Gunung Anak Krakatau Erupsi, Kolom Abu Teramati 50 Meter di Atas Puncak
Sekira pukul 05.29 WIB, gunung api yang berada di tengah laut Selat Sunda itu sempat mengalami erupsi.
Editor: Dewi Agustina
Letusan ini mengakibatkan terjadinya tsunami Selat Sunda yang meluluhlantakkan sebagian wilayah pesisir Lampung Selatan.
Terutama di Kecamatan Kalianda dan Rajabasa.
Baca: Tiga Warga Tiongkok Hilang saat Menyelam, Diduga Terseret Arus Selat Sunda
Baca: Catat, Kementerian ESDM Buka 187 Formasi CPNS, Ini Dokumen Persyaratannya
Pascaerupsi, ketinggian Gunung Anak Krakatau yang semula 310 mdpl, kini terpangkas menjadi 157 mdpl.
Saat itu, sebagian badan gunung longsor ke laut sehingga memicu tsunami.
Gunung Krakatau memiliki sejarah letusan dahsyat pada 1883 silam.
Sebagian besar badan gunung yang memiliki tiga puncak kala itu habis dan memicu terjadinya tsunami besar di Selat Sunda.
Pada tahun 1927, muncul gunung baru yang kini dinamai Gunung Anak Krakatau di permukaan Selat Sunda.
Dua Kali Meletus pada Agustus 2019
Aktivitas Gunung anak Krakatau (GAK) yang berada di selat Sunda terpantau normal.
Tetapi masih terpantau adanya gempa hembusan dan gempa mikro tremor.
Menurut penanggungjawab pos pantau GAK di Desa Hargopancuran Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan, Andi Suardi.
Dari data magma VAR (vulcano activity report) masih tercatat adanya gempa hembusan sebanyak 24 kali dengan amplitudo 15-40 mm dan durasi 12-22 detik.
Juga termati adanya gemp vulkanik dangkal sebanyak 1 kali dengan amplitudo 8 mm dengan durasi 5 detik.
Dan untuk gempa mikro tremor (tremor menerus) termatai dengan amplitudo 2-40 mm (dominan 20 mm).