BKSDA Aceh Sebut Harimau yang Berkeliaran di Kota Subulussalam dalam Kondisi Cidera
Selain satu yang ditangkap dengan perangkap, BKSDA melaporkan masih ada kawanan harimau berkeliaran
Editor: Eko Sutriyanto
Dari hasil pengecekan, individu harimau berjenis kelamin betina dalam kondisi sehat dan berada di dalam kandang jebak,” papar BKSDA
Agus Arianto menambahkan, saat ini tim dokter hewan yang terdiri dari tim medis satwa BKSDA Aceh didampingi dokter hewan dari FKL dan PKSL FKH Unsyiah akan melakukan penanganan medis termasuk screening kesehatan untuk persiapan kelayakan translokasi.
Sampai saat ini, harimau yang masih di dalam kandang jebak, dilakukan penjagaan oleh Balai KSDA Aceh bersama para pihak antara lain Tim WCS IP, Kepolisian, dan Koramil sambil menunggu proses evakuasi.
Baca: Ingin Berhijab Sejak SMA, Aurel Hermansyah Ngaku Masih Belajar dan Minta Doa
Baca: BMKG: Prakiraan Cuaca 33 Kota Besok, Minggu 8 Maret 2020, Hujan Petir di Surabaya & Pangkal Pinang
Baca: Pertemuannya dengan Raffi Ahmad Heboh, Yuni Shara Heran & Bandingkan dengan Mantan Raffi yang Lain
Selanjutnya, setelah proses evakuasi harimau tersebut, sambil mengupayakan penyelamatan (rescue) terhadap dua harimau lainnya, BKSDA dan mitra akan tetap memantau dan memonitor pergerakan harimau tersebut.
Terakhir, Agus Arianto menyampaikan harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) merupakan salah satu jenis hewan yang dilindungi di Indonesia berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor:
P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang jenis tumbuhan dan satwa liar yang Dilindungi. Berdasarkan The IUCN Red List of Threatened Species, satwa yang hanya ditemukan di Pulau Sumatera ini berstatus Critically Endangered atau spesies yang terancam kritis, beresiko tinggi untuk punah di alam liar.
BKSDA Aceh berharap dukungan semua pihak dalam rangka upaya penyelamatan/rescue terhadap satwa harimau tersebut serta menghimbau kepada seluruh lapisan masyarakat untuk tidak melakukan pemasangan jerat yang dapat berdampak terhadap keselamatan satwa liar yang juga dapat memicu terjadinya konflik antara manusia dan harimau.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh Agus Arianto mengajak masyarakat Kota Subulussalam dan sekitarnya untuk tidak memasang jerat, guna melindungi satwa liar seperti Harimau Sumatera.
“Kami perlu imbau warga jangan memasang jerat karena berdasarkan laporan salah satu kawanan harimau yang selama ini berkeliaran di Subulussalam terluka akibat jerat,” kata Agus Arianto kepada Serambinews.com, Jumat (6/3/2020).
Menurut Agus Arianto berdasarkan deteksi tim BKSDA mendapat informasi adanya salah satu harimau yang terjerat sehingga menyebabkan luka.
Hal ini pula dinilai menjadi pemicu mengapa harimau tersebut berkeliaran di sekitar permukiman penduduk.Adapun harimau yang mengalami lukas jerat belum tertangkap dan diperkirakan anaknya.
Nah, akibat kondisi luka di kaki menyebabkan ruang gerak harimau terbatas. Jadi, kata Agus Arianto, naluri sebagai ibu maka induk harimau harus memenuhi kebutuhan makan sang anak. Karenanya, harimau ini harus mencari mangsa yang dekat dan mudah karena kondisi ruang gerak terbatas akibat bekas jerat. Harimau yang terluka akibat jerat, tambah Agus Arianto akan kesusahan mencari mangsa di tengah hutan. Dampaknya, sang harimau mengancam masuk perkampungan/pertanian warga.
Upaya jerat ini sendiri menuru Agus Arianto dapat memicu kepunahan satwa terkait. Lantaran itu, Agus berkali-kali mengimbau wraga agar tidak menganggu satwa liar di sana seperti harimau sebab dapat memicu konflik. Selain itu, dengan memasang jerat di hutan akan mengancam jumlah populasi Harimau Sumatera yang merupakan satwa yang dilindungi dan hanya ada di Sumatera.
Sementara jumlah kawanan harimau yang berkeliaran berdasarkan deteksi BKSDA mencapai tiga ekor.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.