Industri Pariwisata di Bali Rasakan Dampak Virus Corona, Mulai Ada yang Merumahkan Karyawan
Dampak Virus Corona Pengusaha Vila di Bali Terpaksa Rumahkan Karyawan, Okupansi Anjlok Hampir 90 %
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, MANGUPURA - Bali Villa Association Chapter Badung akui ada anggotanya yang telah merumahkan karyawan akibat virus corona.
Sejak mewabah hingga penerbangan dari dan menju China dihentikan, wisatawan asal Negeri Tirai Bambu tak lagi bisa datang ke Bali dan berdampak bagi industri vila.
“Kalau hotel kan dampaknya di Kuta, kalau vila dampak serius sangat dirasakan di Bali selatan ini. Sebab vila dengan unit besar banyak di sana,” ujar Henderawan, Selasa (3/3).
Ia mengatakan, puluhan pengusaha vila terpaksa harus mengambil keputusan merumahkan dulu karyawannya sampai situasi kembali kondusif.
“Kalau di vila tempat saya kebetulan masih bisa bertahan sampai enam bulan ke depan, moga saja teman BVA lain juga sama,” ungkap dia.
Ia mengaku, hingga Maret 2020 ini, masih bisa bertahan. Hanya saja ia tak yakin dengan April hingga bulan setelahnya.
Untuk itu, update tentang virus ini akan terus dilakukan serta berkoordinasi dengan pemerintah dan stakeholder terkait tentang situasi terkini.
“Kami juga menunggu kapan penerbangan normal kembali ke Bali, dari sana baru kami bisa memprediksi perkembangan situasi ke depan,” katanya.
Untuk BVA, kata dia, karena hilangnya turis China dan menurunnya turis asing maka akan menggarap market lokal sesuai arahan Kementerian Pariwisata dan Industri Kreatif.
Namun tetap tak meninggalkan wisman potensial dari Australia dan Eropa.
“Setidaknya wisatawan nusantara bisa membantu okupansi kami di vila,” katanya.
Lanjutnya, penurunan okupansi di vila yang dominan menerima turis China hampir mencapai 90 persen.
Apalagi kedatangan turis China, biasanya dalam skala besar atau grup ke Bali.
“Sehingga kawan-kawan pengusaha vila yang memiliki unit besar, bermain di grup China sangat terpengaruh dengan kondisi ini,” jelasnya.