Wabup Marhaenis Viral Setelah Dua Istri Jadi Kades: Istri Saya Luar biasa
Halla Unariyanti (48), istri pertama, terpilih menjadi Kepala Desa Bendosewu, Kecamatan Talun,Kabupaten Blitar.
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, MALANG-Wakil Bupati (Wabup) Blitar, Jawa Timur, Marhaenis Urip Widodo, jadi viral ketika dua istrinya dilantik menjadi kepala desa di wilayah tersebut, Jumat (13/12/2019) lalu.
Halla Unariyanti (48), istri pertama, terpilih menjadi Kepala Desa Bendosewu, Kecamatan Talun,Kabupaten Blitar. Sedang Fendriana Anitasari (33), istri kedua, menjadi Kepala Desa Wonorejo, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar.
Baca: Guru Dwi Pahlawan Pendidikan yang Juga Seorang Tukang Sampah
Fenomena itu boleh dibilang langka, apalagi dua perempuan itu terpilih untuk kedua kalinya. Berikut petikan wawancara eksklusif dengan Marhaenis, yang juga kader PDI Perjuangan, di rumah pribadinya, Desa Bendosewu, Selasa (17/12), terkait keunikan tersebut.
Foto Anda bersama kedua istri seusai pelantikan kepala desa sempat viral. Apa respon Anda?
Di partai responnya luar biasa, malah partai memberikan apresiasi kepada kadernya. Tapi, saya hanya menanggapi biasa, saya tidak berani komen, ketika ada teman‑teman yang mengirim berita maupun foto saya di grup WA teman partai.
Tentu ada yang pro dan kontra. Namanya orang banyak, pendapatnya beda‑beda. Mungkin malah ada yang bilang, halah pamer bojo (istri) itu.
Namanya orang banyak, dinamikanya macam‑macam. Tapi, saya sebagai orang politik, disanjung dan diserang sudah biasa. Justru ini sebagai evaluasi saya untuk lebih maju lagi. Saya tidak boleh emosi menanggapi semua itu.
Baca: Langkah Anies Baswedan Tanggapi Video Viral Pegawai Honorer Masuk Got, Langsung Copot Lurah Jelambar
Bagaimana perasaaan Anda setelah kedua istri kembali dilantik menjadi kepala desa?
Sebenarnya biasa saja. Karena semua sudah ada prosesnya, ada tahapannya. Kebetulan kedua istri saya sudah dua periode ini menjadi kepala desa. Sekarang mereka tinggal melanjutkan saja.
Orang Jawa bilang sudah ada tilase (sudah ada bekasnya), sudah banyak memberi kontribusi untuk desa. Masyarakat tetap memilih mereka berdua lagi. Baik untuk Mbak Uun di Bendosewu maupun Mbak Fendri di Wonorejo.
Saya selaku suami, tentunya, secara positif memberikan dukungan kepada mereka berdua. Yang penting niat mereka berdua untuk kepentingan masyarakat. Sudah lama (jadi kepala desa), sudah dua periode.
Seperti apa proses pada pemilihan kepala desa (pilkades) periode sebelumnya, sehingga kedua istri Anda terpilih menjadi kepala desa?
Pada periode pertama, kedua istri saya malah menjadi calon tunggal, tidak ada calon lainnya. Akhirnya harus mencari calon bayangan, karena di aturannya tidak boleh calon tunggal.
Baca: VIRAL Ibu Punya Ide Cerdas agar Bayinya Tak Menangis saat Ditinggal, Pasang Kardus Bergambar Dirinya
Adik saya kemudian jadi calon bayangan. Alhamdulillah ketika itu keduanya menang mutlak. Untuk periode kedua ini malah luar biasa, terutama untuk istri yang maju lagi di Pilkades Bendosewu.
Bendosewu ini merupakan basis ulama. Ketika menjabat sebagai Kepala Desa Bendosewu periode pertama, istri saya selalu kerja sama dengan ulama. Semua harus dirangkul termasuk para ulama.
Kedua istri Anda maju di Pilkades atas dorongan Anda atau inisiatif sendiri?
Inisiatif mereka sendiri, lebih tepatnya dorongan dari masyarakat. Awalnya, kedua istri saya sudah aktif di politik. Mereka pernah jadi pengurus partai. Ketua dan Sekretaris Pengurus Anak Cabang (PAC) PDI Perjuangan Talun.
Keduanya juga dipilih secara aklamasi sebagai Ketua dan Sekretaris PAC (sekarang mereka sudah tidak lagi jadi pengurus partai). Dari situ, ada dorongan dari teman‑teman di partai dan akhirnya berkembang di masyarakat secara umum. Makanya begitu istri maju pilkades di periode sebelumnya, tidak ada calon lain yang maju.
Baca: Kaleidoskop 2019, Gadis Cantik Viral Dipinang Pria Afrika, Awalnya Diajak Umroh Malah Berujung Nikah
Apa ada dorongan dari Anda agar istri ikut pilkades?
Saya kembalikan kepada mereka. Saya berikan kebebasan kepada kedua istri untuk berkarier, asal tetap memenuhi ketentuan. Tidak ada unsur diskriminasi kepada siapapun khususnya terhadap kepentingan masyarakat.
Baca: Viral Seorang Pria Dandan di Atas Motor, Ini Klarifikasi si Pembuat, Sebut Aksinya Tak Berbahaya
Bahkan saat mau penetapan calon, saya kumpulkan tim, kalau boleh saya memilih, istri saya mundur dari pencalonan kepala desa. Saya ingin beri kesempatan pada yang lain. Jumlah timnya ada 800 orang, tapi semu tidak setuju pada niat saya. Dukungan dari tokoh dan masyarakat untuk kedua istri saya itu memang luar biasa.
Apa Anda juga membantu kedua istri dalam proses mencari dukungan?
Jujur saja, sebagai suami saya ibarat sedakep awe awe (tangan bersedekap tapi melambai-lambai) Saya tetap membantu tapi tidak berarti saya harus teriak‑teriak minta orang untuk memilih istri saya.
Saat proses pemilihan saya datang ke lokasi hanya untuk melihat saja, memberi dukungan moril untuk istri saya, memberikan motivasi.
Apa pesan Anda terhadap kedua istri yang terpilih kembali menjadi kepala desa?
Harapan saya, mereka harus lebih baik dibandingkan periode sebelumnya. Pada periode kedua ini, tanggung jawab mereka lebih berat, terutama tanggung jawab moral kepada masyarakat.
Mereka akan diuji lagi di periode kedua ini. Mereka harus bisa memberika yang lebih baik untuk masyarakat. Kebetulan saya berada di posisi wakil bupati, berarti juga paham soal visi misi.
Tugas mereka harus linear dan paham visi misi bupati dan wakil bupati. Kebijakan mereka secara linear harus menyambung dengan kebijakan bupati wakil bupati.
Anak anda terpilih jadi anggota DPRD Kabupaten Blitar periode ini. Kedua istri Anda jadi kepala desa. Apa memang ada pendidikan politik di keluarga Anda?
Saya memang dilahirkan dari keluarga politik. Bapak saya Ketua PNI waktu itu. Saya juga diberikan nama Marhaenis.
Nama saya ini terkait ajaran Marhaenis yang menjadi kebanggaan Bapak saya. Dulu, Bapak saya sering cerita soal arti nama Marhaenis kepada saya.Akhirnya saya paham arti Marhaenis. Dari situ saya sadar nama saya jangan hanya menjadi sebuah nama. Saya harus tahu persis, saya harus benar terjun ke masyarakat.
Marhaenis ini ajaran Bung Karno, bahwa orang kecil jangan diremehkan, orang kecil juga bisa menjadi yang terbaik di masyarakat.
Saya juga mengajarkan ke keluarga, kita tidak bisa hidup sendiri. Saya mengajari anak saya untuk menghargai teman dan tamu.
Di rumah saya ini setiap hari selalu banyak tamu. Sehari, minimal ada 50‑100 orang, di luar kedinasan yang bertamu ke rumah saya. Saya mengakomodir mereka semua, baik teman, ulama, dan pelajar. (surya/sha)