Update Siswi SMP Bunuh Diri, Ternyata Sebelumnya Sempat Dikeluarkan dari Group WhatsApp
Siswi SMPN 147 Ciracas, Jakarta Timur yang bunuh diri dengan melompat dari lantai empat sekolahnya sebelumnya dikeluarkan dari grup Whatsapp.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
TRIBUNNEWS - Siswi SMPN 147 Ciracas, Jakarta Timur yang bunuh diri dengan melompat dari lantai empat sekolahnya, ternyata sebelumnya dikeluarkan dari grup Whatsapp.
Pengacara Keluarga Korban, Defrizal Djamaris mengatakan beberapa hari setelah kematian korban, kakaknya bercerita tentang hal tersebut.
"Pernah diceritakan itu dia dikeluarkan dari grup WA (Whatsapp)," ujarnya pada siaran langsung Kompas Siang (21/1/2020).
Defrizal menambahkan, hubungan korban dengan keluarganya baik-baik saja.
Korban beberapa kali curhat kepada kakaknya tentang ia yang mengalami bullying.
"Hubungan antara ayahnya dengan anaknya ini harmonis."
"Sejauh ini dia anak normal, tapi setelah meninggal (korban) kakaknya pernah curhat dia pernah merasa dibuli disekolah atau semacamnya," jelasnya.
Melalui keterangan dari keluarga ini, Defrizal menyampaikan adanya dugaan bullying pada kematian korban.
KPAI Kunjungi Sekolah Korban
KPAI juga datangi sekolah yang menjadi lokasi bunuh diri siswi SMP di kawasan Cibubur, Jakarta Timur.
Mereka menggelar rapat koordinasi dengan sekolah, Dinas Pendidikan, dan kepolisian untuk mengungkap kasus ini.
Selain itu, Komisioner KPAI Bidang Pendidikan, Retno Listyarti juga meminta polisi untuk menyelidiki adanya tindakan bullying atau perundungan terhadap korban.
"Terkait apa yang akan dilakukan dinas setelah kejadian ini agar tidak terulang, baik di sekolah ini maupun di sekolah-sekolah lain," jelasnya.
Retno Listyarti menegaskan akan melakukan pelatihan terhadap kepekaan guru kepada siswanya.
"Yang berikutnya akan ada pelatihan, pelatihan bagi sebagian besar guru untuk mencegah masalah ini terulang kembali. Yaitu pelatihan guru untuk lebih peka terhadap anak-anak yang memiliki problem baik di rumah dan di sekolah," kata Retno dikutip dari Kompas.com.
Menurut Retno, guru seharusnya tidak hanya memberikan metode pembelajaran kepada siswa.
Tetapi, guru juga harus memiliki empati dan kepekaan terhadap siswa yang sedang dalam masalah keluarga atau masalah di sekolah.
Retno yakin, korban sebelumnya mengalami masalah yang berat dan ia tidak mendapat dukungan yang cukup.
"Anak ini dirundung masalah yang cukup berat, lalu bagaimana empati publik dan di sekitar sekolah terhadap anak ini, bahwa dia itu tidak menghadapi sendirian," terangnya.
Polisi Belum Temukan Motif
Diberitakan Tribunnews sebelumnya, polisi telah melakukan olah TKP di sekolah yang menjadi lokasi SN melakukan percobaan bunuh diri, Jumat (17/1/2020).
Dari hasil sementara olah TKP, polisi belum bisa mengetahui motif korban bunuh diri.
Hingga saat ini, pihak kepolisian masih melakukan penyelidikan mendalami motif siswi SMPN 147 Ciracas.
Korban, SN diketahui nekat melakukan aksi bunuh diri dengan melompat dari jendela lantai 4 sekolahnya.
Penyelidikan dilakukan dengan mengumpulkan keterangan saksi dari pihak sekolah, pihak keluarga, dan teman-teman korban.
Ditanya terkait jangka waktu penyelidikan, Kasat Reskrim Polres Jakarta Timur, AKBP Heri Purnomo menyatakan tidak pasti karena banyak saksi anak-anak.
"Saya tidak bisa memastikan karena ini berhubungan denga anak-anak ya, jadi ada anak-anak dan orang dewasa," katanya dalam tayangan langsung Kompas Siang (21/1/2020).
"Jadi saya harus memperlakuklan berbeda dalam prosesnya."
"Kita cukup hati-hati supaya tidak timbul perasaaan-perasaan atau tekanan terhadap yang bersangkutan," jelasnya.
Sebelumnya, seorang siswi SMPN 147 melakukan aksi percobaan bunuh diri di sekolah.
Korban, SN melompat dari lantai 4 gedung sekolah itu terjadi pada Selasa (14/1/2020) sore.
Dia sempat dilarikan ke RS Polri Kramat Jati untuk jalani perawatan.
Dua hari dirawat, dia akhirnya meninggal dunia pada Kamis (16/1/2020) sore.
Saat ini, SN telah dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Pondok Ranggon, Jakarta Timur, Jumat (17/1/2020).
Disclaimer:
Berita atau artikel ini tidak bertujuan menginspirasi tindakan bunuh diri.
Pembaca yang merasa memerlukan layanan konsultasi masalah kejiwaan, terlebih pernah terbersit keinginan melakukan percobaan bunuh diri, jangan ragu bercerita, konsultasi atau memeriksakan diri ke psikiater di rumah sakit yang memiliki fasilitas layanan kesehatan jiwa.
Berbagai saluran telah tersedia bagi pembaca untuk menghindari tindakan bunuh diri, satu di antaranya adalah Hotline Kesehatan Jiwa RSD/RSJ setempat.
Bagi Anda yang mengalami depresi dan terancam bunuh diri, silakan hubungi beberapa nomor telepon ini:
1. Hotline konsultasi pencegahan bunuh diri Kementerian Kesehatan di Nomor Telepon 021-500-454.
2. Komunitas Into The Light Indonesia melalui email intothelight.email@gmail.com atau langsung membuka laman ‘Pendampingan’ dalam situs mereka https://intothelightid.wordpress.com/.
3. LSM Jangan Bunuh Diri melalui nomor telepon 021 0696 9293
4. Komunitas Get Happy melalui situs https://www.get-happy.org/ atau bisa juga lewat email get.happy.yuk@gmail.com
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani/Sri Juliati)(Kompas.com/Dean Pahrevi)