Penjelasan BMKG soal Gempa M 6,6 di Sulawesi Utara, Sebut Kawasan Itu Memang Rawan
Penjelasan BMKG mengenai gempa berkekuatan M 6,6 di Sulawesi Utara, Minggu (19/1/2020). Menyebut kawasan tersebut memang rawan.
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Minggu (19/1/2020) pukul 23.58.20 WIB, wilayah Kotamobagu, Minahasa, dan Luwuk diguncang gempa tektonik.
Hasil analisis BMKG menunjukkan gempa ini memiliki kekuatan M 6,6 yang selanjutnya dilakukan pemutakhiran menjadi M 6,2.
Episenter terletak pada koordinat 0,1 LS dan 123,86 BT tepatnya di laut pada jarak 57 km arah Selatan Kota Bolaang Uki, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Sulawesi Utara pada kedalaman 126 km.
Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, tampak gempa yang terjadi merupakan jenis gempa menengah akibat aktivitas subduksi Lempeng Laut Maluku ke arah barat.
Hasil monitoring BMKG menunjukkan zona sumber gempa Lempeng Laut Maluku dalam beberapa tahun terakhir memang mengalami aktivitas kegempaan yang cukup intensif.
Kepala Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengatakan, hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa memiliki mekanisme pergerakan mendatar dan naik (oblique thrust fault).
Guncangan gempa dirasakan di daerah Luwuk dalam skala intensitas IV-V MMI hingga banyak warga terbangun dari tidur.
sedangkan di Bitung, Manado, Kotamobagu, Gorontalo dan Malili guncangan dalam intensitas II-III MMI.
Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa tersebut.
Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa ini tidak berpotensi tsunami.
Catatan sejarah Daryono mengatakan, zona sumber gempa Lempeng Laut Maluku memiliki catatan sejarah gempa dan tsunami destruktif beberapa kali, yakni:
1. Tsunami Banggai-Sangihe 1858 yang menyebabkan seluruh kawasan pantai timur Sulawesi, Banggai, dan Sangihe dilanda tsunami.
2. Tsunami Banggai-Ternate 1859 mengakibatkan banyak rumah di pesisir disapu tsunami.
3. Gempa Kema-Minahasa 1859 juga memicu tsunami setinggi atap rumah-rumah penduduk.