Dipukuli Kakak Kelas, Siswi Disabilitas SMP Purworejo Luka Lebam, Kepsek: Diselesaikan Kekeluargaan
Siswi disabilitas SMP di Purworejo yang jadi korban pemukulan kakak kelas alami luka lebam. Kepala Sekolah berharap hal ini diselesaikan kekeluargaan.
Penulis: Rica Agustina
Editor: Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM - Kasus penganiayaan siswi berinisial CA di SMP Muhammadiyah Butuh Kabupaten Purworejo telah dilimpahkan ke kepolisian setempat.
Berdasarkan hasil pemeriksaan Polres Purworejo, terungkap motif ketiga pelaku yang berinisial TP, DF, UHA melakukan pemukulan terhadap adik kelasnya yang duduk dibangku kelas VIII ini.
Sebelum kejadian, ketiga pelaku meminta sejumlah uang kepada korban, kemudian korban melaporkan aksi pemalakan itu kepada guru.
Mengetahui hal itu, ketiga pelaku yang telah ditetapkan sebagai tersangka ini tak terima lalu menganiaya korban.
"Sebelumnya memang ada satu peristiwa di mana tiga orang tersebut (pelaku) meminta sejumlah uang kepada korban."
"Kemudian korban melaporkan kepada gurunya," ujar Kapolres Purworejo AKBP Rizal Marito dilansir dari kanal YouTube Tvonenews, Kamis (13/2/2020).
AKBP Rizal Marito mengungkapkan, setelah dilakukan visum diketahui korban mengalami luka lebam di sekitar pinggang kananya.
Lebih lanjut, menurut keterangan salah satu Guru di SMP Muhammadyah Butuh, korban adalah siswa berkebutuhan khusus (disabilitas).
Secara fisik, CA tidak tampak seperti siswa berkebutuhan khusus sehingga dapat bersekolah di SMP swasta ini.
"Ada kurang, sebetulnya mungkin dia lebih pas masuk di sekolah luar biasa (SLB), tapi karena mungkin orang tuanya repot dan secara fisik dia juga tidak kelihatan apa-apa, jadi masuk di sini," papar Tuti Nur, masih dilansir dari sumber yang sama.
Baca: Siswi SMP Korban Bully di Purworejo Mengadu ke Budenya: Badanku Sakit, Aku Ditendangi Teman Sekolah
Sementara itu, Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah Butuh, Ahmad berharap kasus yang terjadi di lingkungan sekolahnya ini bisa diselesaikan secara kekeluargaan.
Ahmad menilai, ketiga pelaku masih berusia di bawah umur sehingga Ahmad kurang sepakat jika ketiga pelaku dihadapkan pada proses hukum pidana.
Jika proses hukum akhirnya tetap berlanjut, pihaknya pun tidak bisa berbuat apa-apa.
Namun, Ahmad ingin ketiga tersangka tetap memerhatikan pendidikannya.
Ahmad mengakui mereka memang selama ini dikenal sebagai siswa yang bandel.
Oleh karena itu, menurut Ahmad, ketiganya harus tetap memperoleh pendidikan.
"Namanya anak iseng. Diajar juga susah, suka semaunya sendiri," ujar Ahmad dilansir dari TribunJateng.com.
"Anak butuh pendidikan," lanjutnya.
Pimpinan Komisi X DPR Prihatin Terjadinya Perundungan Terhadap Siswi Kelas 8 SMP di Purworejo
Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Dede Yusuf Macan Effendi menyesalkan kembali terjadi terjadinya perundungan (bullying) mengarah ke tindak penganiayaan dialami siswi kelas 8 SMP Muhamadiyah, Kecamatan Butuh, Kabupaten Purworejo.
Apalagi perundungan itu dialami siswi penyandang disabilitas.
Menurut dia, peristiwa perundungan yang menjurus kekerasan masih sering terjadi di sekolah, akibat pengawasan kurang ketat.
"Sering terjadi di sekolah itu akibat pengawasan kurang ketat, sehingga bullying mengarah kekerasan kerap terjadi," ujar politikus Demokrat ini saat ditemui Tribunnews.com, di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (13/2/2020).
Kurang ketatnya pengawasan dari sekolah itu terjadi salah satunya karena banyak kasus guru yang terancam hukum, jika melakukan tindakan tegas kepada murid.
"Akibatnya guru jadi enggan bersikap kepada siswa. Dan siswa jadi tidak takut kepada guru dan biasanya informal leader jadi lebih berkuasa," jelas Dede Yusuf.
Dia menilai, perlu pendekatan intensif dilakukan semua pihak di dunai pendidikan mulai dari lingkungan sekolah.
Selain juga sanksi tegas dari sekolah diperlukan untuk mencegah terjadinya aksi-aksi perundungan.
"Diskusi tentang perundungan harus dilakukan rutin di sekolah agar murid lebih terbuka, dan ketegasan sanksi dari sekolah masih diperlukan. Jika perlu ada CCTV di ruang kelas," tegas Dede Yusuf.
Ketua Komisi X DPR RI, Syaiful Huda juga menyayangkan aksi bullying yang menimpa seorang siswi di sekolah swasta daerah Purworejo, Jawa Tengah.
Baca: Viral Kasus Penganiayaan Siswi SMP di Purworejo, Ganjar Berikan Santunan pada Keluarga Korban
Di berharap dikemudian hari aksi bullying hingga kekerasan tidak terjadi lagi di dunia pendidikan khususnya di sekolahan.
"Kami sangat perihatin atas kejadia itu dan Tindak bullying atau kekeresan harus segera di stop, tidak boleh terjadi di kemudian hari," kata Syaiful, Kamis (13/2/2020).
Agar kasus bullying tak lagi terjadi, Syaiful ingin pengawasan di level sekolah harus ditingkatkan. Baik guru hingga kepala sekolah harus aktif melakukan pengawasan agar kasus-kasus seperti ini tak kembali terulang.
Dia pun mendorong di setiap sekolah dibentuk sebuah zona zero bullying guna mencegah bullying dan menangani siswa yang menjadi korban.
"Sistem zona zero bullying di sekolah ini harus diaktifkan dengan cara pengawasan di sekolah dan harus ditingkatkan. Saya khawatir sekolah-sekolah relatif tidak punya perangkap atau prosedur mekanisme apa yang harus dilakukan menyangkut soal fenomena yang semakin banyak ini," tuturnya.
Baca: Viral 3 Siswa SMP Purworejo Bully Siswi, Rampas Uang karena Sakit Hati Minta 2000 Rupiah Tapi . . .
Selain itu, Syaiful menginginkan para pelaku aksi bullying dapat diberikan tindakan tegas. Namun, dia memandang terdapat dua opsi untuk menangani pelaku yang masih di bawah umur.
Opsi pertama seperti melakukan pembinaan kepada pelaku. Kedua, menyerahkan kepada penegak hukum jika tingkat kekerasan yang dilakukannya sudah melebihi batas dan termasuk kategori kriminal.
"Ya memang ada dua opsi menurut saya," tutur dia.
(Tribunnews.com/R Agustina/Srihandriatmo Malau, TribunJateng.com/Khoirul Muzaki)