Ketua Paguyuban Pasundan Sebut Kesultanan Selaco Berbeda dengan Keraton Agung Sejagat & Sunda Empire
Ketua Paguyuban Pasundan, Didi Turmudzi mengungkapkan karakteristik Kesultanan Selaco berbeda dengan Keraton Agung Sejagat dan Sunda Empire.
Penulis: Febia Rosada Fitrianum
Editor: Ifa Nabila
TRIBUNNEWS.COM - Ketua Paguyuban Pasundan, Didi Turmudzi tanggapi soal kemunculan sejumlah kerajaan di beberapa wilayah di Indonesia.
Terdapat Kerajaan Keraton Agung Sejagat yang berada di Purworejo, kemudian Sunda Emprie di Bandung, serta Kesultanan Selaco (Selacau Tunggul Rahayu).
Didi mengungkapkan tiga kerajaan itu memiliki karakteristik yang berbeda.
Pernyataan itu dijelaskan dalam video yang diunggah di kanal YouTube tvOneNews, pada Minggu (19/1/2020).
Didi menuturkan, Keraton Agung Sejagat memiliki kesamaan dengan Sunda Empire.
Namun untuk Kesultanan Selaco, Didi menjelaskan sangat berbeda dengan dua kerajaan yang lain.
Sehingga, keberadaan Kesultanan Selaco tidak terlalu dipermasalahkan bagi Paguyuban Pasundan.
"Saya merasa Selaco, kemudian Sunda Empire, kemudian Keraton Agung Sejagat itu sangat beda karakternya," ungkap Didi.
"Jadi Sejagat dengan Sunda Empire itu hampir sama, sedangkan Selaco sangat beda."
"Oleh karena itu sebenarnya tidak terlalu menjadi masalah," imbuhnya.
Didi mengatakan tujuan dari Kesultanan Selaco hanyalah untuk merawat sejarah, budaya, serta nilai-nilai para leluhurnya.
Menurut Didi hal tersebut merupakan kewajiab setiap warga Sunda.
"Karena tadi intinya adalah menjaga, memelihara sejarah dan budaya serta nilai-nilai luhur yang ada di Selaco," tutur Didi.
"Hal ini memang menjadi kewajiban setiap warga Sunda."
"Bagi kami Paguyuban Pasundan tidak ada masalah," tambahnya.
Sementara itu, pendiri Kesultanan Selaco, Rohidin, mengaku prihatin mengenai makam-makam serta peninggalan leluhurnya yang lain yang tidak terawat.
Maka, Rohidin mendirikan Kesultanan Selaco untuk merawat sejumlah makam leluhurnya.
Rohidin juga menerangkan tempatnya memang terbuka untuk umum.
Tidak hanya itu, pendirian Kesultanan Selaco oleh Rohidin sejak tahun 2004 memang tidak memiliki unsur politik ataupun kepentingan pribadi.
"Kalau untuk masalah awal pendirian, kami dalam rangka prihatin untuk merawat leluhur saya, itu aja," terang Rohidin.
"Jadi semua terbuka untuk umum, kami tidak menutup-nutupi dan silakan tanya kepada masyarakat sekitarnya."
"Kami di situ tidak ada unsur politik, tidak ada unsur kepentingan selain kami ingin merawat makam-makam leluhur kami sebagai peninggalan leluhur kami," imbuhnya.
Rohidin mengaku, dalam mendirikan Kesultanan Selaco sudah membuat akta seperti memiliki Surat Keterangan dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Selain itu, Rohidin menjelaskan selama terdapat kegiatan budaya, pihaknya terus membuat laporan pada pihak terkait.
Tindakan tersebut merupakan upaya dalam menaati peraturan yang berlaku di Indonesia.
Serta menjaga ketertiban dalam masyarakat.
"Kalau saya tidak tunduk hukum, tentu saya tidak akan membuat akta, tidak akan melapor pada aparat kalau ada kegiatan budaya," tutur Rohidin.
"Justru kami sangat menghormati Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), tunduk pada pemerintahan dan peraturan yang ada," lanjutnya.
Mengenai struktur kabinet yang dimiliki oleh Kesultanan Selaco, Rohidin menjelaskan hal tersebut hanyalah sebuah organisasi biasa.
Rohidin mengatakan memang Kesultanan Selaco dalam struktur organisasinya memiliki perwakilan di beberapa daerah.
Perwakilan itu ditunjuk untuk mengurus situs-situs budaya yang ada di wilayah tersebut.
Sehingga Rohidin membantah Kesultanan Selaco membuat pengakuan pada wilayah tertentu.
"Kalau itu hanya sebatas organisasi budaya, tidak ada bedanya dengan organisasi masyarakat," ungkap Rohidin.
"Misalnya kami ada perwakilan-perwakilan untuk melestarikan situs budaya di beberapa wilayah."
"Jadi tidak lebih dari itu, bukan mengklaim wilayah kami hanya melestarikan situs saja," lanjutnya.
Hingga kini, Rohidin mengaku terdapat lebih dari 100 situs budaya yang ingin dilestarikan oleh Kesultanan Selaco.
Rohidin menuturkan masih merawat situs sesuai dengan keadaan keuangan pihaknya.
Namun Rohidin berharap suatu saat dapat membuat wisata religi yang besar.
"Itu lebih dari 100 situs yang ingin saya bangun pemakamannya," ujar Rohidin.
"Yang mampu kami lestarikan sudah sesuai kemampuan kami, tetapi tujuan kami ingin membangun wisata religi yang betul-betul megah."
"Kalau saat ini ya hanya sesuai kemampuan kami, membenahi situs-situs," tuturnya.