pameran dalam rangka menyambut purna tugas seorang dosen.
"Ketika ada dosen yang purna tugas, kami akan buatkan acara pameran," ungkap dia.
Di kesempatan yang sama, Sumadi, dosen kriya seni ISI Solo yang telah mendedikasikan dirinya sebagai sosok yang bergelut dengan kriya seni, ia menyatakan kebahagiannya.
Ia merasa bahagia karena karya-karyanya selama ini dapat dipamerkan dan diketahui banyak orang.
Meskipun masih banyak karya-karya miliknya yang sesungguhnya masih belum semua ia perlihatkan ke publik.
"Saya merasa senang karya-karya saya bisa dipublikasikan, kemudian syukur-syukur bisa dipahami dan diketahui oleh masyarakat luas," ujar Sumadi.
Selain itu, ia juga berpesan kepada para generasi sekarang, terutama yang menjiwai bidang seni kriya untuk lebih meluaskan dan mempelajari banyak tema-tema.
Lebih lanjut, ia berpesan untuk mengembangkan ide-ide baru, ide yang inovatif, agar bisa menghasilkan karya yang baik.
"Generasi saat ini harus bisa mempelajar banyak tema-tema, lebih mengexplore lagi, dan lebih mengembangkan ide-ide yang inovatif karena ide ide itu luas sekali," tutur dia.
Melalui karya-karyanya, Sumadi mengekspresikan hidup dan kehidupan alam semesta dalam dimensi simbolik.
Rekaan bentuk makhluk-makhluk yang distilir, ekspresinya tentang gunung dan apa saja tentang dimensi kehidupan, dia olah sedemikian rupa menjadi karya kriya yang khas.
Turut dosen-dosen ISI Surakarta yang berpameran Aan Sudarwanto, Afrizal, Agus Ahmadi, Agung Cahyana, Aji Wiyoko, Aries BM, Ari Supriyanto, Arif Jati P, Bagus Indrayana, dan Basuki Teguh Yuwono.
Serta Bening Tri Suwasono, Danang Priyanto, FP Sri Wuryani, Galih Apriliyanto, Imam Madi, KRT Subandi Suponingrat, Kusmadi, Karju, dan Kuntadi Wasi Darmojo, M. Ng.
Juga Daliman Puspobudoyo, Soelistyo Joko Soeryono, Suyanto (Alm), Sri Marwati, Soegeng Toekio, Quintanova Rizqino, Sutriyanto, Prima Yustana, dan R Adi Pabowo
(Tribunnews.com/Muhammad Nur Wahid Rizqy)