Tanaman Cabai Terancam Gagal Panen Akibat Serangan Jamur Patek
Jamur patek ini dimulai karena cuaca yang sering hujan, panas dan karena kelembaban tinggi maka jamur berkembang pesat
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribun Jogja Santo Ari
TRIBUNNEWS.COM, SLEMAN - Petani cabai emangkas tanamannya akibar serangan penyakit antraknosa yang disebabkan oleh jamur Colletotrichum capsici.
Jamur yang oleh petani sering disebut patek ini berkembang pesat pada kelembaban yang tinggi.
Seperti yang terjadi di Dusun Karang Kalasan, desa Tirtomartani, kecamatan Kalasan. Sekitar 3.000 meter lahan cabai terancam gagal panen karena penyakit ini.
"Jamur patek ini dimulai karena cuaca yang sering hujan, panas. Karena kelembaban tinggi maka jamur berkembang pesat," jelas petani cabai, Janu Riyanto.
Petani sebenarnya sudah berusaha menangani penyakit ini dengan pupuk hayati namun tetap kewalahan menangani jamur ini, sehingga merugi.
Dinas pun sudah memberikan dukungan berupa pupuk dan obat-obatan.
"Tapi bagaimana kita melawan alam, nggak bisa," ucapnya.
Baca: Ali Ngabalin Emosional di ILC, Karni Ilyas Tegur Berulang Kali dan Sebut Memalukan
Baca: Raut Kesedihan BCL Waktu Foto Bareng Juri Indonesian Idol, Akan Tetap Hadir di Grand Final ?
Baca: Buat Konser Hip Hop 29 Mars, Indra Bekti Deg-degan Penjualan Tiket
Ia mencontohkan, dalam 1000 meter petani bisa mendapatkan 30 kg cabai rawit dalam sekali panen bisa 30 kg untuk cabe rawit.
Dengan serangan penyakit ini, petani hanya bisa menghasilkan 5kg cabai rawet dalam sekali petiknya.
"Maka banyak petani yang membabat tanamannya karena dianggap merugi. Karena sudah tidak bisa panen lagi. Setelah dibabat akan dialihkan ke tanaman lain," terangnya.
Kabid hortikultura dan perkebunan, Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan (DP3) Sleman, Edy Sri Harmanta memaparkan pihaknya sudah melakukan pendampingan dan pembinaan untuk mengatasi permasalahan yang dialami petani.
Petani bisa melaporkan secara berjenjang di UPT yang tersebar di seluruh wilayah di mana di sana sudah ada petugas pengamat hama yang siap membantu.
"Kalau petani mau melapor kita ada untuk penanggulangan. Kami akan berikan obatnya. Memang di musim hujan itu antraknosa banyak muncul. Maka petani harus antisipasi jika menanam cabai di musim hujan," ungkapnya.
Saat ini umumnya petani memang tidak menanam cabai.
Sebagian besar petani sudah menanam padi karena ketersediaan air yang cukup.
Petani yang menanam cabai di musim hujan harus siap menghadapi penyakit.
Untuk antraknosa, ada obat yang bisa diracik oleh petani sendiri.
Campuran obat itu yakni satu kilo pupuk belerang, dua kilo kapur tohor, dua sachet sabun deterjen yang direbus dengan 20 liter air.
"Saat mendidih langsung diturunkan dan akan mengendap. Airnya bisa disemprotkan per tiga hari sekali untuk tindakan preventif. Itu paling murah untuk pengendalian," urainya.
Petani pun diimbau untuk lebih jeli dalam mengamati tanamannya, antraknosa dapat dilihat dari bercak coklat di daun, sebelum menyerang batang dan cabainya.
Kalau cabe rawit sudah terserang parah, petani pun tidak harus membongkar atau mencabut habis tanamannya.
"Cukup dipangkas berat dengan meninggalkan batangnya, lalu dipupuk lagi diawali dengan fungisida, dua bulan berikutnya sudah berbuah lagi," imbuhnya.
Informasi ini sebenarnya sudah bisa didapatkan petani dengan bergabung di grup WhatsApp hortikultura Sleman.
Di situ petani bisa saling tukar informasi, termasuk penanganan cabai.(TRIBUNJOGJA.COM)
Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Petani Cabai di Kalasan Terancam Gagal Panen karena Serangan Jamur Patek
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.