Warga Aceh Terus Bangun Rumah di Zona Merah Terdampak Tsunami, Dinas PUPR Aceh Tak Bisa Melarang
Kepala Dinas PUPR Kota Banda Aceh, Jalaluddin mengaku tak bisa melarang warga yang membangun tempat tinggal di zona paling rawan tsunami aceh.
Penulis: Nuryanti
Editor: Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM - Hari ini tepat 15 tahun sejak bencana tsunami melanda wilayah Aceh pada 26 Desember 2014 silam.
Saat ini pemerintah telah memetakan wilayah mana saja yang masuk ke dalam zona paling rawan terdampak tsunami.
Meski begitu, jumlah pembangunan di zona yang rawan tsunami tersebut justru terus bertambah seiring berjalannya waktu.
Menanggapi kasus yang terjadi, Kepala Dinas PUPR Kota Banda Aceh, Jalaluddin mengaku tak bisa melarang warga yang membangun tempat tinggal di zona rawan itu.
"Kami pemerintah tidak bisa memberi lahan, kebiasaan warga yang sudah lama tinggal di situ tidak bisa kita larang," ujar Jalaluddin, dikutip dari YouTube Kompas TV, Kamis (26/12/2019).
Ia menyebut hanya bisa membantu dalam penanganan keamanan warga yang tinggal di wilayah tersebut.
"Yang harus kita fasilitasi, kita harus menjaga warga kita supaya aman dari bencana, yang sudah lama tinggal di daerah zona merah," katanya.
Upaya yang telah dilakukan oleh Dinas PUPR Kota Banda Aceh salah satunya yaitu menyiapkan bangunan untuk menyelamatkan diri dari bencana atau escape building.
"Salah satunya kita harus menyiapkan bangunan-bangunan escape building, kalau di Kecamatan Meuraxa itu hampir terpenuhi, ada empat escape building," ungkapnya.
"Tapi untuk (Kecamatan) Kuta Raja itu belum," lanjut Jalaluddin.
Kemudian dalam upaya mengurangi risiko warga Aceh dari bencana tsunami, Jalaluddin juga akan serius menangani fasilitas gedung untuk proses evakuasi.
"Yang harus dipikirkan dengan serius adalah bagaimana peningkatan kapasitas warga untuk pengurangan risiko bencana dan fasilitas gedung evakuasi," jelasnya.
Lima kecamatan di Kota Banda Aceh yang masuk dalam peta merah sangat rawan terdampak tsunami.
Wilayah yang masuk dalam zona merah di antaranya Kecamatan Jaya Baru, Kuta Raja, Meuraxa, Kuta Alam, dan Syiah Kuala.
Jumlah pembangunan rumah penduduk di sepanjang pantai di Kota Banda Aceh terus menerus bertambah dan semakin padat.
Dari jumlah total luas lahan 2.400 hektar saat ini, tersisa 500 hektar.
Sementara, mengutip Serambinews.com, Selasa (24/12/2019), escape building Aceh Jaya yang berada di Desa Blang, Kecamatan Krueng Sabee, Aceh Jaya kini ditempati oleh Badan Penanggulangan Bencana Kabupaten (BPBK) setempat.
Gedung yang diperuntukan untuk lokasi evakuas bencana tsunami tersebut, sudah digunakan oleh BPBK Aceh Jaya sejak tahun 2013.
Kepala Badan Pengelolaan Keuangan Kabupaten (BPKK) Aceh Jaya, Safrul Maryadi menjelaskan, sejak diterima oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Jaya dari Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR), gedung tersebut langsung digunakan sebagai kantor BPBK.
“Gedung tersebut ditempati oleh BPBK pada tahun 2013, setelah serah terima dari BRR kepada pemerintah Aceh Jaya,” ujar Safrul.
Safrul mengaku tak mengetahui secara pasti berapa daya tampung dari bangunan yang memiliki empat lantai tersebut.
Mengenai luas escape building tersebut, ia juga mengatakan tak mengetahuinya.
“Berapa kapasitasnya belum tahu, dan berapa luas lokasi bangunannya belum tahu saya, saya tanya dulu sama orang aset,” ujarnya.
Safrul juga mengaku belum tahu pasti sampaikan kapan escape building itu akan digunakan sebagai kantor BPBK.
Namun ia menegaskan, gedung tersebut tetap akan dijadikan lokasi evakuasi jika ada sesuatu hal yang darurat terjadi di kabupaten Aceh Jaya.
(Tribunnews.com/Nuryanti) (Serambinews.com/Riski Bintang)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.