Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

7 Fakta Menarik Keraton Agung Sejagat di Purworejo, Raja Totok Santoso Tak Punya Genetis Raja

Berdirinya kerajaan baru ini mengklaim terjadi setelah 500 tahun berakhirnya kerajaan Majapahit.

Editor: Sugiyarto
zoom-in 7 Fakta Menarik Keraton Agung Sejagat di Purworejo, Raja Totok Santoso Tak Punya Genetis Raja
IST/Facebook via Tribun Jogja
Heboh Keraton Agung Sejagat yang Punya Ratusan Pengikut, Klaim Punya Kekuasaan Dunia 

Raja Keraton Agung Sejagat Toto Santoso sempat menggelar kegiatan shooting film untuk konten Youtube. Toto melakukan shooting di rumah kontrakannya.

Mengutip dari Kompas.com, Kasi Pemerintahan Desa Sidoluhur Adi Arya sempat curiga aktivitas yang dilakukan Toto untuk menggelar ritual.

Kegiatan itu dilakukan di angkringan dan rumah kontrakan Toto yang dibuat ala kerajaan jaman dahulu.

Fanni yang mengaku sebagai Ratu Keraton Sejagat memberi alasan kalai mereka syuting untuk konten Youtube.

"Alasannya shooting film kolosal di angkringan, seperti zaman Majapahit," ucap Arya.

4. Pengikut Kerajaan Dijanjikan jabatan bergaji dollar

Pengikut Keraton Agung Sejagat sempat dijanjikan jabatan tinggi dan gaji besar dalam bentuk uang dollar Amerika Serikat.

BERITA TERKAIT

"Ada iming-iming jabatan dengan gaji besar dalam bentuk dollar bagi pengikutnya. Jabatannya tergantung berapa besaran iuran mereka, mulai dari Rp 3 juta hingga Rp 30 juta. Seluruhnya mencapai 450 pengikut dengan latar belakang yang berbeda," ujar Iskandar di Mapolda Jateng, Rabu (15/1/2020).

5. Keraton Agung Sejagat mencoreng nama baik keraton se-nusantara

Menurut Ketua Forum Silaturahmi Keraton Nusantara (FSKN) Pangeran Raja Adipati Arief Natadiningrat menyatakan bahwa Keraton Agung Sejagat membuat nama baik keraton senusantara buruk.

Keraton Agung Sejagat menjadi viral di media sosial dan banyak kalangan milenial yang akhirnya mempertanyakan keberadaan keraton di era serba modern ini.

“Kaum milenial kan bertanya, hari gini masih ada keraton,” kata Arief

Banyak yang membahas dan mempertanyakan keraton palsu ini membuat posisi keraton menjadi semakin berat. Padahal menurut Arief keraton di nusantara sedang berjuang agar tidak punah oleh modernisasi dan pembangunan.

“Dengan kejadian kemarin ini tentunya keraton sudah berat melestarikan, melaksanakan adat tradisi, oleh masyarakat dipandang sebelah mata, oleh pemerintah juga dipandang sebelah mata, eh ada kejadian itu, ya tambah berat. Mencoreng nama baik keraton kan,” tambah Arief.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jogja
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas