Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Serangan Lalat Mas ke Tanaman Cabai di Kintamani Bali Mengganas, Panen Cabai Turun Drastis

Serangan lalat mas ke pohon cabai makin mengganas di wilayah Kintamani dalam beberapa bulan terakhir mengalami penurunan.

Editor: Sugiyarto
zoom-in Serangan Lalat Mas ke Tanaman Cabai di Kintamani Bali Mengganas, Panen Cabai Turun Drastis
istimewa
kondisi tanaman setelah diserang lalat mas di wilayah Kintamani 

TRIBUNNEWS.COM, BALI - Serangan lalat mas ke pohon cabai makin mengganas akhir-akhir ini.

Akibatnya produksi cabai di wilayah Kintamani dalam beberapa bulan terakhir mengalami penurunan.

Usut punya usut, kondisi ini tidak terlepas dari cuaca ekstrem hingga serangan lalat mas yang dirasakan kian mengganas.

 

Petani asal Dusun Yeh Mampeh, Desa Batur, Kintamani ini mengatakan jika serangan lalat mas terjadi setiap tahun.

Namun intensitas serangan hewan ini dirasa kian mengganas saat memasuki peralihan musim sejak akhir bulan Desember lalu.

“Memang terjadi setiap tahun. Namun jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, serangan pada tahun ini cenderung lebih parah, karena bersamaan dengan cuaca ekstrem,” katanya.

Lalat mas atau juga dikenal lalat buah, jelas Karta, biasanya menyerang jenis tanaman buah.

Berita Rekomendasi

Seperti alpukat, nangka, mangga, jeruk dan sebagainya.

Namun jika buah-buahan tersebut tidak lagi tersedia, maka lalat mas akan menyerang tanaman hortikultura, seperti cabai milik warga.

Ciri-ciri serangan lalat mas, lanjut Karta, pada biasanya terdapat bintik berwarna hitam pada buah yang disebabkan dari bekas tusukan lalat.

Bintik hitam tersebut jumlahnya bervariasi, tergantung dari jumlah lalat yang hinggap.

“Akibatnya buah akan membusuk, karena saat ditusuk lalat itu sekaligus menyimpan telurnya di sana. Ketika telur itu menetas dan menjadi larva, barulah buahnya akan rontok. Biasanya membutuhkan waktu sepekan, atau paling cepat lima hari untuk buahnya rontok,” jelasnya.

Jika normalnya dari lahan seluas hampir 30 are, Karta mampu menghasilkan sekitar 300 hingga 400 kilogram cabai rawit merah, dengan serangan lalat mas produksi cabai anjlok hingga 45 persen.

Di lain sisi, Karta mengatakan harga cabai saat ini sedang bagus-bagusnya.

 

Peningkatan harga ini juga tidak terlepas karena pasokan cabai yang sedikit dibandingkan dengan permintaan.

Di mana per satu kilogram cabai rawit merah di tingkat petani, dihargai Rp 100 ribu hingga Rp 105 ribu.

Sedangkan untuk di pasaran, harganya mencapai Rp 125 ribu per kilogram.

Terlebih jelang hari raya Galungan, diperkirakan harga cabai di tingkat pasar mampu melonjak hingga Rp 150 ribu per kilogram.

“Dari 45 persen cabai yang gagal panen, kerugian pada masa pemeliharaan mencapai puluhan juta. Memang saya masih mendapatkan untung karena harganya sedang bagus."

"Tapi keuntungan itu juga tipis, mengingat biaya pemeliharaan juga membengkak akibat cuaca ekstrem," katanya. (*)

Artikel ini telah tayang di tribun-bali.com dengan judul Serangan Lalat Mas Mengganas di Kintamani, Tahun Ini Lebih Parah, https://bali.tribunnews.com/2020/02/04/serangan-lalat-mas-mengganas-di-kintamani-tahun-ini-lebih-parah?page=2.

Sumber: Tribun Bali
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas