Ara Bangga Regenerasi Seniman di Sumedang dan Bandung Berjalan Baik
Maruarar pun naik kuda lumping, yang berupa kuda-kudaan, bersama dengan Ketua Panitia Acara, Joko Loyor.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Ribuan seniman dan warga kabupaten Sumedang dan kabupaten Bandung menyambut kedatangan tokoh nasional yang juga Dewan Pembina Komunitas Budaya Sukma Sejati, Maruarar Sirait.
Maruarar datang untuk menyaksikan pagelaran Seni Budaya Sunda Reak Fest dan Gelik Tarompet di halaman Graha Persada Cileunyi Wetan Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Minggu (26/01/2020).
Begitu datang, Maruarar pun langsung main kuda lumping.
Kesenian ini merupakan kesenian yang ada di Jawa Barat dan di daerah Jawa lainnya, yang sudah ada sejak berabad-abad. Ini menjadi semacam sambutan atas kehadiran Maruarar.
Maruarar pun naik kuda lumping, yang berupa kuda-kudaan, bersama dengan Ketua Panitia Acara, Joko Loyor.
Ribuan seniman dan warga pun turut bergembira bersama.
Acara ini pagelaran Seni Budaya Sunda Reak Fest dan Gelik Tarompet ini sendiri melibatkan 21 peserta, yang masing-masing peserta terdiri dari 30 sampai dengan 100 orang.
Ke-21 peserta itu adalah dari komunitas Gumelar Putra Pasundan, Putra Pewarism Munggaran, Sanca Makalangan, Putera Mekar Penggugah, Satria Tri Tunggal Dipa, Cahaya Mekar, Putera Bima, Sinar Mustika Saluyu, Ranggon Uyut, Sri Sawargi, Cempaka Putera, Sanghyang Kuda Pawana, Putera Cikal Penggugah, Cahaya Medal Panglipur, Mekar Saluyu, Putera Karuhun, Kujang Lodaya Medal, Sanghyang Panca tunggal, Sinar Pusaka Padjajaran dan Mekar Mandiri.
Dalam acara ini, Maruarar sempat berdialog dengan dua seniman dari generasi yang berbeda.
Mang Duyeh, berusia 86 tahun, mengatakan kepada Maruarar bahwa ia masih bisa kuat dalam berkesenian karena menjaga pola makan.
Ditanya Maruarar mengapa bisa menampilkan kesenian yang bagus, Mang Duyeh menjawab bahwa ia sering latihan.
"Tiga kali dalam seminggu saya latihan," ungkap Mang Duyeh yang disambut dengan tepuk tangan.
Maruarar pun bangga sebab regenerasi kesenian di Sumedang dan Bandung berjalan dengan baik. Bahkan, anak, cucu dan cicit Mang Duyeh pun menjadi seniman-seniman yang berkualitas.
Maruarar juga berdialog dengan anak usia 8 tahun, atau terpaut usia 78 tahun dengan Mang Duyeh. Maruarar senang sebab generasi muda pun tak kalah berkualiatas dengan seniman dengan usia lanjut.
Maruarar sempat meminta dua orang untuk menipu terompet.
Pertama Fahmi, usia 20 tahun, yang sudah berlatih dan main terompet dalam 4 tahun belakangan ini. Ada juga Awan, berusia 15 tahun, yang sudah berlatih terompet dalam setahun ini.
"Saya ingin melestarikan budaya Sunda," jawab Awan saat ditanya Maruarar kenapa ikut kesenian ini.
Maruarar berpesan kepada semua seniman agar tak dibatasi oleh minimnya fasilitas. Justru dengan fasilitas yan minimalis itu bisa melahirkan kreatifitas yang lebih berkualitas.
"Jangan mau kalah dan dibatasi oleh fasilitas. Kita harus mampu berkualitas dengan fasilitas yang terbatas," ungkap Ara.