Guru di Bekasi yang Pukul 2 Siswanya Telah Dinonaktifkan, Psikolog: Disiplinkan dengan Ketenangan
Terkait tindakan pemukulan guru pada siswanya, psikolog menyebutkan untuk mendisiplinkan anak harus dengan ketenangan.
Penulis: Widyadewi Metta Adya Irani
Editor: Ifa Nabila
TRIBUNNEWS.COM - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil memastikan seorang guru di SMAN 12 Kota Bekasi yang memukul muridnya lantaran terlambat telah dinonaktifkan.
Untuk diketahui, peristiwa yang terjadi pada Selasa (11/2/2020) ini terungkap karena adanya rekaman kamera ponsel seorang mantan murid yang telah mengundurkan diri.
Rekaman tesebut kemudian viral di media sosial.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas SMAN 12, Irna Tiqoh menuturkan saat itu ada 172 murid terlambat masuk sekolah.
Murid yang terlambat itu didominasi oleh siswa-siswi kelas 12.
Baca: Guru Pukul Murid di Bekasi: Jerit Tangis Siswa Hingga Muncul Petisi Minta Idianto Tak Dimutasi
Ia menyebutkan, jam masuk di SMAN 12 adalah pukul 06.45 WIB dan telah diberi kelonggaran 15 menit.
Banyaknya murid yang terlambat itu lantaran pintu masuk yang biasanya lewat gerbang belakang tidak dibuka lagi.
Murid-murid pun harus putar lebih jauh untuk sampai ke gerbang depan sekolah.
Irna mengatakan, dua murid yang dipukul tersebut memang sering terlambat dan orang tua mereka sempat dipanggil ke sekolah.
"Kebetulan itu memang anak-anak yang suka melakukan pelanggaran di sekolah ini.
Ada dua orang yang seharusnya memang orangtuanya sudah dipanggil karena mereka bermasalah," kata Irna, seperti yang dikutip dari Kompas.com, Rabu (12/2/2020).
Kekerasan di Sekolah Tidak Bisa Dibenarkan
Ridwan Kamil menegaskan, tidak ada alasan apapun yang dapat dijadikan pembenaran atas aksi kekerasan yang dilakukan guru pada siswanya.
"Guru pemukul siswa di Bekasi sudah kami nonaktifkan.
"Apapun alasannya, kekerasan di sekolah oleh pihak manapun tidak bisa dibenarkan," kata Ridwan Kamil dalam unggahan Facebooknya, Jumat (14/2/2020).
Sebagai pengganti orang tua di sekolah, Ridwan Kamil menuturkan, guru semestinya dapat mendidik siswa-siswinya dengan cara yang kreatif.
"Siswa melihat guru itu sebagai orangtua pengganti ayah ibunya di sekolah.
Sudah seharusnya siswa dididik dengan cara yang lebih kreatif ketimbang melalui kekerasan fisik," tutur Ridwan Kamil.
Ia menambahkan, guru juga harus memiliki ruang kesabaran yang lebih luas.
Pasalnya, anak didiknya tentu memiliki karakter yang berbeda-beda.
Menurutnya, daya tangkap intelektualitas setiap siswa juga tak sama.
Baca: KPAI Pertanyakan Alasan Inspektorat Tak Segera Periksa Guru Pelaku Kekerasan di Bekasi
Sementara itu, Ridwan Kamil juga mengingatkan para siswa supaya tertib di sekolah dan menghormati para guru yang telah berkorban demi kemajuan pendidikan.
Ia pun berharap kejadian ini dapat dijadikan pelaran bagi banyak pihak.
"Semoga menjadi hikmah bagi kita semua untuk menjadikan pendidikan di sekolah sebagai tempat yang aman, nyaman dan menyenangkan," tutupnya.
Pendapat Psikolog
Menanggapi kejadian tersebut, Psikolog Yayasan Praktek Psikolog Indonesia, Adib Setiawan, S. Psi., M. Psi mengatakan aksi kekerasan emang tidak dapat dibenarkan.
Menurut Adib, untuk mendisiplinkan anak didiknya, guru harus melakukannya dengan ketenangan.
"Mendisiplinkan anak itu dengan ketenangan, jangan terprovokasi," kata Adib saat dikonfirmasi Tribunnews.com, Jumat (14/2/2020) sore.
Psikolog di praktekpsikolog.com yang berkantor di Bintaro, Jakarta Selatan itu pun menyampaikan ada banyak cara yang lebih mendidik untuk memberikan konsekuensi pelanggaran para murid.
"Suruh saja siswa baca pidato di depan kelas atau beri mereka tugas tambahan, misalnya presentasi atau tambahan projek lainnya yang harus diselesaikan."
"Itu kan malah bikin siswa tambah pintar," kata Adib.
Baca: UPDATE Kasus Bullying Siswi Disabilitas di Purworejo, Ganjar Fasilitasi Pindah SMP, Pelaku Diperiksa
Selain itu, menurut Adib, hukuman untuk membuat resume juga akan bermanfaat bagi anak didik.
Sementara, hukuman berupa lari lapangan atau push up juga dinilai lebih baik.
"Barangkali suruh lari, push up, itu kan olahraga yang bisa bikin anak sehat, yang penting jangan memukul," ujarnya.
Menurut Adib, sebenarnya hukuman berdiri di barisan tersendiri sudah termasuk memberi konsekuensi pada siswa-siswi.
Seorang guru yang menjabat sebagai Wakil Kepala Sekolah SMAN 12 Kota Bekasi memukul muridnya di tengah lapangan.
Ia juga menambahkan, hukuman yang diberikan pada siswa-siswi yang berjumlah banyak justru tidak efektif.
Baca: Siswa Unjuk Rasa Bela Dirinya, Guru SMAN 12 Bekasi yang Pukul Murid Kemungkinan Bisa Mengajar Lagi
Menurutnya, siswa-siswi tersebut nantinya justru tidak merasa malu ataupun jera karena melihat banyak temannya yang juga dihukum.
"Yang dihukum jangan banyak-banyak, yang parah-parah aja," kata Adib.
Lebih lanjut, Adib pun kembali menekankan bahwa guru tidak boleh melakukan kekerasan pada anak didiknya.
Ia juga menyarankan para guru untuk dapat lebih bersabar dalam menghadapi murid-muridnya.
"Yang jelas, guru jangan sampai melakukan kekerasan seperti memukul atau menendang, harus tenang," tutur Adib.
"Namanya siswa, mereka masih belajar," lanjutnya.
Sang Guru Menyesali Perbuatannya
Seorang guru yang memukul siswanya itu diketahui menjabat sebagai Wakil Kepala SMAN 12 Bekasi.
Irna menuturkan, guru berinisial I itu telah menyesali perbuatannya.
Dia mengatakan, maksud dan tujuannya memukul tak lain adalah untuk mendidik siswanya.
"Dia bilang ke anak murid kalau telat itu jangan congkak. Dia juga janji tidak akan melakukan perbuatannya lagi," kata Irna.
Irna juga menyampaikan bahwa I langsung meminta maaf di hadapan murid-muridnya setelah melakukan pemukulan itu.
"Setelah itu dia minta maaf. Sebelum viral loh ya minta maafnya," ujar Irna.
Meskipun telah meminta maaf, I tetap dicopot dari jabatan wakil kepala sekolah.
Sanksi itu diberikan oleh Dinas Pendidikan Jawa Barat.
"Beliau sudah dinonaktifkan... sudah ada SK dari Jawa Barat. Kan dia tugasnya sebagai wakil kesiswaan," ucap Irna.
Lebih lanjut, Irna mengatakan, I dikenal temperamental.
Meski demikian, kata Irna, I sosok yang sangat disiplin.
Karena itulah, dia diberi tugas menangani kesiswaan.
I juga dinilai pintar dalam memberi materi pelajaran.
"Beliau itu bagus orangnya, sangat pandai, dan beliau termasuk penulis buku, terutama di bidang beliau, yaitu geografi dan sosiologi," kata Irna.
(Tribunnews.com/Widyadewi Metta) (Kompas.com/Cynthia Lova)
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Guru Pukul Murid, Jabatan Wakil Kepala Sekolah Pun Dicopot"
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.