Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kasus Kematian Babi Secara Misterius Merambat Hingga ke Gianyar

Kasus kematian babi secara mendadak yang penyebabnya masih misterius kini merambat ke Kabupaten Gianyar, Bali.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Kasus Kematian Babi Secara Misterius Merambat Hingga ke Gianyar
Tribun Bali/Dwi Suputra
Ilustrasi Babi mati mendadak di Bali. 

TRIBUNNEWS.COM, GIANYAR – Kasus kematian babi secara mendadak yang penyebabnya masih misterius kini merambat ke Kabupaten Gianyar, Bali.

Sebanyak 36 ekor babi dilaporkan mati di daerah tersebut.

Dengan demikian kasus kematian ternak itu sudah melanda empat kabupaten dan kota di Bali yaitu Denpasar, Kabupaten Badung, Kabupaten Tabanan dan Gianyar.

Berdasarkan data Dinas Peternakan (Dintanak) Kabupaten Gianyar, Kamis (30/1/2020), jumlah babi yang mati secara misterius sebanyak 36 ekor.

Lokasinya di Banjar Abasan, Kecamatan Singapadu, Sukawati, Gianyar.

Gejala babi sebelum mati beragam. Ada yang mencret darah dan tidak nafsu makan.

Seorang peternak asal Payangan, I Wayan Arya berharap pihak berwenang segera mengungkap penyebabnya dan memberikan solusi.

Baca: 7 Fakta di Balik Kasus Putri Raja Arab Saudi Tertipu Rp 512 Miliat untuk Membangun Villa di Bali

Baca: Kasus Babi Mati Mendadak di Badung Bali Capai 564 Ekor di Bulan Januari, Obat dan Vaksin Belum Ada

BERITA TERKAIT

"Kami ingin tahu apa penyebab dan bagaimana cara mengatasi agar ternak kami tidak seperti itu. Semoga pemerintah segera memecahkan permasalahan ini," ujarnya.

Kebid Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Fetrinear, Dintanak Gianyar, Made Santiarka, mengatakan laporan awal yang diterima dari warga sekitar 70-an ekor babi yang mati misterius.

Setelah didata jumlah babi yang mati hanya 36 ekor.

Namun pihaknya belum memastikan apakah kematian babi tersebut akibat virus ASF. Sampel babi masih diteliti.

"Kami belum mengetahui penyebab kematian babi-babi ini karena hasil laboratorium belum keluar," ujarnya, Kamis (30/1/2020).

Baca: Perlunya Perubahan Atas UU Pengelolaan Sampah bagi Bali

Baca: Fakta-fakta di Balik Laporan Putri Raja Arab Saudi Tertipu Setengah Triliun Saat Bagun Villa di Bali

Meski demikian, pihaknya tetap memberi perhatian serius yaitu melakukan sosialisasi terutama di banjar yang kasus kematian babi paling banyak.

Dalam sosialisasi, pihaknya menekankan supaya peternak menjaga kesehatan kandang.

"Selain menjaga kebersihan kandang, saat babi akan dijual, kendaraan angkut babi ini harus bersih. Sekarang peternak harus mandi dan ganti pakaian sebelum ke kandang. Sebelumnya, usai ke kandang baru mandi dan ganti pakaian," ujarnya.

Santiarka mengatakan, babi yang mati harus dikubur, jangan dibuang di saluran air atau jurang.

"Virus ini tidak menyebar pada manusia, tapi harus tetap membeli daging babi sehat," ujarnya.

Sementara itu, petugas bidang Kesehatan Hewan (Keswan)Veteriner Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Jembrana intensif menyemprotkan bio security.

Jembrana memiliki 37 peternakan dengan populasi 10 hingga 1.500 ekor babi di lima kecamatan yang menjadi naungannya.

Dokter hewan di setiap kecamatan berkeliling ke peternak babi. Bio security fungsinya membersihkan kandang.

Kabid Keswan Kesmavet pada Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Jembrana, drh I Wayan Widarsa mengatakan, antisipasi virus ASF pada babi dilakukan sejak Desember 2019.

Sejauh ini belum ada kejadian babi mati mendadak di wilayah Jembrana.

"Sejak Desember lalu sudah kita sosialisasikan, para peternak melakukan bio security," jelasnya, Kamis (30/1/2020).

Baca: Bangun Vila di Bali, Putri Raja Arab Tertipu, Ini Sikap Bupati Gianyar

Baca: Diduga Maling Helm, Lutfi Tewas Dihakimi Massa, Keluarganya Tidak Terima, Ini yang Dilakukan

Selain peternak, sosialisasi juga diberikan kepada penjual bibit babi keliling, tukang potong babi dan masyarakat penerima bantuan bibit babi serta tokoh masyarakat.

Sebelumnya, babi yang mati mendadak di Kabupaten Badung terus bertambah.

Hingga akhir bulan Januari 2020 tercatat sebanyak 564 ekor babi yang mati.

"Dari 1.300 populasi babi yang dilaporkan dan kita survei, sebanyak 564 mati," kata Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung I Wayan Wijana, Rabu (29/1/2020).

Wijana mengatakan, mengantisipasi penyebaran wabah ini, petugas Dinas Pertanian dan Pangan di lapangan sudah mengambil sampel darah dan organ dalam untuk diteliti di laboratorium BB Vet Medan.

Hanya sampai saat ini hasilnya belum diketahui.

"Sampai saat ini hasilnya belum kami ketahui," ujarnya.

Wijana mengaku tidak bisa berbuat banyak lantaran obat dan vaksin penyakit babi tersebut belum tersedia. (weg/ang)

Artikel ini telah tayang di tribun-bali.com dengan judul Kematian Babi Mendadak di Bali Kini Merambat ke Gianyar, 36 Ekor Mati Secara Misterius di Sukawati

Sumber: Tribun Bali
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas