Viral Video Dugaan Penipuan dengan Modus Hipnotis di Twitter, Ini Penjelasan Pakar Hipnosis
Pengguna media sosial Twitter dihebohkan dengan video dugaan seorang driver ojek online (ojol) terkena hipnotis.
Penulis: Endra Kurniawan
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Pengguna media sosial Twitter dihebohkan dengan video dugaan seorang driver ojek online (ojol) terkena hipnotis.
Video tersebut diketahui merupakan kiriman dari seorang pria bernama Saputra Anggara.
Kemudian diunggah akun @gojek24jam, Selasa (21/1/2020).
Dalam video berdurasi 2 menit 20 detik ini memperlihatkan seorang driver ojol tengah mengoperasikan sebuah mesin ATM dengan tangan kanannya.
Sedangkan tangan kirinya memengang handphone dan berkomunikasi dengan orang lain.
"Enam, kosong, tiga ya," ujar driver ojol ini.
Selang beberapa saat, tampak seorang karyawati mini market menghampiri dan mencoba berkomunikasi.
Karyawati sempat menyentuh bagian pundak bagian kirinya untuk memperloleh perhatian driver ojol tersebut.
Namun driver ojol tersebut tidak menggubrisnya dan tetap meneruskan transaksinya di hadapan mesin ATM, serta sesekali berbicara lewat sambungan telepon.
Baca: VIRAL Pembegalan Terekam CCTV, Reza Indragiri Sebut Kejahatan Satu Akan Diikuti Kejahatan Lainnya
"Hallo, hallo mas ini gojek atau bukan sih," kata driver ojol kepada seseorang dalam sambungan telepon.
Karyawati tersebut terus mencoba, akhirnya ia berhasil melakukan komunikasi dengan driver ojol tersebut.
Dengan isyarat tangan karyawati mencoba meminta kepada driver ini untuk memutus komunikasi teleponnya.
Karyawati kemudian memberi tahu driver ojol hampir saja menjadi korban penipuan.
"Itu bohong. Kemarin sudah kayak gitu tiga orang," katanya kepada driver ojol.
"Kalau ada yang kayak gitu jangan mau ya pak," lanjut Karyawati.
Selain video, @gojek24jam juga memberi keterangan:
"Min ada driver gojek hampir aja kena tipu di hipnotis kayanya ngaku"nya dari pihak gojek minta top up gopay.
Awalnya di kasih tau marah" gt nah pas mau masukin nomor kita kasih tau aja itu bukan dari pihak gojek tapi penipuan, nah disitu dia langsung matiin hp nya dan linglung"
Terhitung sejak, Jumat (24/1/2020) video tersebut telah ditonton sebanyak 614 ribu kali dan mendapatkan komentar beragam dari pengguna Twitter.
Hingga berita ini diturunkan belum diketahui informasi lengkap dari kejadian tersebut, termasuk nama dari driver ojol tersebut.
Baca: Fakta-fakta Viralnya Sarjana Penjual Nasi Sayur di Alun-alun Kidul Keraton Solo
Penjelasan ahli
Terlepas dari kejadian tersebut, untuk mengetahui lebih dalam terkait hipnotis, Tribunnews.com berhasil mewawancari pakar hipnoterapi dari lembaga Quantum Inspiration Center Malang, Agus Prasetya.
Pertama Agus mengatakan ada kesalahan pengguaan istilah di tenggah-tengah masyarakat yang tidak bisa membedakan mana yang disebut hipnosis dan apa itu hipnotis.
Ia menjelaskan hipnosis adalah ilmu yang mempelajari proses memasukan sebuah infomasi ke dalam pikiran bawah sadar melewati critical area.
Critical area sendiri merupakan pintu masuk ke dalam pikiran bawah sadar.
"Sehingga informasi itu bisa masuk ke subconscious mind (pikiran bawah sadar, red)," katanya lewat sambungan telepon, Kamis (23/1/2020).
Sedangkan kata hipnotis mengacu pada orang yang mempraktekkan atau melakukan ilmu hipnosis.
Agus melanjutkan, hipnosis juga dapat diartikan sebagai proses menurunkan gelombang otak yang dapat diukur dengan menggunakan alat Elektroensefalografi (EEG)
"Orang yang dihipnosis itu, dia memang terjadi penurunan gelombang otak"
"Mulai dari, beta kemudian turun ke alpha kemudian ke teta. Jadi orang hipnosis itu antara alpa dan teta, jadi berada di situ pikirannya," bebernya.
Agus menilai hipnosis merupakan fenomena biasa yang bisa terjadi oleh siapa saja dan kapanpun.
Termasuk proses membukanya critical area berlangsung secara alamiah, dan itu terjadi berkali-kali dalam hidup manusia.
Untuk memudahkan, Agus memberikan contoh hipnosis dapat dialami seseorang.
"Ada seseorang nonton sinetron, pernah lihat orang nonton sinetron? Ada nggak dia ikut nangis? Gara-gara pemain utamanya menangis mati atau tersiksa?"
"Kenapa bisa menangis? itu akibat informasi yang ia peroleh dari menonton sinetron itu," ucapnya.
Kejadian di atas merupakan satu contoh hipnosis yang di alami dalam kehidupan sehari-hari.
Emosi yang ditampilkan dalam tanyangan atau adegan sinetron, mampu membuka critical area orang yang menontonnya, dan menyampaikan informasi ke alam bawah sadarnya.
"Masuknya ke pikiran bawah sadar, dia tidak bisa membedakan bahwa itu fiktif," tandasnya.
Baca: 5 Klaim Sunda Empire yang Bikin Geleng-geleng Kepala: Kendalikan Nuklir hingga Kalahkan Bill Gates
Faktor terbukanya critical area
Agus menjelaskan terdapat sejumlah faktor yang menyebabkan critical area atau pintu pikiran bawah sadar terbuka.
Alumnus Universitas Negeri Malang ini mengatakan kuncinya ada di proses komunikasi.
Terutama komunikasi yang melibatkan emosional. Baik komunikasi secara verbal maupun non verbal.
"Kalau orang itu tersentuh perasaannya. Gampang critical area terbuka," tandas Agus.
Agus kembali memberikan contoh, misalkan seseorang mendapatkan kabar bahagia.
"Hallo selamat Anda mendapatkan hadiah dari bank BRI 50 juta, senang nggak?"
"Tapi ujung-ujungnya disuruh untuk transfer, akhirnya kena tipu," tutur Agus.
Selain perasaan bahagia, critical area dapat dibuka dengan emosi kesedihan.
"Misalkan dapat telepon mengabarkan anggota keluarga mengalami kecelakaan. Kaget kan ? akhirnya sedih dan syok"
"Nanti disuruh tranfer uang untuk operasi lah atau yang lain. Intinya kena tipu juga," imbuh Agus.
Agus menilai keadaan kaget, pintu pikiran bawah sadar mudah sekali terbuka.
Sedangkan ketika seseorang berada dalam pikiran bawah sadar tidak mampu membedakan mana sesuatu yang realistis dan fiktif
"Bahanyanya ada di situ," tegas Agus.
Menanggapi ilmu hipnosis digunakan untuk kejahatan, Agus menyampaikan itu sangat dimungkinkan.
Agus berpandangan pada dasarnya hipnosis seperti ilmu-ilmu lainnya yang netral.
"Artinya bisa digunakan untuk hal positif dan negatif,"
"Hipnosis bisa digunakan untuk hal hal negatif, jawabnya sangat bisa," tutupnya.
(*)
(Tribunnews.com/Endra Kurniawan)